4.4 HASIL INSEMINASI INTRAUTERI
Tabel 4.4 Hasil Inseminasi Intrauteri Kehamilan
n = 30 total
Nilai p Positif
Negatif
Jenis Kateter
Kaku Flexibel
6 20 8 26.7
24 80 22 73,3
30 100 30 100
0,542 Darah di Kateter
Ada Tidak ada
5 14,3 9 36
30 85,7 16 64
35 100 25 100
0,050 Refluks
Ada Tidak ada
2 22,2 12 23,5
7 77,8 39 76,5
9 100 51 100
1,00
nilai p didapat dengan uji pearson Chi-square nilai p didapat dengan uji Continuity correction
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan angka keberhasilan inseminasi intrauteri pada kelompok kateter fleksibel lebih tinggi 26,7 dibandingkan
dengan kelompok kateter kaku 20, namun dari uji statistik dengan Chi- square didapatkan nilai p=0,542, yang menunjukkan tidak ada perbedaan
yang bermakna dalam hal tingkat keberhasilan kehamilan antara kedua kateter.
Hasil yang sama didapatkan dari penelitian Teraporn dkk tahun 2003 bahwa dari 239 siklus IIU didapatkan tidak ada perbedaan bermakna secara
statistika mengenai keberhasilan inseminasi baik dari kateter kaku dan fleksibel dengan nilai p=0,714.
8
Demikian juga pada penelitian yang dilakukan Smith dkk pada tahun 2002 dengan penelitian acaknya menyimpulkan bahwa
angka kehamilan rata-rata per siklus sama pada kelompok kateter ujung lunak 16 dan kelompok ujung keras 18 dan tidak bermakna secara
Universitas Sumatera Utara
statistika dengan nilai p=0,61.
25
Miller dkk, tahun 2005, secara prospektif dan penelitian acak dengan 100 pasien. Tidak ada perbedaan bermakna pada
angka kehamilan rata-rata per siklus pada kelompok dengan ujung lunak dan ujung keras.
26
Dan Fancsovits dkk tahun 2005 yang melakukan inseminasi pada 251 pasien dengan kateter fleksibel dan kaku mendapatkan hasil yang
sama dengan lainnya, dimana kelompok kateter kaku terdapat 33 kehamilan dari 127 inseminasi sedangkan 34 kehamilan pada kelompok kateter fleksibel
10,4 berbanding 9,7, berurutan.
34
Hasil penelitian juga ditunjukkan pada tabel 4.4 bahwa angka kegagalan inseminasi intrauteri pada kasus dengan kateter yang
mengandung darah lebih tinggi 85,7 dibandingkan dengan kasus yang tidak mengandung darah 64, namun dari uji statistik dengan Chi-square
didapatkan nilai p=0,050, yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal tingkat keberhasilan kehamilan antara kateter yang
menimbulkan perdarahan atau yang tidak. Hal ini memberi kesan bahwa kedua
jenis kateter kaku dan flexibel dapat digunakan dalam prosedur IIU dengan tingkat keberhasilan yang relatif sama.
Mungkin hal ini karena setelah IIU, sperma diketahui telah mencapai rongga peritoneum dalam waktu yang sangat cepat. Berbeda pada inseminasi
yang dilakukan pada transfer embrio dimana implantasi embrio pada uterus terjadi sekitar 7 hari pasca fertilisasi. Embrio akan mengapung sebelum
implantasi atau menempel pada dinding endometrium dengan dalam beberapa hari transfer embrio hari kedua atau ketiga atau berimplantasi
dalam 1 hari transfer embrio hari ke 5 atau ke-6. Oleh sebab itu, rata-rata implantasi embrio akan menurun jika kateter embrio transfer merusak
Universitas Sumatera Utara
langsung embrio danatau endometrium atau jika embrio keluar lewat serviks atau tuba falopi.
Sedangkan angka kegagalan inseminasi intrauteri pada kasus kateter dengan refluks sperma, sama pada kedua kelompok dimana dari nilai uji
Continuity Correction didapatkan nilai p=1,00 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam tingkat keberhasilan kehamilan antara
kateter yang menyebabkan refluks atau tidak.
35
Hal ini mungkin disebabkan oleh efek negatif dari kateter kaku maupun fleksibel yang digunakan pada IIU mungkin dapat mengeluarkan volume
sperma sampai sekitar 0,5 ml, setidaknya 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan suspensi embrio 0,04 ml. Dengan dasar itu sangat menarik untuk
dicatat bahwa ada penelitian yang mengemukakan bahwa IIU dengan volume sperma yang banyak lebih dari 4 ml lebih tinggi keberhasilannya daripada
IIU klasik yang menggunakan volume 0,5 ml.
4.5 ANALISA UJI HIPOTESIS