Aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A.S

(1)

AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH HJ. IDA FARIDA A. S.

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I.)

Oleh :

Agustin Intan Permata 104051001814

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH HJ. IDA FARIDA A. S

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :

Agustin Intan Permata NIM. 104051001814

Dibawah Bimbingan :

Drs. Helmi Rustandi, MA NIP. 150235946

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Aktivitas Majlis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Akhlak Remaja Di Kelurahan Jagakarsa telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 04 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 19 September 2008 Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal Lk. MA. Umi Musyarrofah MA.

NIP. 150262876 NIP. 150281980 Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Murodi MA. Armawati Arbi, M.Si.

NIP. 150254102 NIP. 150246288

Pembimbing,

Drs. Jumroni, M.Si. NIP. 150254959


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang telah memberikan rahmat, taufiq, rezeki yang berlimpah, dan Hidayah-Nya kepada manusia. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu memberikan cahayanya kepada seluruh umatnya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.yang berjudul “Aktivitas Dakwah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.”

Karena ini adalah tugas akhir bagi penulis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 dari UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, maka selama penulis melakukan penelitian, tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Disamping itu penulis juga mengalami berbagai macam hambatan baik itu hambatan kecil maupun besar . Tetapi tak hanya itu, dukungan moril, support dari orang tua , dan para kerabat menjadikan penulis bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Walaupun ini masih jauh dari kesempurnaan.

Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan, arahan serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada :

1. Papa Gusairi dan Mama Yuli Susanti tercinta, terima kasih atas doa, support dan motivasinya, “Insya Allah dengan segenap jiwa raga, penulis


(5)

akan membuatmu bahagia dan bangga walaupun penulis belum bisa membalas jasamu.”

2. Dr. H. Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta dengan seluruh jajaran Pembantu Dekan I, II, dan III.

3. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Kajur Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberi motivasi kepada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Umi Musyarofah , MA selaku Sekjur Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu banyak memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti serta meluangkan waktunya bagi penulis. 5. Drs. Helmi Rustandi, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan serta nasehat-nasehat yang begitu berharga bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menggunakan fasilitas kepustakaan sebagai referensi dalam penulisan ini.

7. Ustadzah Hj. Ida Farida A. S selaku nara sumber sekaligus inspirasi bagi penulis untuk membuat skripsi ini, yang telah banyak memberikan informasi serta nasehat yang bermanfaat dan berkat beliau pula skripsi ini bisa ada.


(6)

8. Adik-adikku tersayang M. Fajar Dwi Putra, M. Zaky Al-Kahfi, dan Achmad Ibnu Rusy yang selalu menghibur, apabila penulis mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Iskandar, Hayustiro, Ray Sangga, Reinal Rinoza, Willy, Badru Zaman, Luthfi Anwar, Hetty Maryati, Lilis Nurkholisoh, dan Murniati, kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman pada jurusan KPI-C angkatan 2004.

10.Bie yang selalu sabar mendampingi sekaligus mendukung penulis dalam suka maupun duka, sehingga support darinya begitu berarti bagi penulis. 11.Lulu, Dini, Dely, Sarah, Dedeh Wahidah terima kasih atas doanya.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah SWT, semoga mereka diberikan balasan yang berkah dan berlipat atas semua kebaikannya, yang telah diberikan kepada penulis.

Jakarta, 15 agustus 2008


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KERANGKA TEORI TENTANG AKTIVITAS Dan DAKWAH ISLAM ... 11

A. Aktivitas ... 11

B. Dakwah Islam ... 12

1....Pengert ian Dakwah ... 12

2....Tujuan Dakwah ... 15


(8)

3....Karakt

eristik Dakwah ... 18

4....Metode Dakwah... 19

5....Sasara n Dakwah ... 24

6....Media Dakwah ... 25

7....Aktivit as Dakwah dan Bentuk-bentuknya ... 27

C. Karakteristik Da’i dan Da’iyyah Yang Ideal ... 29

BAB III BIOGRAFI USTADZAH Hj. IDA FARIDA. A. S ... 32

A. Profil Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S. ... 32

B. Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ... 34

C. Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ... 35

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH Hj. IDA FARIDA A. S. ... 38

A. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ... 38s B. Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ... 46


(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran-saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA... 56


(10)

DAFTAR TABEL

1. Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Jakarta 2. Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Luar Negeri 3. Aktivitas Mengaji Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

4. Aktivitas Halaqoh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. 5. Paper Yang Dibuat Oleh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

6. Aktivitas Santunan Anak Yatim dan Para Jompo Ustadzah Hj. Ida Farida A. S


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban masa kini lazim disebut sebagai “peradaban masyarakat informasi”. Informasi menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber kekuasaan karena informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat public (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku manusia.

Pada era informasi ini, arus informasi dunia dikuasai dan dikendalikan kaum kuffar yang memandang Islam sebagai musuh yang harus dihancurkan. Sedangkan umat Islam tidak memiliki suatu media massa yang memadai untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai Islam atau membela kepentingan agama dan umat Islam. Akibatnya yang terjadi tidak hanya kurang tersalurkannya aspirasi umat, tetapi juga umat Islam hanya menjadi konsumen.

Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. Dengan demikian, umat Islam bukan saja berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam terhadap orang lain. Para pemeluk ajaran agama Islam diberi gelar oleh Allah SWT sebagai umat pilihan, sebaik-baik umat (khairu ummah), yang mengemban tugas dakwah, yaitu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Oleh karena itu,


(12)

aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim1.

Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau ceramah masih dominan hingga kini. Walaupun sebetulnya masih banyak cara lain yang bisa juga dilakukan seperti berdialog, diskusi, yang penyebarannya bisa memanfaatkan media elektronik (tv atau radio). Belakangan ini juga dakwah dilakukan lewat koran, bulletin, dan buku bahkan melalui media alternatif semisal internet dan media seluler.2

Dakwah menjadi penting karena meliputi semua persoalan yang di dakwahinya. Oleh karena itu, manusia dianugerahkan akal dan pikiran untuk berusaha mencurahkan potensi insaninya dengan mempelajari, memahami, merenungkan, serta mengamalkan pesan dakwah tersebut. Sehingga dapat mengambil manfaat dari si penyampai pesan dakwah tersebut (da’i).3

“Islam terhalang karena kaum muslimin itu sendiri”, demikian ungkapan salah seorang Intelektual Islam Yaitu M. Abduh. . Banyak orang menolak Islam bukan lantaran mereka tidak menaruh respon kepada nilai-nilai ajarannya, melainkan lebih karena mereka merasa tidak melihat bagaimana nilai-nilai Islam itu direalisasikan secara konkrit dalam kehidupan nyata. Islam lebih sering di diskusikan sebagai nilai-nilai teoritis, sementara realitas umat Islam sendiri masih belum menunjukkan komitmen secara sungguh-sungguh

1

. Dr. H. AsepMuhiddin, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka Setia, Bandung, 2002. Cet-1.

