Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis
                                                                                41
Kehadiran  HCl  dapat  menurunkan  pH  campuran  sehingga  reaksi  serta produk  dapat  berkurang  stabilitasnya.  Apabila  stabilitas  reaksi  berkurang,  maka
rendemen  yang  diharapkan  pun  tidak  optimal.  Namun  demikian,  meskipun  ke dalam  reaksi  dilakukan  penambahan  piridina,  peneliti  membiarkan  reaksi
eksotermis terjadi tanpa mempertahankan temperatur ruang. Seluruh proses reaksi tersebut dilakukan tanpa manipulasi suhu karena reaksi substitusi nukleofilik asil
mudah terjadi meskipun tidak diberikan perlakuan khusus antara alkohol dengan asil klorida Wade, 2013.
Berlangsungnya  reaksi  nampak  dari  perubahan  warna  campuran  yang menguning tepat setelah benzoil klorida mulai ditambahkan, hingga warna kuning
tersebut semakin kuat. Selain itu nampak perubahan wujud campuran dari bentuk cair  dan  bening  menjadi  kuning  pekat  dan  mengental,  sehingga  kecepatan  rotasi
magnetic stirrer ditingkatkan  menjadi  6.000  rpm  agar  rotasi  tidak  terhenti.  Gaya yang diberikan tersebut bertujuan untuk meyakinkan bahwa reaksi berjalan merata
serta  meningkatkan  tumbukan  antar-molekul  sehingga  terjadi  reaksi  yang  lebih intens dengan harapan mengoptimalkan rendemen sintesis.
Pencucian  hasil  sintesis  dengan  akuades  dingin  bertujuan  untuk membuang  sisa  benzoil  klorida  yang  tidak  terlibat  dalam  reaksi  serta  membawa
asam klorida, yakni senyawa larut air yang terbentuk sebagai by-product sintesis. Akuades  dingin  digunakan  agar  risiko  terjadinya  hidrolisis  produk  sintesis  yang
diharapkan  berupa  suatu  senyawa  ester  tersebut  dapat  dicegah.  Senyawa  yang dihasilkan hingga tahap ini mempunyai pH 4-5.
42
Serbuk  kuning  yang  tertahan  di  atas  kertas  saring  dilarutkan  kembali dalam  etanol  panas  hingga  terlarut  dengan  sempurna  sebagai  permulaan  dari
proses rekristalisasi senyawa organik. Prinsip rekristalisasi adalah kelarutan hasil sintesis dalam solven yang tepat pada suhu tinggi, serta dengan menurunnya suhu
solven  tersebut  kelarutan  senyawa  target  juga  diharapkan  mengalami  penurunan sehingga  terbentuk  kristal  yang  tidak  larut  dalam  solven  ketika  suhu  rendah.
Tujuan  rekristalisasi  adalah  membuang  sisa-sisa  asam  klorida,  benzoil  klorida berlebih,  piridina,  hasil  reaksi  samping  yang  tidak  diharapkan,  juga  pengotor-
pengotor  berupa  zat  padat  seperti  serat  ataupun  debu  yang  bisa  jadi mengkontaminasi  selama  proses  sintesis,  untuk  kemudian  mendapatkan  kristal
murni 4-asetamidofenil benzoat. Meskipun keberadaan partikel-partikel melayang tidak  ditemukan  di  dalam  kertas  saring,  proses  rekristalisasi  membantu
meyakinkan  bahwa  pengotor  dalam  bentuk  apapun  tertinggal  dan  tercampur dalam  produk.  Dalam  proses  rekristalisasi,  solven  etanol  dipilih  karena
merupakan pelarut yang tergolong universal dan terbukti tidak melarutkan kristal hasil  sintesis,  sehingga  senyawa  target  yang  karakteristik  kelarutannya  belum
diketahui  secara  spesifik  ini  dapat  direkristalisasi  dengan  baik.  Dalam rekristalisasi,  suatu  larutan  mulai  menunjukkan  keberadaan  senyawanya  ketika
diarahkan pada titik jenuh terhadap senyawa bersangkutan. Perbedaannya dengan kelarutan  adalah  solven  menyerang  zat  padat  dan  mensolvatasi  padatan  tersebut
sampai pada tingkat partikel. Karena senyawa hasil sintesis yang didapatkan belum cukup murni setelah
dilakukan  uji  coba  penentuan  melting range  yang  menghasilkan  angka  di  atas  2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI