d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air dengan waktu 15-20 menit dan pada temperatur terkontrol 96-9
8̊C dengan catatan bejana infus tercelup dalam penangas air Depkes RI, 2000.
G. Spektrofotometri
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan atau di refleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Khopkar,2002. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri Uv- Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna Gandjar, 2007.
Data spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif, tetapi jika spektra UV-Vis
digunakan secara tersendiri maka tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan
spektrofotometri infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa, maka akan akan dapat digunakan untuk identifikasi atau analisis kualitatif suatu
senyawa tersebut. Sedangkan dalam aspek kualitatif, suatu berkas radiasi
dikenakan pada cuplikan larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan akan di ukur besarnya Gandjar, 2007. Metode pengukuran
menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan
yang akan ditentukan konsentrasinya, proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah
gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri” Lestari, 2010.
H. Landasan Teori
Radikal bebas merupakan senyawa yang berbahaya bagi tubuh manusia, senyawa ini akan menstabilkan diri dengan cara menyerang dan mengikat elektron
molekul yang berada di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kerusakan oksidatif sel yang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung, kanker, serta gejala penuaan dini. Maka dari itu di butuhkan senyawa antioksidan yang bertujuan untuk menghambat kerusakan oksidasi
radikal bebas. Antioksidan ini dianggap memliki peran yang sangat besar dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Tumbuhan Sisik Naga mempunyai
kandungan polifenol, flavonoid, saponin dan tanin. Dari tiap kandungan tersebut yang memiliki kemungkinan efek sebagai antioksidan adalah polifenol dan
Flavonoid. Senyawa fenolik merupakan antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan dan aman untuk digunakan.
Sisik Naga merupakan tumbuhan yang dapat hidup epifit pada tanaman teh, kopi, jambu, palem dan lain-lain. Tanaman Kopi berefek antioksidan karena
adanya kandungan asam klorogenat dan memiliki kandungan utama alkaloid seperti kafein, teofilin dan teobromin. Ekstraksi tumbuhan sisik naga dilakukan
dengan menggunakan metode maserasi dan menggunakan tiga pelarut yaitu diklorometana, etil asetat dan metanol hal ini bertujuan supaya senyawa metabolit
sekunder dalam tumbuhan sisik naga dapat tersari maksimal karena senyawa dalam tumbuhan sisik naga memiliki kepolaran yang bervariasi. Metode DPPH
adalah suatu metode kolorimetri yang efektif dan cepat untuk memperkirakan aktivitas antiradikal dalam uji antioksidan. Bila senyawa antioksidan direaksikan
dengan DPPH maka senyawa antioksidan tersebut akan menetralkan radikal bebas dari DPPH.
Uji penentuan karakter simplisia dan ekstrak diklorometana, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga dilakukan untuk memastikan kualitas simplisa
dan ekstrak diklorometana, etil asetat dan metanol. Uji karakter meliputi pemeriksaan mikroskopik simplisia berupa serbuk simplisia, akar, batang dan
daun, kemudian penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut air, penetapan kadar sari tidak larut asam, penetapan kadar sari larut air, penetapan
kadar sari larut etanol, dan uji kandungan kimia ekstrak menggunakan KLT.
I. Hipotesis
1. Karakter simplisa dan ekstrak diklorometana, etil asetat, metanol tumbuhan
sisik naga pohon inang kopi memenuhi standar. 2.
Ekstrak tumbuhan sisik naga pohon inang kopi memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam IC
50.
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola searah. Merupakan jenis penelitian eksperimental karena
penelitian ini mencari hubungan sebab akibat dari ekstrak tumbuhan sisik naga yang menempel pada inang kopi yang digunakan dengan nilai IC
50
yang dihasilkan. Rancangan acak karena pengambilan sampel tumbuhan sisik naga
yang menempel pada inang kopi dilakukan secara acak, tidak ada pemilihan secara khusus. Rancangan lengkap karena terdapat kontrol positif, kontrol negatif
dan kelompok perlakuan.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak diklorometana,
etil asetat, metanol tumbuhan sisik naga pohon inang kopi. b.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan ekstrak diklorometana, etil asetat, metanol tumbuhan sisik naga IC.
c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah waktu pemanenan,
waktu inkubasi, suhu pada saat inkubasi. d.
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah usia tumbuhan yang dipanen, cuaca, kelembaban.