2

. Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam,

Penerbit : Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 21.

3

. Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), cet-1, hal 23.


(13)

kepada ajaran agamanya. Perlu diperhatikan bahwa dakwah amat membutuhkan contoh konkrit dan keteladanan, baik dari umat Islam itu sendiri maupun dari sosok seorang da’I sebagai figure panutan di medan dakwah.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, sebagian umat Islam kadang berfikir bahwa yang berhak berdakwah itu hanyalah seorang da’i. Da’I dalam pengertian ini sering kali dipandang sempit. Da’I juga adalah seorang yang dianggap valid dalam ilmu-ilmu keislaman dan akhlaknya yang luhur, selain orang yang biasa berdiri atau duduk di depan sekumpulan jama’ah untuk menyampaikan pesan-pesan yang membawa umat Islam kepada kebaikan.

Setiap muslim dan muslimah adalah da’I (juru dakwah). Menjadi seorang muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi muballigh, kapan dan dimana saja. “Kedudukan kuadrat” yang diberikan Islam kepada pemeluknya adalah menjadi seorang muslim merangkap menjadi juru dakwah atau muballigh. Dakwah adalah salah satu bentuk komitmen muslim dan muslimah seluruh dunia terhadap agamanya. Seperti terjemahan ayat 125 surat An-Nahl yang menjelaskan tentang bagaimana cara seorang da’I atau da’iyyah menyampaikan pesan dakwah Islamnya.

!"# ﺏ

!$

% ﺡ'

#(

#ﺏ

$

) '

% ﺏ

# *

%

+)

$

) '


(14)

Artinya : “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauizhoh hasanah, dan bantahlah mereka dengan sesuatu yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih mengetahui orang yang sesat dari jalanNya dan Dia Maha Mengetahui tentang orang-orang yang memberi petunjuk” (QS. An-Nahl :125).4

Dan Rasulullah SAW bersabda.

%

!ﺏ

.- /

0 -1

!*

+#)

+

2 3

:

4/

2

+)#

#)5

# +)

+ )

#)

2 6ی

:

%ﻡ

8'

9: ﻡ

;: < )=

;- ﺏ

=(

>?" ی

+ﻥ ) =

( =

>?" یA+ )6 =

B

C/*

( یD

.

;

مF2م

Artinya :“Barang siapa diantara kalian melihat kemunkaran (kemaksiatan), maka cegahlah hal itu dengan tangannya (kekuasaan), jika tidak mampu, cegahlah dengan lisannya (ucapan), jika masih tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya Iman” (H. R. Muslim). 5

Dakwah juga merupakan sebuah aktivitas yang bersentuhan dengan manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu dakwah membutuhkan seorang pengarah atau da’I yang berwawasan luas dan memiliki pemahaman yang dalam akan perangkat yang dibutuhkan.

Da’I atau da’iyyah adalah orang yang menyampaikan isi pesan dakwah kepada mad’u atau khalayak luas yakni mengajak agar umat manusia masuk ke jalan Allah SWT. 6 Sukses atau tidaknya dakwah tersebut tergantung bagaimana cara da’I itu menyampaikan pesan dakwahnya.

Salah satu sosok da’iyyah ini tak hanya mampu mengeksistensikan dirinya di bidang dakwah, melainkan juga di kancah Indonesia. Profilnya

4

. (QS. An-Nahl : 125).

5

. Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya, Kutipan Hadist Ke-40, h. 60.

6


(15)

sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Jakarta bahkan juga di luar negeri. Karena selain beliau adalah salah satu putri seorang kyai besar dan tokoh masyarakat Betawi, ia juga adalah da’iyyah yang mudah bergaul dengan orang lain.

Tidak hanya pandai berbicara atau pidato di atas mimbar, sosok ustadzah Hj. Ida Farida A. S. juga seorang yang sukses dalam membangun kiprahnya yang berdedikasi di bidang dakwah. Selain itu beliau sekarang juga menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Putri As-Syafi’iyyah Jatiwaringin Pondok Gede sekaligus ketua Dewan Da’I dan Da’iyyah se-Indonesia. Maka tidak diragukan oleh banyak orang bahwa beliau adalah salah satu da’iyyah yang sukses dengan dakwahnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menulis skripsi dengan mengambil judul pada skripsi ini “Aktivitas Dakwah Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesungguhnya banyak sekali masalah yang bisa kita bahas tentang aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. seperti : aktivitas dakwahnya, metode dakwahnya, media dakwahnya dan lain-lain. Namun agar pembahasan ini lebih fokus, saya akan membatasi diri dalam pembahasan aktivitas dakwahnya saja. Adapun untuk memudahkan penelitian, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :


(16)

1. Apa saja aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas dakwah Islam ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan wacana keilmuan dakwah Islam, terutama tentang aktivitas dakwah Islam seorang da’iyyah yang sukses dan membawa peningkatan multiguna bagi umat Islam. Sekaligus dapat menambah khazanah keilmuan dakwah Islam. Seperti aktivitas dakwah Islam ustadzah Hj. Ida Farida. A. S dengan pengalaman, pengetahuan, dan motivasinya terhadap dakwah Islam.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode

Sesuai dengan masalah yang hendak diteliti, maka metode yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan merupakan penelitian ilmiah.7 Seperti berupa laporan tertulis yang bersumber dari dokumen-dokumen dari karya tulis

7

. Lexy, J. Maloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,1999), Cet, Ke-10, h.3


(17)

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. atau foto-foto aktivitas dakwah beliau, sedangkan untuk buku yang digunakan oleh penulis adalah buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dakwah Islam ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada bulan april 2008 sampai dengan bulan September 2008. Adapun tempat penelitian ini berlokasi di kediaman ustadzah Hj. Ida Farida A. S yang beralamatkan di Jatiwaringin Pondok Gede.

4. Tehnik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu penulis langsung mendatangi kediaman ustadzah Hj. Ida Farida A. S., majlis taklim al-Mar’atun Sholihah, dan yayasan yatim piatu As-Syafi’iyah Jatiwaringin Pondok Gede guna mendapatkan data-data yang akurat tentang aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

b. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku tertentu atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan apa yang diteliti penulis, dan internet yaitu dengan membuka situs-situs yang sangat berkaitan dengan penelitian tersebut.


