15
1. Subyek Dakwah Da’i
Kata da’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak. Dalam pengertian yang khusus pengertian I
slam, da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak
langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut ayat Al-
Qur’an dan Sunnah. Dalam pengertian khusus tersebut da’i identik dengan orang yang melakukan
amar ma’ruf nahi munkar.
9
Secara garis besar juru dakwah atau da’i
mengandung dua pengertian
a. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah
sebagai kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah”Ballighu anni walaw
ayat” b.
Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus mutakhashshish-spesialis dalam bidang dakwah islam, dengan
kesungguhan luar biasa dan dengan qudwah hasanah. Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas
Nabi Muhammad Saw yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Al-
Qur’an dan sunnah Rasulullah. Keberadaan da’i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang
cukup menentukan. Fungsi da’i adalah sebagai berikut.
10
9
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 68.
10
Enjang AS dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah Bandung: Widya Padjadjaran, 2009, h. 74- 75.
16
a. Meluruskan akidah
Sudah menjadi naluri bahwa manusia selalu tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan yang tidak terkecuali terhadap keyakinan dan
akidahnya. Banyak terjadi pada seorang muslim, tetapi karena sesuatu hal keyakinannya berubah dan bergeserhal tersebut disebabkan adanya
faktor luar yang memepengaruhi. b.
Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar. Seorang da’i memberikan pencerahan akan keberadaan manusia
sebagai hambah Allah yang memiliki tugas untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah dengan tuntutan aturan-aturan-Nya.
c. Amar ma’ruf nahi mungkar;
Sebagai wujud nyata dari fungsi seorang da’i selalu memiliki perhatian pada sesama untuk bersama-
sama menegakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkar untuk menciptakan kedamaian
bersama. d.
Menolak kebudayaan yang merusak Seorang da’i dalam melaksanakan kegiatan dakwahnya, tentu
tidak boleh larut dalam berbagai tradisi dan adat kebiasaan sasaran objek dakwah yang bertentangan dengan syari’at islam, dan mesti
kuat mempertahankan kaidah-kaidah, hukum-hukum dan tata pergaulan muslim. Seo
rang da’i tentu tidak boleh direndahkan oleh kemauan dirinya juga oleh keadaan, sehingga pada akhirnya
menyelewengkan syari’at islam. Para da’i mesti tangguh dalam mempertahankan syari’at dan terus berupaya untuk mengubah norma
yang menyimpang dan terus berusaha untuk menegakan sistem
17
islam.
11
Ada empat cara bagaimana seorang da’i dinilai oleh mad’unya.
1 Da’i dinilai dari reputasi yang mendahuluinya. Apa yang sudah
dilakukan oleh da’i, bagaimana karya-karyanya, apa latar belakang pendidikannya, apa jasanya dan bagaimana sikapnya. Apakah
sikapnya seorang da’i memperindah atau menghancurkan reputasinya.
2 Melalui perkenalan atau informasi tentang diri da’i. Seorang da’i
dinilai mad’unya dari informasi yang diterimanya. Bagaimana informasi tentang da’i diterima dan bagaimana da’i
memperkenalkan dirinya sangat menentukan kredibilitas seorang da’i.
3 Melalui apa yang diucapkannya. “al-lisan mizan al-lisan” lisan
adalah ukuran seorang manusia, begitu ungkapan Ali bin Abi Thalib. Apabila seorang da’i mengungkapkan kata-kata kotor, kasar
dan rendah, maka seperti itu pula kualitasnya. Da’i memiliki kredibilitas apabila ia konstan dalam menjaga ucapannya yang
selaras dengan perilaku keseharian. 4
Melalui bagaimana cara da’i menyampaikan pesan dakwahnya. Penyampaian dakwah yang sistematis dan terorganisir memberi
kesan pada da’i bahwa ia menguasai persoalan, materi dan metodologi dakwah.
12
11
Enjang AS dkk, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, h. 75.
12
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 5.
18
Berkenaan dengan kepribadian da’i, Asmuni syukir membedakannya menjadi dua bagian, yakni kepribadian yang bersifat
rohaniah dan jasmaniah. Ke pribadian rohaniah da’i meliputi sifat dan
sikap yang harus dimiliki. Sifat-sifat itu adalah :
13
1 Iman dan takwa kepada Allah SWT
2 Tulus dan ikhlas serta tidak mementingkan kepentingan diri
pribadi. 3
Ramah dan penuh pengertian. 4
Tawadlu’rendah diri. 5
Sederhana dan jujur. 6
Tidak memiliki sifat egoisme. 7
Antusiasme semangat. 8
Sabar dan tawakkal. 9
Memiliki jiwa toleran. 10
Terbuka demokratis. 11
Tidak memiliki penyakit hati. Syarat-syarat di atas secara keseluruhan apabila diperhatikan dan
dimiliki serta dilaksanakan oleh seorang da’i maka proses dakwah
yang dilakukannya tentunya tidak akan menemui kesulitan dan menjadi sia-sia.
2. Maudu Pesan Dakwah