Asas Manfaat Asas-Asas Hukum Divestasi

Undang Hukum Perdata, semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan ini mengandung makna bahwa kontrak yang dibuat oleh para pihak keberlakuannya sama dengan undang- undang. Menurut Sultan Remy Sjandeini, “Dari mempelajari hukum perjanjian negara-negara lain dapat disimpulkan bahwa asas kebebasan berkontrak sifatnya universal, artinya berlaku juga pada hukum perjanjian negara-negara lain, mempunyai ruang lingkup yang sama seperti juga ruang lingkup asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia.” 15 Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting didalam hukum perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas. Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut: 16 a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian. c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya. d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian. e. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional. Dalam perkembanganya agar mencerminkan keadilan, kebebasan berkontrak yang awalnya digambarkan sebagai arti mutlak kini diberi arti relatif. Menurut Salim HS 17 , Pengaturan subtansi kontrak tidak semata-mata dibiarkan kepada para pihak, namun perlu diawasi. Pemerintah sebagai sebagai pengemban kepentingan umum menjaga keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Melalui 15 Sultan Remy Sjandeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia , cetakan pertama, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993, h. 47. 16 Sultan Remy Sjandeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia , h. 47. 17 Salim HS, Hukum divestasi Indonesia, cetakan pertama, Jakarta : Erlangga, 2010, h. 17. penerobosan hukum kontrak oleh pemerintah, terjadi pergeseran hukum kontrak kebidang hukum publik. Melalui campur tangan pemerintah ini terjadi pemasyarakatan vermastchappelijking hukum kontrak. Negara membuat undang- undang dimaksudkan untuk melindungi ekonomi lemah. Campur tangan negara dalam bidang privat atau kontrak, yang dalam kepustakaan hukum, disebut proses sosialisering. Proses sosialisering menurut Sudikno Mertokusumo, “Proses campur tangan yang makin mendalam dari pemerintah maupun masyarakat. Terutama hal ini tampak dari pembatasan atau penggerogotan kebebasan berkontrak dan adanya ancaman hukuman. Ada gejala bergesernya hukum perdata kearah hukum publik. Tujuannya tidak lain untuk lebih melindungi kepentingan umum, sedangkan dari pihak perorangan dirasakan sebagai penggrogotan kebebasan berkontrak. Menurut sejarah, dulu kedudukan yuridis seseorang itu ditentukan oleh status so sialnya.” 18 Dalam divestasi saham yang telah diatur Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, kebebasan berkontrak pemegang kontrak karya tidak dapat dilakukan secara mutlak. PT Freeport Indonesia tidak dapat lagi menawarkan saham yang dimiliknya kepada pihak lainnya secara bebas, kecuali kepada peserta Indonesia. Prioritas utama dalam hal membeli saham PT Freeport Indonesia yaitu Pemerintah Indonesia sendiri. Peluang pihak lain agar bisa membeli saham PT Freeport Indonesia harus dengan syarat jika Pemerintah Indonesia menyatakan ketidaksanggupan membeli saham yang ditawarkan.

3. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme menjadi salah satu prinsip dasar dalam divestasi saham. Asas konsensualisme memiliki hubungan erat dengan asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat di dalam Pasal 1320 jo 1338 Kitab Undang- 18 Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Hukum Divestasi Di Indonesia ; Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomer 2 SLKN-X2012, edisi revisi cetakan pertama, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013, h. 20-21.