(18)

c. Wawancara, merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.8 Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung atau via telepon dengan ustadzah Hj. Ida Farida. A. S. atau asisten beliau, untuk mendapatkan data yang akurat mengenai beliau.

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul, analisa dilakukan dengan tehnik triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga hasil data sementara dari observasi, dokumentasi dan wawancara, kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan. Kemudian data-data tersebut diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.9

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti melakukan pengecekan pada Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan lain ternyata telah ada tulisan tentang ustadzah Hj. Ida Farida A. S. yaitu :

8

. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andy Offet, 1983), h. 49.

9


(19)

1. Ananda Septiani dengan judul Kegiatan Organisasi Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. yang berisi tentang semua kegiatan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dalam berorganisasi.

Berbeda dengan tulisan di atas, skripsi saya ini membahas tentang aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. meliputi : dakwah bil lisan, dakwah bil qalam, dan dakwah bil hal.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kerangka Teoritis yang membahas tentang pengertian Aktivitas, Dakwah Islam dan Karakteristik Da’I dan Da’iyyah, Yang Ideal.

BAB III Menjelaskan tentang Biografi Ustadzah Hj. Ida Farida A. S., Meliputi Profil Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S., Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S., Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

BAB IV Menjelaskan tentang Analisis Aktivitas Dakwah Islam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. meliputi : Aktivitas Dakwah bil lisan, Dakwah bil qalam ,dan Dakwah bil hal.


(20)

BAB V Penutup

Kesimpulan dan Saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


(21)

BAB II

KERANGKA TEORITIS TENTANG AKTIVITAS Dan DAKWAH ISLAM

A. Pengertian Aktivitas

Aktivitas merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas berarti kearifan, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian.10

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh manusia. Namun berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut tergantung dari individu itu sendiri. Menurut Samuel Soeltoe sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau juga mengatakan bahwa aktivitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.11

Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun serta berinteraksi dengan masyarakat, haruslah melakukan aktivitas-aktivitas yang membantu tercapainya keinginan tersebut.

Terwujudnya dakwah bukan sekedar usaha peningkatan dan pemahaman agama dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga sasaran yang luas. Terutama di zaman sekarang ini, dakwah harus lebih berperan untuk mengimplementasikan ajaran Islam secara universal dalam aspek kehidupan.

10

. Ahmadi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdiknas, 2000).

11


(22)

Sedangkan yang dimaksud dengan aktivitas dakwah Islam adalah salah satu kegiatan keagamaan yang sangat penting dalam ajaran agama Islam. Karena di dalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsyafan yang mampu mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun orang lain.

B. Dakwah Islam

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata ”dakwah” berasal dari Bahasa Arab yaitu sebuah isim masdar dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti “memanggil, menyeru, atau mengajak”.12

Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminologi mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Dalam hal ini banyak ilmuan dakwah yang memberikan definisi terhadap istilah dakwah, antara lain :

Menurut H. M. Arifin, Dakwah adalah suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul dengan sendirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.13

12

. Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. ke-1, h. 127.

13

. H. M. Arifin, M. Pd, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 6.


(23)

Sedangkan pendapat Toha Yahya Umar, “Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang baik dan benar dan sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.14

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa, “Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia. Khususnya pada daratan kenyataan individual dan sosio-cultural, dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam sebuah segi kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.

Menurut M. Nastir, “Dakwah adalah tugas suci bagi tiap muslim dan muslimah dimanapun mereka berada. Di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW jelas mempertegas bahwa umat Islam berkewajiban untuk berdakwah dengan menyeru atau mengajak juga menyampaikan ajaran Islam bagi saudara-saudara muslim sekalian.15 Di dalam surat Al-Imran ayat 104 Allah berfirman :

% "

G #ﻡ'

( -ی

: 1

( :ﻡHی

I :/ ﺏ

( ی

%

:

J '

$

( )K

14

. Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), Cet. Ke-2, h. 1

15

. M. Nastir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1, h. 63.


(24)

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Pernyataan datang juga dari Abdullah Syinata, yang menyatakan bahwa dakwah adalah panggilan atau ajakan kepada orang lain ke jalan Allah SWT yang diridhoi.16

Pendapat dari A. Hasyimi yang menyatakan bahwa dakwah islamiyah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syari’ah Islam yang lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.17

Sedangkan dakwah pada dasarnya dapat pula diartikan sebagai upaya terus-menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia menyangkut pikiran (fikrah), perasaan (syu’ur), dan tingkah laku (suluk) yang membawa mereka kepada jalan Allah SWT, sehingga terbentuk dan terciptanya sebuah masyarakat Islami (al-mujtama’ al-islamiyah).

Dakwah memiliki dimensi yang luas. Setidaknya ada empat aktivitas utama dakwah, yaitu :

a. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan lisan.

b. Mengkonsumsikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulis. c. Memberi contoh keteladan akan perilaku atau akhlak yang baik. d. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya.

16

. Abdullah Syinata, Dakwah Islamiyah (DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984), h. 4.

17


(25)

Dalam uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaiannya saja, melainkan juga menyentuh pada pembinaan dan pembentukan pribadi, keluarga dan masyarakat.

2. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan usaha memindahkan umat dari situasi negatif ke situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai keridhoan Allah SWT.

Untuk memudahkan aktivitas dakwah maka para pelaku dakwah harus memahami terlebih dahulu tujuan dakwah itu sendiri. Dakwah juga adalah aktivitas internalisasi dan transformasi yang berkesinambungan dalam ajaran agama Islam. Dalam proses dakwah banyak melibatkan komponen dakwah seperti : (da’I, pesan, metode, media dan sebagainya).

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Menurut Jamaluddin Kafi, “Akhlak seseorang akan membentuk akhlak masyarakat, Negara, dan umat manusia seluruhnya. Maka karenanya bangunan akhlak inilah yang sangat diutamakan di dalam dakwah sebagai tujuan utamanya.18

18


(26)

Tidak ketinggalan pula dakwah bertujuan agar tingkah laku manusia yang berakhlak itu secara eksis dapat tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi jalan pikirannya.

Sedangkan tujuan dakwah secara umum, menurut KH. Didin Hafiduddin yaitu : “Mengubah prilaku sasaran dakwah agar menerima dan merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari agar mencapai kehidupan yang penuh keberkahan dunia dan akhirat.19

Tujuan dakwah dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab jika dakwah tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan dakwah akan sia-sia, maka tujuan dakwah merupakan salah satu unsur yang terpenting sebagai proses dakwah itu sendiri.

Salah satu tujuan dakwah dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 108, yang berbunyi :

3

;L$

!)

'

+#)

)

.M: Nﺏ

ﻥ'

%ﻡ

! / #ﺕ

(

+#)

ﻥ'

%ﻡ

% P:Q

Artinya : “Katakanlah : inilah jalan (agama)-Ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik”.

Dalam perspektif sosiologi juga dijelaskan bahwa tujuan dakwah adalah membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan keadaan yang sebelumnya.20

19

. K. H. Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual

20

. Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Syafi’I, Metode Perkembangan Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 159.


(27)

Pendapat Bardawi Umar mengenai tujuan dakwah dengan mengacu kepada firman Allah SWT yang tertera di dalam surat Ali-Imran ayat 110 :

" P

: ﺥ

. #ﻡ'

4 :ﺥ'

F #)

( :ﻡHﺕ

I :/ ﺏ

( ﺕ

%

:

( ﻡSﺕ

+#) ﺏ

%ﻡ T

$'

U "

(

9: ﺥ

( ﻡS

$:VP'

( 6 K

Artinya : “Kami adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah SWT”. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka : di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Berdasarkan ayat di atas, umat Islam mendapat perintah dari Allah SWT, untuk melaksanakan dakwah sebaik mungkin. Jika kewajiban ini telah dilaksanakan secara sempurna, maka umat Islam akan menempati kedudukan umat terbaik di permukaan bumi dan dapat menjadi contoh yang baik untuk masyarakat luas. Selain itu untuk melanjutkan tersiarnya syari’at ajaran Islam, dan juga bagian hidup dari umat beragama.

Dari penjelasan tujuan dakwah di atas maka penulis mengemukakan bahwa seseorang yang berprofesi sebagai juru dakwah harus berusaha semaksimal mungkin untuk membawa dan menyampaikan dakwahnya sehingga dapat membawa kebaikan bagi manusia, meningkatkan spiritualitas manusia agar manusia itu dapat memotivasi dirinya agar hidup lebih baik lagi, sehingga di ridhoi oleh Allah SWT. 3. Karakteristik Dakwah

Salah satu komitmen seorang muslim terhadap keislamannya adalah menyerukan, menyebarkan dan menyampaikan Islam kepada orang


(28)

lain. Al-Qur’an sebagai rujukan dakwah mempunyai watak atau karakteristik yang khas. Dari berbagai ekspresi di dalam al-Qur’an tersebut, diturunkan beberapa pesan moral al-Qur’an tentang penyampaian dakwah, antara lain :

a. Dengan cara yang lebih baik. b. Dengan penuh kasih sayang. c. Tidak muncul dari rasa kebencian. d. Tidak dengan kekerasan.

Jadi, inti sasaran utamanya adalah kesadaran pribadi. Untuk itu, pendekatan dan watak (karakteristik) dari kegiatan dakwah adalah melalui cara pencerahan fikiran, penyejukan jiwa tanpa harus menggunakan cara kekerasan dan kekuatan. Dengan demikian idiom-idiom yang harus muncul dan dibangun dalam kegiatan dakwah adalah idiom perdamaian, persahabatan,pemaafan, pertolongan, pembebasaan, dan sebagainya. Bukan idiom-idiom kekerasan, cacian, penghinaan, penghujatan, provokasi, dan fitnah.

Dakwah islamiyah juga memiliki beberapa karakter yang membedakan dengan dakwah yang lainnya. Yaitu :

a. Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah SWT. b. Washatiya, artinya tengah-tengah atau seimbang.


(29)

d. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu dan masyarakat.

e. Ahlaqiyah, artinya syarat dengan nilai kebenaran, baik dalam sarana maupun tujuannya.

f. Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya. g. Alamiyah, bersifat mendunia.

h. Syuriyah, artinya berpijak diatas prinsip musyawarah dalam menentukan sesuatunya.

i. Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani menghalang-halangi Islam, dan mencegah tersebarnya dakwah Islam. j. Salafiyah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan akidah.

Inilah dakwah Islam dengan berbagai karakternya yang membedakan antara dakwah Islam dengan dakwah yang lainnya. Ini adalah dakwah Allah. Sesuai dengan pedoman al-Qur’an dan Hadist. 21 4. Metode Dakwah

Problemantika dakwah dalam situasi kini terus-menerus berubah secara cepat, dengan implikasi pergeseran nilai-nilai yang berskala global, regional maupun lokal perlu mendapatkan perhatian yang serius, betapa tidak pergeseran nilai-nilai tersebut telah terjadi di seluruh aspek kehidupan manusia.22

21

. Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo, Era Intermedia : 2005), Cet, Ke-1, h. 46

22

. M. Yunan Yusuf, Problematika Dakwah : Agenda dan Solusi, Jurnal Simbol Edisi 3-juli-1999, h. 67.


(30)

Dalam penyajian materi dakwah Islam, al-Qur’an terlebih dahulu meletakan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal, dan jiwa, sehingga harus dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan.

Menurut Quraish Shihab, materi-materi dakwah yang disajikan oleh al-Qur’an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya. Adakalanya al-Qur’an menuntun manusia dengan redaksi-redaksi yang sangat jelas dan dengan tahapan-tahapan pemikiran yang sistematis, sehingga manusia menemukan sendiri kebenaran yang dikehendakinya. Metode ini digunakan agar manusia merasa bahwa ia ikut berperan dalam menentukan suatu kebenaran.

Banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan masalah dakwah. Namun, dari sekian banyak ayat itu, yang dapat dijadika acuan utama dalam prinsip metode dakwah secara umum adalah surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi :

!"# ﺏ

!$

% ﺡ'

#(

#ﺏ

$

) '

% ﺏ

# *

%

+)

$

) '

%ی-"

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”


(31)

Metode dakwah sangat penting bagi proses dan perkembangan dakwah Islam, tanpa metode dakwah yang sesuai dengan al-Qur’an, ayat ini menjelaskan pesan tentang kewajiban dan metode dakwah Islam bagi manusia. Dari pernyataan surat an-Nahl ayat 125 tersebut dapat dijelaskan dan disimpulkan bahwa seruan dan ajakan menuju jalan Allah itu harus menggunakan metode-metode dakwah seperti : Bil hikmah, mau’idzah hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.

a. Metode Dakwah bil Hikmah

Kata hikmah menurut Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi adalah sesuatu yang akurat dan berfaedah untuk penetapan akidah atau keyakinan. Al-Zamakhsyari memberikan makna bi al-hikmah adalah perkataan yang pasti benar, yakni dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.

Sedangkan dakwah bil hikmah berarti dakwah yang bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u. Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan situasi social cultural mad’u.

Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan terhadap mad’u yang kapasitas intelektual pemikiranya terkatagorikan khawas, cendekiawan, dan ilmuan.


(32)

Menurut Sayyid Quthub, dakwah dengan metode hikmah akan terwujud apabila tiga factor berikut diperhatikan, yaitu :

1) Keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi.

2) Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka merasa tidak keberatan dengan beban materi tersebut.

3) Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.23

Dari kutipan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode hikmah dalam dakwah adalah metode yang berlandaskan kemampuan intelektual, baik subjek dakwah (da’I dan da’iyyah) ataupun objek dakwah (mad’u). Dengan demikian metode dakwah bil hikmah ini adalah upaya mengajak manusia kejalan Allah dengan penuh semangat, kelemah lembutan, sabar, tabah, dan lapang dada.

b. Metode Maw’izhah Hasanah

Al-Maw’izhah Hasanah, menurut Absul Hanid Al-Bilahi, adalah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak seseorang ke jalan Allah SWT dengan memberikan bimbingan atau nasihat yang baik dengan lemah lembut agar mereka dapat berubah menjadi lebih baik.24

“Sedangkan yang di maksud dengan metode maw’izhah hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasihat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak di

23

. Moh. Sayyid Quthub, Tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an, h. 122.

24


(33)

dengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audience sehingga objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subyek dakwah.” 25

Dari dua pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode maw’izhah hasanah adalah cara menyampaikan pesan dakwah Islam berupa pemberian nasihat baik kepada mad’u, dengan tutur bahasa yang lemah lembut dan menyentuh perasaan sehingga dapat mengambil hati para mad’unya.

c. Metode Mujadalah (Diskusi) Dengan Cara Yang Baik

Dakwah bertujuan untuk mengajak sekaligus memperbaiki kondisi masyarakat agar mengikuti ajaran agama Islam. Sedangkan dakwah dengan metode ini adalah suatu upaya atau tujuan seorang da’I dan da’iyyah yang terakhir dalam menjalankan dakwahnya. Bila mana dua metode sebelumnya tidak lagi efektif untuk mencapai tujuan dakwah, maka metode inilah yang lazim digunakan untuk orang yang lebih berfikir kritis dan berwawasan luas.

Ada tiga macam jidal (diskusi) dalam berdakwah, yaitu : 1) Jidal yang buruk, adalah dakwah yang disampaikan dengan sikap

yang kasar, yang mampu mengundang kemarahan lawan diskusinya serta menggunakan dalih-dalih yang tidak benar.

25


(34)

2) Jidal yang baik, adalah dakwah yang disampaikan dengan lemah lembut, penuh kesopanan dan menggunakan pedoman al-Qur’an dan Hadist.

3) Jidal yang lebih baik, adalah dakwah yang disampaikan dengan argumentasi yang jelas, baik dan benar.26

Berdasarkan pendapat-pendapat sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa seorang da’I dan da’iyyah tidak hanya harus berada di atas mimbar untuk menyampaikan pesan dakwaknya. Melainkan juga seorang da’I dan da’iyyah dapat menyampaikan materi dakwahnya melalui proses diskusi yang berakhir pada tanya-jawab, atau memulai dengan argumentasi yang berbeda-beda sehingga timbullah pemahaman dari diri mereka.

5. Sasaran Dakwah

Sasaran dakwah atau objek dakwah adalah umat manusia. Baik individu atau berkelompok. Pengertian mengenai manusia itu beragam. Bidang sosiologi berpendapat bahwa manusia mempunyai struktur dan mengalami perubahan-perubahan.

Manusia juga di sebut mad’u, dan mad’u adalah seluruh umat Islam. Dalam surat As-Saba ayat : 28 Allah SWT berfirman mengenai objek dakwah yaitu :

W ) '

#

9 #= P

F #)

9: Qﺏ

9:یLﻥ

#%

:VP'

F #

( )/ی

26


(35)

Artinya : “ Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

6. Media Dakwah

Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai tujuan tertentu.27

Dalam kamus istilah telekomunikasi, media dalah sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya.28

Media dakwah Islam adalah sarana atau prasarana yang membantu subjek dakwah atau da’I dan da’iyyah dalam memberikan dan menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi, tempat kondisi tertentu dan sebagainya.

Sedangkan fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan mempengaruhi para mad’u. Media dakwah juga merupakan hal yang sangat penting dalam proses dakwah, untuk menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada masyarakat.

27

. Ahmad Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 165.

28


(36)

Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengembangkan dakwah saat ini. Dengan berbentuk media cetak atau elektronik. walaupun instrumen berupa podium atau mimbar masih banyak digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah, akan tetapi kemajuan pesat industri komunikasi serta media massa telah memberikan kemungkinan-kemungkinan media dakwah yang sangat luas dan berteknologi canggih.

Sebagaimana diutarakan oleh M. Yunan yusus senagai berikut: “ Kemajuan pesat industri komunikasi serta media massa telah menyodorkan media dakwah yanbg sangat luas dan canggih, pemanfaatan lat-alat komunikasi tersebut, menjadi tuntutan yang tidak boleh ditawar lagi seperti : radio, televise, film, dan internet. Itu semua merupakan media-media yang harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pemberdayaan dakwah itu sendiri.”29

Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa media dakwah adalah sarana dakwah yang mampu membantu da’I dan da’iyyah atau juru dakwah dalam menyampaikan pesan dakwahnya agar diterima oleh mad’unya.

7. Aktivitas Dakwah dan Bentuk-Bentuknya.

Aktivitas dakwah Islam yang dilakukan oleh umat Islam tentunya bermacam-macam. Hingga pada saat ini aktivitas tersebut semakin beragam seiring dengan berkembangnya alur kehidupan. Bahkan sekarang ini bisa dikatakan bahwa segala kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam mengandung unsur dakwah.

29


(37)

Menurut para pelaku dakwah, aktivitas dakwah Islam merupakan operasionalisasi yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya, yaitu: 30

a. Dakwah bil lisan

Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, symposium, diskusi, khutbah, brain stroming dan sebagainya. Seperti dalam Q.S Fusilat ayat 33 yang berbunyi :

%ﻡ

% ﺡ'

9 3

%# ﻡ

+#)

9 5

2 3

! #ﻥ

%ﻡ

% )

Artinya : “Dan barang siapa yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal sholeh dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri”.

b. Dakwah bil Qalam

Dakwah bil Qalam, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, kaligrafi, bulletin dakwah dan lain sebagainya. c. Dakwah bil hal

Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata perilaku yang dilakukan atau sopan santun sesuai dengan ajaran Islam,

30

. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 34.


(38)

memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, sabar, kerjasama, dan saling tolong-menolong sesama manusia. Islam memerintahkan manusia agar dapat mencontoh (teladan) dari para ahlul fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran dan mereka yang berakidah lurus.31

Sebagai juru dakwah atau da’I dan da’iyyah yang menyampaikan misi ajaran Islam kepada manusia, juru dakwah juga berkewajiban meneladani sifat-sifat dan kepribadian Rasulullah SAW.

Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang lainnya. Tetapi sampai detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan efektivitas dari dakwah bil hal ini. Dan masih menganggap bahwa dakwah bil lisan lebih efektif.

C. Karakteristik Da’I dan Da’iyyah Yang Ideal

Bagi orang yang menyampaikan dakwah seperti da’i, atau orang yang mengajak seluruh umat kepada jalan kebaikan dan berusaha untuk mengubah kondisi sekitarnya dengan hal yang positif, maka seorang da’I dan da’iyyah haruslah mempunyai beberapa karakter yang mampu mengajak umatnya untuk bercermin kepada jalan yang lebih terang.

Secara individual maupun kelompok, atau sebagai komunikator yang menyampaikan pesan dakwah untuk mengubah diri menjadi lebih baik,

31


(39)

seorang da’I dan da’iyyah merupakan unsur dakwah yang sangat berpengaruh bagi seluruh umat, karena berhasil atau tidaknya dakwah tersebut tergantung bagaimana da’I dan da’iyyah tersebut menyampaikan pesan dakwahnya. Oleh karena itu karakter yang harus dimiliki seorang da’I dan da’iyyah yang ideal dalam dakwah Islam, yaitu :

1. Sehat jasmani dan rohani, seorang da’I dan da’iyyah memang sudah seharusnya berada ditengah-tengah jama’ah atau masyarakat dan ia juga selalu dibutuhkan kapan saja dan dimana saja. Karena bagi masyarakat seorang da’I dan da’iyyah (juru dakwah) adalah sosok panutan yang membawa ajaran kebaikan untuk disampaikan kepada umat agar menempuh jalan keridhoan dari Allah SWT. Jika seorang da’I tidak memiliki jasmani dan rohani yang kuat, maka seluruh aktivitas dakwahnya akan terganggu.

2. Keinginan yang kuat, segala pekerjaan yang hebat dan mulia memerlukan kemauan dan keinginan yang kuat bagi pelaksananya, agar supaya pekerjaan itu dapat terlaksana dengan sempurna.32 Sama halnya dengan da’I dan da’iyyah dalam berdakwah, karena mereka harus teguh dan tegas untuk mempertahankan prinsip akidah dalam menyampaikan pesan dakwah dan menyusun strategi dakwahnya.

3. Mengajak dan memberi motivasi, adapun aspek kebaikan yang bisa dilakukan oleh da’I dan da’iyyah dalam memotivasi mad’unya adalah dengan mengajak mad’u untuk berbuat baik dan mengorbankan dirinya

32

. Toha Yahya Omar, MA., Islam dan Dakwah, (Jakarta : PT. AL-MAWARDI PRIMA, 2004), Cet, Ke-1, h. 157.


(40)

dengan perilakunya di jalan Allah SWT. Dan mereka juga harus menciptakan kedamaian pada mad’u dan keluarga da’I dan da’iyyah tersebut.33

4. Ilmu Pengetahuan, bagi seorang da’I dan da’iyyah yang selalu bermasyarakat dan memberi nasihat bijak kepada umat, sudah sepatutnya ia harus mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas agar aktivitas dakwah yang ia lakukan berjalan efektif dan membawa perubahan baik bagi dirinya juga masyarakat. Tidak hanya itu seorang da’I dan da’iyyah juga adalah panutan bagi para mad’unya.

5. Bersikap dan bertindak adil, sebagai juru dakwah yang membawa amanat dari Allah SWT da’I dan da’iyyah haruslah mempunyai sikap-sikap yang baik diantaranya, yaitu jujur, benar, menyampaikan pesan apa adanya, adil, lemah lembut, sabar, tidak sombong, pemaaf dan selalu dekat dengan Allah SWT. Dengan adanya sikap-sikap tersebut dalam diri seorang da’I, maka pemimpin atau da’I dan da’iyyah tersebut akan berfikir objektif dalam menilai permasalahan yang ada sekaligus menilai individual.

Muhammad Ghazali juga menegaskan dalam tulisannya bahwa seorang da’I dan da’iyyah harus mempunyai dua syarat utama diantaranya yaitu : pertama, pengetahuan mendalam tentang ilmu agama Islam, dan kedua, juru dakwah harus mempunyai jiwa kebenaran (ruh yang penuh kebenaran, kegiatan, kesadaran, dan kemajuan).34

33

. DR. Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqih Dakwah Muslimah, (Jakarta : RABBANI PRESS, 2003), Cet, Ke-1, H. 421.

34

. A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), cet. Ke-3. h. 167.


(41)

Dari penuturan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang da’I atau da’iyyah tidak hanya mampu berbicara, tetapi figure da’I yang ideal itu harus mempunyai rasa sosial yang tinggi, berpengetahuan luas, baik budi pekerti, bijaksana dan tidak sombong. Karena apa yang ia ucapkan dan lakukan akan diikuti oleh mad’unya.


(42)

BAB III

BIOGRAFI USTADZAH Hj. IDA FARIDA A. S.

A. Profil Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Terlahir di Jakarta, pada tanggal 05 Januari tahun 1951, Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. adalah putri dari keluarga pasangan Alm. KH. Abdullah Syafi’I dan Almh. Ustadzah Hj. Rogayah Binti KH. Ahmad Muchtar. Ia terlahir dari keluarga yang sangat religius. Ayahnya semasa hidupnya berprofesi sebagai seorang da’I besar, dan beliau di kenal sebagai singa podium. Sedangkan ibunya semasa hidupnya berprofesi sebagai ustadzah yang memimpin sebuah majlis taklim.

Ustadzah Hj. Ida Farida adalah da’iyyah dan tokoh masyarakat betawi yang sangat dihormati, Khadimutthalabah perguruan Asy-Syafi’iyah yang kharismatik dan rendah hati.”

Posisi sebagai da’iyyah ini, memberikan motivasi tersendiri bagi ustadzah Hj. Ida Farida untuk berkesempatan berdakwah dan mengetahui bagaimana cara mempraktekkan dakwah diberbagai forum, baik di dalam maupun di luar negeri.

Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. mempunyai beberapa saudara kandung, namun yang ada hingga saat ini hanya dua orang saja. Ia adalah bungsu dari seorang kakak perempuan yaitu Ustadzah Hj. Tuty Alawiyah A. S. dan seorang kakak laki-laki yang bernama KH. Abdur Rasyid. Tidak berbeda dengan kakak-kakaknya, ia juga menekuni dan terjun di bidang dakwah.


(43)

Sejak kecil kedua orang tuanya sudah mempersiapkan bekal pendidikan agama, berupa belajar membaca al-Qur’an, cinta dengan ilmu agama yang mengharuskan ia untuk belajar dan terus belajar.

Dari usia belia, ia sudah terbiasa dengan kesibukan dakwah, sama halnya dengan anak-anak seusianya, ia juga bermain bersama teman-temannya tetapi ia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai pelajar untuk menuntut ilmu.

Perempuan berdarah betawi ini semasa mukim di asrama tidak hanya ikut keduanya orangtuanya untuk berdakwah dalam bidang ceramah, akan tetapi ia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah berupa ekstrakulikuler seperti marching band, rebana, tilawatil qur’an, dan pidato.

Beliau sudah mulai belajar berdakwah dari kecil, tetapi sesudah menikah atau kurang lebih 25 tahun lalu, ternyata ia justru lebih menyukai dan menekuni profesi dakwah mengikuti jejak ayah dan bundanya. Di usianya yang sudah matang ini, ia masih berkecimpung di dunia dakwah atas dukungan dan kerjasama dengan sang suami tercinta KH. Agus Alwi yang notabennya juga adalah seorang da’I.

Ia bukan hanya sekedar seorang da’iyyah yang berani berjuang di medan dakwah, melainkan ia juga seorang guru atau ustadzah yang selalu membimbing dan mendidik semua murid-muridnya agar menjadi lebih baik dan berakhlakul karimah. Tidak hanya itu beliau adalah seorang istri dan ibu yang baik, karena sesibuk apapun, ia selalu menyempatkan waktu luang untuk berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga besarnya.


(44)

Hingga saat ini ustadzah Hj. Ida Farida A. S mempunyai 6 orang anak yang sangat dibanggakanya. Diantaranya H. Ahmad Bariansyah S. Ip, H. Anton Fathoni S. Ip. MM, M. Waisy Firmansyah, Fairuz Andalusia, Salsabilah Firdausi, dan si bungsu Aqidah.

B. Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Da’iyyah yang sangat ramah ini tidak hanya pandai berbicara, tetapi ia juga pandai dan aktif saat masih duduk dibangku sekolah, Sejak kecil ia bercita-cita ingin menjadi da’iyyah sekaligus guru. Dari kecil ia juga sering mengikuti ibu dan ayahnya mengaji. Sehingga apapun ilmu yang diturunkan padanya selalu ia realisasikan.

Ia sama sekali tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama, karena menurut sang ayah apapun ilmu itu selama baik dan membawa manfaat maka raihlah terus.

Ibu dari 6 orang anak. yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri ini pernah menuntut ilmu di beberapa sekolah di Jakarta diantaranya: di SDN Bukit Duri Putra diusianya yang masih beranjak 6 tahun sampai selesai, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di SMPN 25 tepatnya di jalan Slamet Riyadi, setelah lulus dari SMP ia melanjutkan kembali sekolahnya di SMAN 08 Manggarai Jakarta.

Dan yang luar biasanya, beliau juga menuntut ilmu secara bersamaan antara sekolah umum dengan madrasah. Jadi dari SD sampai SMA, ia selalu membagi waktunya untuk menuntut ilmu agama di madrasah. Menurutnya


(45)

apabila pagi hari ia berangkat ke sekolah umum dan siangnya ia berangkat untuk menimba ilmu agama.

Ia belajar ilmu agama di Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah yang ayahnya dirikan yaitu di Yayasan As-Syafi’iyah. Karena pada waktu itu belum ada sekolah umum di yayasan ini, maka ia memilih sekolah umum di luar.

Tidak hanya itu karena tekadnya untuk menjunjung tinggi ilmu, maka ia tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama, karena menurutnya antara ilmu dunia dan ilmu akhirat itu harus seimbang.

Tidak puas dengan mengecam tamatan SMA saja, ia melanjutkan kembali sekolahnya di Perguruan Tinggi. Pada awalnya ia ingin sekali melanjutkan studinya di luar negeri tepatnya di Kuwait bersama dengan teman-temannya. Namun sang ayah sangat melarang ia untuk pergi ke sana.

Akhirnya karena ayahnya tidak mengizinkan, ia melanjutkan studinya di Universitas Islam As-Syafi’iyyah Matraman dengan mengambil Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah. Menurutnya ini adalah jurusan yang tepat untuk meneruskan cita-cita sang ayah sekaligus merealisasikan dakwahnya, agar membawa harapan yang baik untuk ke depan dan mengedepankan prospek dakwah yang lebih maju.


(46)

C. Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih. Begitu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan 57 tahun ini, ia adalah istri, sekaligus ibu dan da’iyyah yang aktif dalam semua perannya. Dalam setiap perannya ia tidak pernah melupakan kewajibannya.

Sejak belia ia sudah banyak melakukan hal-hal positif yang membawanya kearah yang lebih baik, dintaranya : belajar mengajar, belajar pidato, bahkan marching band masih ia kuasai hingga saat ini. Ia termasuk orang yang gemar membaca dan tidak pernah jauh dari meja computer untuk menuangkan semua inspirasinya, waktu selebihnya ia gunakan untuk ceramah dan memberikan ilmu kepada orang lain.

Da’iyyah yang penuh senyum ini, tak pernah merasa lelah untuk melakukan semua aktivitasnya. Dari kecil sampai sekarang ia terkenal mudah bergaul dengan siapa saja. Dan dari sinilah ia mempunyai tekad dakwah untuk mengembangkan agama Islam.

Aktivitas dakwah yang ia geluti saat ini sangat banyak, diantaranya ceramah di majlis taklim. Ia adalah da’iyyah yang mandiri, menurut pimpinan Pondok Pesantren Putri As-Syafi’iyah ini, ia sering sekali mengendarai mobil pribadinya tanpa didampingi sang supir, karena menurutnya ia merasa lebih bebas dan dapat melakukan aktivitas apapun. Tetapi kebiasaan ini biasa ia lakukan apabila ia mendapat undangan ceramah di daerah jabodetabek saja.

