Manfaat dan Tujuan Divestasi Saham Bagi Indonesia

operasi pertambangan di Indonesia. Pertimbangan lain dari divestasi saham jika di tinjau dari konsep Indonesianisasi ada dua hal yang menjadi tujuannya, yaitu : 29 a. Mendapat keuntungan ; dan b. Pengalihan kontrol terhadap jalannya perusahaan. Dengan demikian, perangkat peraturan yang mendasari dibentuknya aturan dalam hal penguasaan negara dibidang sektor tambang selain dalam rangka pencapaian untuk memperoleh sasaran yang lebih tinggi, kewajiban divestasi diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas yaitu keuntungan bagi pemasukan negara. Menganlisis manfaat dari divestasi yang dilakukan badan hukum asing yang bergerak di bidang pertambangan kepada pemerintah Indonesia, pemerintah daerah, dan badan hukum yang dikendalikan oleh warga negara Indonesia sangat erat hubungannya dengan teori ultilitas. Konsep teori yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham ini menjelaskan bagaimana hukum dan kebijakan dapat menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Hubungan antara divestasi dan teori utilitas tidak dapat terbantahkan. Peraturan mengenai keharusan divestasi sebagai bentuk usaha dalam mencapai pemanfaatan sumber daya alam yang optimal. Melalui peraturan perundang-undangan dan negara sebagai pemangku kebijakan, tentu divestasi diformulasi sebagaimana tujuan konsep teori utilitas. Faktor yang menjadikan divestasi harus dikenakan kepada badan hukum asing. Menurut Salim HS, ada dua alasan yang dapat di jadikan rujukan untuk mengemukakan alasan-alasan badan hukum asing untuk melakukan divestasi saham, meliputi alasan : 30 29 Salim HS, Hukum Divestasi Di Indonesia, cetakan pertama, Jakarta :Erlangga, 2010, h. 102. 30 Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Hukum Divestasi Di Indonesia ; Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomer 2 SLKN-X2012 , edisi revisi, cetakan pertama Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013, h. 136. a. Yuridis Alasan yuridis merupakan alasan-alasan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Dalam peraturan perundang-undangan menggunakan kata wajib melakukan divestasi. Ini berarti bahwa badan hukum asing harus melakukan divestasi saham yang dimilikinya kepada pemerintah Indonesia, warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia b. Non-yuridis Alasan non-yuridis merupakan alasan yang tidak ada hubungannya dengan undang-undang. Ada empat alasan non-yuridis, badan hukum asing melakukan divestasi saham yang dimilikinya kepada pemerintah Indonesia, warga negara Indonesia, atau badan hukum yang dikendalikan oleh warga negara Indonesia atau pihak lainnya. Keempat alasan itu, meliputi : 1 Meningkatkan pendapatan negara ; 2 Meningkatkan pendapatan daerah ; 3 Meningkatkan kesejateraan masyarakat ; 4 Mengurangi peran badan hukum asing dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam tambang di Indonesia. Dilihat dari sudut pandang mengapa badan hukum asing melakukan divestasi saham kepada peserta Indonesia, setidaknya memiliki dua sebab. Kedua sebab tersebut, yaitu karena keterpaksaan dan sukarela. Sebab keterpaksaan tidak dapat dipisahkan dari alasan yuridis, sebagaimana yang telah diatur di dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 97 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara menjadi sebab yang memaksa bagi badan hukum asing untuk melakukan pelepasan sahamnya kepada peserta Indonesia secara langsung. Badan hukum asing dimungkinkan dapat melakukan divestasi secara sukarela. Divestasi secara sukarela dilakukan tanpa ada tekanan dari pihak manapun, dengan kata lain divestasi adalah kemauan dari perusahaan itu sendiri. Alasan-alasan divestasi yang dilakukan secara sukarela, meliputi : 31 1 Kembali ke kompetensi inti core competence 2 Menghindari sinergi yang negatif 3 Tidak menguntungkan secara ekonomis 4 Kesulitan keuangan 5 Perubahan strategi perusahaan 6 Memperoleh tambahan dana 7 Mendapatkan uang kas dengan segera. Urgensi divestasi saham di bidang pertambangan adalah bentuk dari kebutuhan negara dalam mengembalikan fungsinya sebagaimana mandat Pasal 33 ayat 3 Undang- Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai momentum terjadinya divestasi saham di Indonesia, khususnya kewajiban divestasi terhadap kontrak karya KK dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan mineral dan batubara PKP2B. Filosofi dari divestasi merupakan cita-cita dasar bagi kepentingan dan kemajuan nasional. Kepemilikan saham oleh peserta Indonesia, maka akan berdampak pada manfaat ekonomi, sosial, dan manfaat lainnya. Melalui partisipasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam kepemilikan saham di perusahaan pertambangan mineral dan batubara asing maka prinsip tata kelola governance yang lebih baik menciptakan iklim bisinis dan mekanisme kerja sama pengelolaan pertambangan di Indonesia yang kondusif, adil, dan juga memberikan manfaat yang besar bagi negara dapat terwujud. Tujuan pengenaan kewajiban divestasi saham bagi kepentingan nasional Indonesia : 32 31 Salim HS, Hukum Divestasi Di Indonesia, cetakan pertama, Jakarta : Erlangga, 2010, h. 35-36. 32 Ahmad Redi, Hukum Pertambangan, cetakan pertama, Jakarta : Gramata publishing, 2014, h. 242-268. a. Memastikan kepatuhan compliance perusahaan dalam pembayaran pendapatan negara dan kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility b. Menjaga kepentingan nasional berdasarkan prinsip-prinsip best mining practice c. Membangun tata kelola governance dan pengawasan yang lebih baik bagi pelaksanaan pengusahaan pertambangan di Indonesia d. Meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas perusahaan pertambangan mineral dan batubara e. Mendorong perusahaan pertambangan mineral dan batubara asing di Indonesia untuk lebih mematuhi ketentuan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup f. Menjadi pola pengawasan kegiatan investasi di industry ekstraktif yang mengelola sumber daya alam, termasuk untuk mendorong renegosiasi KK dan PKP2B g. Mendapatkan harga saham khusus h. Memperoleh dividen i. Memperoleh jatah kursi komisaris j. Pengembangan wilayah k. Alih teknologi, keterampilan, dan pengetahuan l. Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negri m. Pengembangan tenaga kerja Indonesia Manfaat yang besar itulah divestasi saham di harapkan dapat dilaksanakan sesuai undang-undang yang berlaku. Regulasi divestasi saham bidang pertambangan yang terbaru diatur dalam bentuk peraturan pemerintah. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Namun, kewajiban divestasi saham masih sulit untuk dilaksanakan secara total dikarenakan ada sejumlah hambatan. Penyebab hambatan tersebut berasal dari faktor tidak adanya klausal mengenai divestasi di dalam kontrak karya, serta tidak jelasnya bunyi Pasal 169 huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Selanjutnya akan dikaji lebih dalam pada bab berikutnya.

