Rekristalisasi Uji Kelarutan TINJAUAN PUSTAKA

16 kapiler, serta dimulainya peleburan kristal tanpa diikuti kemunculan fase cair dalam fase kohesif sintering point. 2. Onset point, atau permulaan peleburan, di mana fase cair mulai nampak dengan jelas sebagai fase yang terpisah dari kristal; berbeda dengan sintering point yang hanya merupakan beberapa titik pada permukaan kristal yang mulai melebur. 3. Meniscus point, yakni nampaknya meniskus fase cair dalam proses peleburan; terdapat fase padat pada dasarnya serta fase cair yang nampak jelas dengan meniskusnya. 4. Clearliquefaction point, tahap saat fase dalam pipa kapiler telah seluruhnya berubah menjadi fase cair tanpa keberadaan fase padat sama sekali, atau kristal terakhir yang melebur. 5. Tanda-tanda akhir peleburan yang meliputi: sublimasi munculnya kristal pada dasar pipa kapiler serta dekomposisi munculnya gelembung atau perubahan warna selama dan setelah peleburan Stanford, 2010. Titik lebur suatu padatan merupakan temperatur saat cairan dan padatan berada pada titik ekuilibrium pada tekanan 1 atmosfer. Berlawanan dengan terjadinya perubahan volume karena adanya penguapan cairan, perubahan volume saat peleburan padatan sangatlah kecil. Hal ini membuat titik lebur padatan tidak bergantung pada perubahan tekanan biasa WISC, 2013. 17

H. Identifikasi dan Uji Kemurnian dengan Kromatografi Lapis Lipis KLT

Kromatografi Lapis Tipis KLT merupakan cara pemisahan berdasarkan pembagian 2 senyawa dalam fase diam yang berupa bidang datar. Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan dalam bentuk pita atau bercak. Setelah plat ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak, pemisahan terjadi selama perambatan kapiler Stahl, 1985. Plat atau fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 �m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel dan semakin sempit kisaran ukurannya, maka kinerja KLT dalam hal efisiensi serta resolusinya semakin meningkat. Penjerap yang paling sering digunakan berupa silika dan serbuk selulosa; sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi. Terdapat fase diam berupa Silika Gel 60 F 254 yang berarti fase diam tersebut berupa silika gel dari E. Merck yang mempunyai ukuran pori 60 A 10 A = 1 nm, dengan adanya penambahan bahan yang berfluoresensi seperti seng silikat teraktivasi mangan yang akan mengalami eksitasi dan berfosforesensi pada panjang gelombang 254 nm. Dengan demikian berarti terdapat pula fase diam dengan beberapa ukuran pori lain, bahan penambah lain, maupun panjang gelombang eksitasi dengan nilai berbeda; pemilihannya tergantung pada kebutuhan analisis senyawa yang bersangkutan Gandjar dan Abdul, 2007. Fase gerak yang bergerak di sepanjang plat fase diam untuk membawa sampel yang telah ditotolkan dan terjerembab dalam fase diam tersebut merambat akibat adanya pengaruh kapiler dalam pengembangan ke atas ascending, serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 akibat adanya gaya gravitasi dalam pengembangan menurun descending. Pemilihan fase gerak KLT dapat dilakukan melalui studi pustaka untuk menentukan kombinasi yang umum digunakan untuk suatu senyawa tertentu. Atau dapat juga dengan tabel yang menunjukkan misibilitas atau mampu tidaknya lebih dari satu macam fase gerak untuk saling campur, dengan dilengkapi angka polaritas dari literatur. Hal ini dapat dilakukan ketika telah diketahui nilai polaritas fase gerak yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan tidak lain agar pemisahan dapat terjadi secara optimal Gandjar dan Abdul, 2007. Penentuan nilai polaritas serta perbandingan campuran lebih dari satu fase gerak dapat dilakukan melalui kalkulasi sebagai berikut: � = � ′� ′ , dengan � ′ = indeks polaritas solven i � ′ = fraksi volume solven i Cazes, 2005. Adapun pemilihan dan optimalisasi fase gerak menurut Gandjar dan Abdul, 2007 dapat dilakukan melalui petunjuk-petunjuk berikut ini: 1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. 2. Daya elusi fase gerak harus diatur sehingga nilai R f terletak antara 0,2-0,8 dengan tujuan memaksimalkan pemisahan. 3. Untuk pemisahan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai R f . Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzena akan meningkatkan harga R f secara signifikan. 4. Analisis solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik menggunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solut-solut bersifat basa dan asam. Pengamatan bercak pemisahan dalam KLT seringkali dilakukan melalui cara khusus secara kimia, fisika, maupun biologi, dikarenakan sebagian besar bercak merupakan bercak tidak berwarna. Cara kimia dilakukan dengan cara penyemprotan bercak menggunakan pereaksi kimia, sementara itu cara fisika dilakukan dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Pengamatan plat di bawah lampu ultraviolet dengan emisi panjang gelombang 254 atau 366 untuk menampakkan solut sebagai bercak gelap atau bercak yang berfluoresensi terang pada dasar yang berfluoresensi seragam Gandjar dan Abdul, 2007. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka R f atau hR f . Harga R f didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari awal Stahl, 1985.

I. Spektrofotometri InframerahInfrared IR

Radiasi inframerah yang berkisar antara 10.000-100 cm -1 diabsorbsi untuk kemudian dikonversikan oleh suatu senyawa organik menjadi energi vibrasi molekuler. Nilai absorbsi dapat dikuantifikasi melalui pita-pita spektra yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI