Distribusi frekuensi KNF berdasarkan jenis kelamin Distribusi frekuensi KNF berdasarkan tipe histopatologi

5.2. Distribusi frekuensi KNF berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 jenis kelamin laki-laki lebih banyak dijumpai yaitu sebanyak 22 orang 73,3 dibandingkan perempuan sebanyak 8 orang 26,7 dengan perbandingan 3:1. Penelitian di sentra lain di Indonesia mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu Yenita dan Asri 2008 di Sumatera Barat mendapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan 2.5:1. Penderita KNF lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan dilaporkan pada hampir semua penelitian, hal ini diduga ada hubungannya dengan kebiasaan hidup serta pekerjaan yang menyebabkan laki- laki sering terpapar dengan karsinogen penyebab KNF. Paparan uap, asap debu dan gas kimia di tempat kerja meningkatkan risiko KNF 2-6 kali, sementara paparan formaldehid meningkatkan risiko 2-4 kali Chang Adami, 2006. Merokok dan zat karsinogen akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang dapat merusak DNA, sehingga bila DNA repair tidak sanggup untuk memperbaikinya maka dapat terjadi kanker Hecht, 2003. Mukosa nasofaring dapat langsung terpapar dengan asap rokok yang dihisap, dan kanker dapat diinduksi pada daerah kontak dengan karsinogen Cheng, 1999. Alkohol dan stres dapat menstimulasi hipotalamus memproduksi corticotropin releasing hormone CRH, hormon ini akan merangsang kelenjar pituitari untuk memproduksi adrenal corticotropic hormone ACTH dan akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk memproduksi glucocorticoid. Efek glucocorticoid ini akan mengurangi produksi sitokin sehingga dapat menurunkan respon imun, sehingga Universitas Sumatera Utara peminum alkohol lebih rentan untuk terkena infeksi termasuk VEB Vaughan et al, 1996.

5.3. Distribusi frekuensi KNF berdasarkan tipe histopatologi

Penelitian ini menemukan tipe histopatologi penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah tipe non keratinizing squamous cell carcinoma sebanyak 16 jaringan karsinoma nasofaring 53,3 dan tipe histopatologi yang paling sedikit adalah tipe histopatologi keratinizing squamous cell carcinoma sebanyak 1 jaringan karsinoma nasofaring 3,3. Hal ini sama dengan penelitian lain di RSUP H. Adam Malik Medan yaitu Puspitasari 2011, Harahap 2009 dan Hidayat 2009 yang mendapatkan tipe non keratinizing squamous cell carcinoma paling banyak dijumpai pada KNF dengan proporsi masing-masing sebesar 46,6, 50,0 dan 63,6. Berbeda dengan Aliandri 2007 mendapatkan WHO tipe 3 yang terbanyak 54,4; Zahara 2007 mendapatkan jenis histopatologi terbanyak WHO tipe 3 58,3; dan Munir 2007 mendapatkan WHO tipe 3 sebesar 54,6. Di Amerika Utara didapati WHO tipe 1 25, WHO tipe 2 12 dan WHO tipe 3 63. Sementara itu distribusi histopatologi di Cina Selatan WHO paling banyak dijumpai WHO tipe 3 95 diikuti WHO tipe 2 2 Wei Sham, 2005; Wei, 2006. Histopatologi KNF berdasarkan WHO tipe 2 dan 3 paling banyak dijumpai di daerah endemik KNF, seperti di Cina Selatan, Asia Tenggara dan Afrika Utara. Universitas Sumatera Utara Sementara WHO tipe 1 lebih sering dijumpai di Eropa dengan prognosis yang lebih buruk Licitra et al. 2003; Guigay et al. 2006.

5.4. Distribusi frekuensi KNF berdasarkan eksperesi MMP-9