BAB III SEJARAH KONTRAK KARYA DAN DIVESTASI PT. FREEPORT INDONESIA

A. Hukum Penanaman Modal

Untuk memahami arti dari penanaman modal, maka perlu diberikan batasan dan konsep yang jelas terhadap pengertian apa yang dimaksud dengan penanaman modal. Hal tersebut agar persepsi dan pemahaman tentang penanaman modal menjadi lebih baik, ini agar tidak terjadi salah persepsi khususnya pada penanaman modal asing. Mempertegas pengertian dari penanaman modal khususnya penanaman modal asing, pemahaman dari ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970, maka pengertian penanaman modal asing lebih ke equity, suatu fresh capital yang datang dari luar negri. 1 Pengertian penanaman modal asing dalam ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang sudah tidak berlaku lagi disebutkan bahwa : Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. 2 Sedangkan dengan diundangkannya peraturan perundang-undangan yang baru tentang penanaman modal menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang 1 Todung Mulya Lubis, Hukum Ekonomi, Jakarta : Sinar Harapan, 1992, h. 23. 2 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, edisi revisi cetakan keempat, Jakarta : Kencana, 2010, h. 53. Penanaman Modal Asing, penanaman modal asing dijelaskan pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal bahwa penanaman modal asing yaitu kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya, maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negri. 3 Dalam ketentuan penanaman modal sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan penanaman modal, khususnya yang terdapat dalam ketentuan undang-undang tentang penanaman modal Indonesia sebagai dasar dan landasan bagi pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan serta mengembangkan potensi investasi di Indonesia. Ditetapkannya ketentuan penanaman modal melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang mengatur penanaman modal asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 yang mengatur dalam hal penanaman modal dalam negri, telah menyatukan dua hal penanaman modal yang berbeda kedalam satu peraturan perundang-undangan. Terbitnya undang-undang ini akan memberikan kemudahan kepada investor dan mempertegas arah kebijakan pengaturan penanaman modal di Indonesia. Keinginan pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan kehadiran penanaman modal, khususnya modal asing di Indonesia merupakan suatu langkah yang strategis. Dengan peraturan perundang-undangan yang jelas berarti Pemerintah serius dalam mengelola potensi sumber daya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil. Terlebih dalam hal pengelolaan sumber daya alam khususnya mineral dan batubara yang memerlukan 3 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal tenaga skill, teknologi, serta modal yang besar maka tidak terbantahkan Indonesia harus menarik minat investor untuk melakukan penanaman modal. Perlu untuk diketahui penanaman modal ini akan berimplikasi kedalam berbagai bentuk kerjasama. Dengan kata lain antara penanam modal, khususnya penanam modal asing dan pemodal nasional akan melakukan bentuk kerjasama patungan joint venture. Dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya mineral dan batubara terdapat dua jenis kerjasama, antara lain Kontrak Karya KK dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PKP2B. Pada sub berikutnya akan dibahas mengenai dua bentuk kerjasama tersebut, dan ditambah satu kontrak yang berkaitan dengan kewajiban pada penanaman modal asing terhadap ketentuan divestasi saham di bidang pertambangan, yaitu kontrak Sales and Purchase Agreement.

1. Kontrak Karya

Secara terminoligi pengertian kontrak karya adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan pihak penanam modal asing yang memuat persyaratan teknis, finansial dan persyaratan lain untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan bahan galian Indonesia, kecuali minyak bumi dan gas bumi, batubara, uranium. 4 Definisi Kontrak Karya KK juga dikemukakan Salim HS dkk, “Sebagai suatu kontrak yang dibuat pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan asing semata-mata atau merupakan patungan antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik dalam bidang pertambangan diluar minyak dan gas bumi sesuai jangka waktu yang di tentukan oleh kedua belah pihak. ” 5 Ahli hukum lain juga memaparkan mengenai definisi kontrak karya, Ismail Sunny mengartikan kontrak karya yaitu, 4 Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, cetakan kedua, Jogjakarta : UII Press, 2004, h. 146. 5 Salim HS, Abdullah,Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding MoU, cetakan pertama, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, h. 63.