Karakterisasi simplisa dan ekstrak a. Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia

5. Karakterisasi simplisa dan ekstrak a. Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia

Pemeriksaan mikroskopik penampang melintang dan penampang membujur daun serta batang tumbuhan sisik naga dan mikroskopi serbuk tumbuhan sisik naga kering dengan bantuan kloralhidrat untuk melihat fragmen pengenal pada tumbuhan. Dalam pemotongan daun dan batang membujur atau melintang ini menggunakan pisau yang terbuat dari stainless stell dan bantuan Styrofoam untuk hasil pemotongan yang maksimal. Daun serta batang tumbuhan sisik naga yang sudah dipotong diletakkan pada object glass dan dilakukan pengamatan dengan perbesaran yang sesuai.

b. Penetapan kadar abu total

Simplisa dan ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol tumbuhan sisik naga ditimbang kurang lebih 1 g bahan uji yang telah dihaluskan dan dimasukkan kedalam krus silika yang telah dipijarkan dan ditara, dipijarkan pelahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang, jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring beserta sisa penyaringan dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukan kedalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam bb Kemenkes RI, 2013.

c. Penetapan kadar abu tidak larut asam

Simplisa dan ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol tumbuhan sisik naga dididihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan 12,5 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Dikumpulkan bagian yang tidak larut asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam bb Kemenkes RI, 2013.

d. Penetapan kadar sari larut air

Simplisa dan ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol tumbuhan sisik naga ditimbang kurang lebih 1 g yang telah dikeringkan dan kemudian dimasukkan kedalam labu bersumbat dan ditambahkan 20 mL air jenuh kloroform, dikocok berkali-kali selama 6 jam kemudian dibiarkan selama 18 jam, disaring, diuapkan 4 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105 o C dan ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam sari larut air Kemenkes RI, 2013.

e. Penetapan kadar sari larut etanol

Simplisa dan ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol tumbuhan sisik naga ditimbang kurang lebih 1 g yang telah dikeringkan, kemudian dimasukkan kedalam labu bersumbat, ditambahkan 20 mL etanol 95 P, dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, diuapkan 4 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105 o C dan ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam sari larut etanol Kemenkes RI, 2013.

f. Uji kandungan kimia ekstrak

Ekstrak diklorometana ekstrak etil asetat ekstrak metanol tumbuhan sisik naga yang digunakan untuk identifikasi ekstrak secara KLT dibuat dengan melarutkan 0,5 g ekstrak diklorometanol ekstrak etil asetat ekstrak metanol tumbuhan sisik naga dengan pelarut yang sesuai dimana ekstrak larut. Ekstrak ditotolkan pada fase diam silika 60 GF 254 dengan menggunakan mikrohematokrit sebanyak 5-10 ul. Fase gerak yang digunakan meliputi :  toluen : etil asetat 93:7 vv dengan pembanding eugenol  n butanol : asam asetat : air 4:1:5 vv dengan pembanding rutin  n butanol : asam asetat : air 5:1:4 vv dengan pembanding asam tanat 0,05 dalam etanol 70 Deteksi dilakukan pada sinar UV 254 dan 366 nm dan pereaksi semprot FeCl 3 , AlCl 3 . Bercak yang muncul dibandingkan dengan standar.

6. Uji efek antioksidan