berkomunikasi dengan „anak dengar‟. Sesekali observer membantu untuk menterjemahkan pesan yang disampaikan kepada anak tunarungu oleh „anak
dengar‟ dan begitu pun sebaliknya. Hal ini menjadi distraksi observer ketika sedang melakukan pengamatan.
Pengamatan responden 3 dilakukan di rumahnya ketika sedang bermain bersama adiknya. Observer datang pada malam hari karena rumah subjek yang
cukup jauh dan jam pulang sekolah yang hampir sore. Ketika observer datang, responden sedang bercengkrama dengan keluarganya. Responden terlihat
malu-malu dan memilih untuk menemani adiknya.
C. Hasil Penelitian
1. Kontak Sosial
a. Anak Tunarungu dengan Sesama Anak Tunarungu
Berdasarkan hasil observasi, kontak sosial yang terjadi antara anak tunarungu dengan sesamanya melibatkan kesadaran responden dan
kontak fisik, serta adanya ajakan interaksi. Kesadaran akan kehadiran orang lain tampak pada perilaku R1 yang menghampiri teman-temannya
untuk memberitahukan kedatangan teman yang lain. “Ketika jam istirahat R1 melihat ada teman lamanya yang datang dan
duduk di samping sekolah.” “R1 menghampiri temannya yang berada di aula.”
Perilaku lain tampak pada perilaku R2 yang melihat temannya sedang
menangis. “Set
elah R2 melihat temannya menangis, tidak lama ibu guru datang
untuk bertanya ada apa.” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perilaku berbeda tampak dari R3 yang menyadari kehadiran sesama anak tunarugu dengan berbagi makanan yang dimiliki.
“Lalu, R3 mengambil 2 wafer dan membagikan wafernya
pada teman
yang lain.” Setelah menyadari kehadiran sesama anak tunarungu, para
responden menyadari kegiatan yang dilakukan oleh sesama anak tunarungu. R1 memperhatikan temannya yang sedang bermain
game
pada
tab
nya. “R1 berdiri di samping temannya sambil
menyilangkan tangannya di
dada dan melihat temannya yang sedang bermain game di tab tersebut.” R2 dan R3 memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain tebak-
tebakan dan bola kertas. “Lalu, R2 duduk dan melihat teman
-temannya yang sekarang bermain tebak-
tebakan.” “Selama itu sambil duduk, R3 juga melihat kakak kelas dan teman
-teman sebaya yang laki-
laki ketika mereka sedang bermain bola.” Ketiga responden menyadari bahwa mereka sedang direkam
dengan kamera sehingga mereka beberapa kali melihat ke arah kamera. Hal ini tampak pada:
“R1 juga sesekali melihat ke arah kamera.” “R2 juga terkadang melihat ke arah kamera.”
“R3 juga sempat melihat ke arah kamera.” Kemudian, R2 dan R3 juga menyadari kepemilikan sebuah benda.
Hal ini tampak pada perilaku R2 yang mengembalikan sebuah benda kepada temannya. Sedangkan perilaku R3 tampak ketika ia
memperhatikan ponsel milik temannya. Akan tetapi perilaku ini tidak tampak pada R1.
“Saat di tangga R2 memegang sesuatu dan dikembalikan kepada temannya yang lebih kecil.”
“Kemudian, R3 juga melihat ke arah HP temannya.” Ketiga responden tidak hanya sadar akan kehadiran sesama
tunarungu atau kegiatan sesama tunarungu. Responden juga sadar akan lingkungan atau situasi yang ada di sekitarnya.
“Kemudian R1 berjalan
-jalan kecil
dan hanya melihat sekitarnya.” “Kemudian R2 mengamati teman
-teman di sekililingnya sambil
bertopang dagu.” “R3 sempat melihat ke arah pintu masuk.”
Selain melibatkan kesadaran, kontak sosial juga melibatkan kontak fisik yang tampak pada tatapan wajah dan sentuhan fisik. Perilaku
menatap wajah sesama anak tunarungu lain tampak pada: “Kemudian, R1 berhadapan dengan teman yang berada pada urutan
terakhir.” “Sampai di depan kelasnya R2 menatap wajah temannya yang
mengajaknya berkomunikasi.” “Sambil makan R3
melihat wajah dan gerakan tangan teman di
hadapannya yang sedang berbicara.” Sedangkan perilaku yang melibatkan sentuhan fisik tampak pada:
“R1 berbicara sambil dirangkul oleh temannya.” “R2 berjalan mundur dan tidak sengaja langkahnya terkena lutut
tema
nnya yang sedang duduk.” “R3 juga makan sambil bersandar dengan temannya dengan meletakkan
siku R3 di atas lutut temannya di sampingnya.” R1 juga sadar akan adanya ajakan interaksi. Perilaku ini tampak
pada: “R1 juga menghampiri teman yang memanggilnya.”
b. Anak Tunarungu dengan ‘Anak Dengar’