1.2 Rumusan Masalah
Salah satu aspek pada FERT yang mendapatkan perhatian beberapa tahun belakangan ini adalah masalah penggunaan kateter pada proses
inseminasi. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai kateter lunak untuk transfer embrio dapat meningkatkan keberhasilan prosedur transfer embrio.
Penjelasan mengenai hal ini belum begitu jelas, namun secara teoritis dihubungkan dengan kejadian trauma pada lapisan endometrium, dimana
penggunaan kateter fleksibel dapat mengurangi trauma pada saat masuknya embrio ke kavum uteri dibandingkan dengan kateter kaku.
Namun, pemilihan IIU sebagai salah satu terapi untuk pasangan infertil masih kurang diteliti dan data mengenai perbandingan jenis kateter fleksibel
maupun kateter kaku pada inseminasi intrauteri masih terbatas. Sehingga yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Adakah perbedaan tingkat keberhasilan inseminasi yang menggunakan kateter fleksibel dengan yang menggunakan kateter kaku?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisa perbedaan tingkat keberhasilan inseminasi yang menggunakan kateter fleksibel dengan yang menggunakan kateter kaku
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pasangan wanita yang melakukan
Inseminasi Intrauteri berdasarkan usia, durasi, jenis infertilitas, dan indikasi dilakukannya inseminasi intrauteri pada pasangan infertil
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui jumlah folikel yang berdiameter lebih atau sama
dengan 17 mm, tebal endometrium dan banyak sperma yang motil yang digunakan saat inseminasi intrauteri.
3. Untuk mengetahui kegagalan memasukkan kateter, ketidaknyamanan
selama proses inseminasi intrauteri, refluks sperma setelah inseminasi dan darah yang ditemukan di kateter setelah proses inseminasi
intrauteri. 4.
Untuk menganalisa perbedaan keberhasilan inseminasi berdasarkan penggunaan kateter fleksibel dan kateter kaku; ada tidaknya darah
pada kateter dan adanya refluks pada proses IIU.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dengan adanya penelitian ini, pemilihan kateter pada IIU dapat
dijadikan salah satu faktor yang dipertimbangkan untuk memberikan tingkat keberhasilan IIU yang lebih tinggi.
2. Karena penelitian ini merupakan penelitian pertama kali di senter USU
dan juga di Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan dorongan bagi peneliti lain untuk penelitian tentang kateter IIU
selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Penelitian mengenai inseminasi intrauteri pertama kali dilakukan pada tahun 1962 oleh Cohen, dimana merupakan usaha yang meliputi persiapan
sperma, pemantauan waktu selama preovulatorik dan induksi ovulasi dengan Human Chorionic Gonadotropin hCG untuk mendapatkan kehamilan, namun
sejauh ini IIU tidak diklasifikasikan sebagai ART. IUI dimasukkan dalam FERT Fertility Treatment Other Than ART.
5,11,12
Tehnik ini sudah banyak digunakan karena penggunaannya mudah, tidak invasif dan murah sehingga
biasanya digunakan sebagai terapi empiris untuk kasus infertilitas secara umum. The European IVF Monitoring Programme pada tahun 2004
melaporkan 98.388 kasus dilakukan IIU di 19 negara dengan 12.081 kelahiran 12,3. Dimana 87 melahirkan anak tunggal dan 13 kelahiran
multipel. Walaupun sudah banyak dan umum digunakan hampir di seluruh
dunia, tapi keefektifannya masih kecil pada penyebab infertilitas akibat faktor pria dan salah satu penelitian bahkan menemukan bahwa stimulasi dengan
IIU tidak efektif sebagai terapi infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya walaupun ada beberapa penelitian lainnya yang menyimpulkan sebaliknya.
Keadaan klinis yang dapat membuktikan keefektifan dari IIU adalah mencakup: penggunaan dari IIU, indikasi IIU, keoptimalan prosedur persiapan
sperma, metode inseminasi dan waktu, untuk melindungi Luteinizing hormone LH prematur dan defisiensi luteal pada IIU.
13
14,7
Universitas Sumatera Utara