Selama ini ia tidak hanya hanya ceramah dimajlis taklim yang ia pimpin saja yaitu Al-Mar’atus Sholihah, tetapi ia juga berceramah


(47)

dimajlis-majlis taklim lainnya. Selain itu ia juga sering diundang ceramah pada acara hari-hari besar Islam seperti : Maulid Nabi SAW, Isra Mi’raj dan undangan ceramah di luar negeri.

Beliau juga mempunyai karya-karya yang ditulis sendiri, isinya tentang pesan dakwah, yang terdapat di al-Qur’an dan Sunnah.

Dengan kesibukan yang banyak menyita waktunya, ia tidak pernah lupa untuk memperhatikan proyek sosial yang sudah ia geluti kurang lebih dua windu. Proyek social yang ia tangani adalah mengasuh dan mendidik anak-anak yatim, dan para jompo yang kurang mampu untuk mendapatkan perhatian yang lebih layak.

Padatnya aktivitas yang ia jalankan, tidak menyurutkan kewajibannya sebagai istri, sekaligus da’iyyah. Jika di rumah ia adalah sosok ibu rumah tangga yang santun dan sayang terhadap suami dan anak-anaknya. Tetapi apabila ia sedang tugas di luar ia adalah seorang guru, mu’allim, dan da’iyyah yang ramah.

Dari kegiatan-kegiatan dakwahnya ia mempunyai visi dan misi yang sangat rasionalis seperti : ia membangun generasi muda dan kaum ibu agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan perintahNya dan menjauhkan laranganNya.


(48)

BAB IV

ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH Hj. IDA FARIDA

A. Aktivitas Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Aktivitas dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. kepada masyarakat merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan yang berdasarkan pada tuntutan al-Qur’an dan Sunnah yang pada akhirnya masyarakat mampu menghadapi masa depan yang lebih baik, baik di dunia dan di akhirat.

Akan tetapi kewajiban umat Islam untuk menyampaikan risalah secara keseluruhan, sistematik dan mendalam tentunya tidak akan dapat dilakukan oleh semua muslim dan muslimat.

Jadi menurut ustadzah Hj. Ida farida diperlukan seorang pemimpin atau da’I juga da’iyyah yang mempunyai peranan bagi mad’unya, memiliki pengetahuan yang cukup dan kemampuan seorang professional sehingga ia layak dikatakan seorang pemimpin, guru, dan da’I.

Kebutuhan manusia terhadap dakwah Tuhan yang menciptakan manusia sebagai makhluk mulia. Ia mempunyai fitrah yang suci dengan desain kejiwaan yang sempurna, memiliki rasa keadilan dan keagamaan yang hanif. Pada diri manusia terkumpul potensi-potensi, baik yang positif maupun yang


(49)

negative diantaranya manusia mempunyai akal, hati dan nurani tetapi dia juga mempunyai syahwat dan hawa nafsu.

Pada dasarnya, dakwah bil lisan itu sendiri adalah membekali manusia dengan informasi dan berita (pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuan ilmiyah, kenyataan faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya pikiran dan pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi.

Pada awalnya kegiatan dakwah bil lisan ustadzah Hj. Ida Farida A. S hanya dilakukan di majlis taklim milik ibunya saja, tetapi karena efek yang ditimbulkan dari dakwah yang disampaikannya membuahkan hasil, maka ia terus melanjutkan dakwahnya dengan mengajak masyarakat setempat untuk belajar mengaji.

Pada usia 25 ia sudah mulai memberanikan diri untuk menunjukkan perfomanya sebagai penceramah atau da’iyyah muda. Meskipun dakwah yang disampaikannya belum maksimal ternyata dakwah yang dirasakan sangat bermanfaat bagi mad’u saat itu. Sehingga ia mengajak masyarakat setempat untuk mengaji dan belajar bersama.

Ia bukan wanita yang mudah menyerah, tetapi ia semakin penasaran untuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar ia terus mampu untuk mengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.

Pada tahun 1972 ia menikah dengan KH. Agus Alwi. Setelah menikah ia lebih konsentrasi dan maksimal lagi dalam berdakwah, karena ia sudah sudah mempunyai banyak pengalaman sekaligus pengetahuan yang ia dapatkan dari membaca.


(50)

Kembali pada pokok penelitian yakni tentang analisis aktivitas dakwah bil lisan ustadzah Hj. Ida Farida. Ia mengkategorikan dakwah bil lisan sama halnya seperti pidato, ceramah, mengaji, diskusi, nasehat atau segala hal yang penyampaiannya melalui lisan dengan bertujuan untuk mengajak orang lain menjadi lebih baik.

Di daerah DKI. Jakarta hampir seluruh masyarakatnya mengenal sosok da’iyyah yang satu ini. Selain ia adalah anak dari seorang guru besar dan tokoh masyarakat Betawi KH. Abdullah Syafi’I, ia juga mempunyai posensi yang kuat dalam berdakwah.

Figurnya sebagai da’iyyah yang haus akan ilmu dan beramal, mengajak dirinya dimanapun ia berada dan ada kesempatan, beliau tak segan-segan untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan. Dakwah bil lisan yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. penulis kelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

1. Ceramah, dakwah yang ia lakukan melalui ceramah ini adalah menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan Tuhannya (Allah SWT). Biasanya ia melakukan ceramah di beberapa majlis taklim di Jakarta dalam satu harinya.


(51)

Tabel 1

Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Jakarta

Tempat Kegiatan

Majlis Taklim Al-Hilal Maulid Nabi Muhammad SAW Majlis Taklim Al-Mar’atus Sholihah Ceramah Mingguan dan Hari-hari

Besar Umat Islam Majlis Taklim At-Thahiriyyah Maulid Nabi Muhammad SAW Yayasan As-Syafi’iyah Jatiwaringin Ceramah Mingguan

Yayasan As-Syafi’iyah Matraman Maulid Nabi Muhammad SAW Stasiun Televisi Republik Indonesia

(TVRI) Jakarta

Mengisi Acara Siraman Rohani Agama Islam

Masjid Istiqlal Jakarta Ceramah Hari Besar Umat Islam

35

Table diatas dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A.S tidak hanya aktif untuk ceramah dimajlis-majlis taklim di Jakarta tetapi juga di stasiun Televisi.

Tidak hanya itu selain ceramah di Jakarta, ia juga ceramah di luar kota dan bahkan di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong dan Amerika. Aktivitas ceramah di luar negeri ini ia mulai lakukan sejak tahun 1988 hingga saat ini. Menurutnya banyak perbedaan antara ceramah di negeri atau kota sendiri dengan ceramah di luar negeri,

35

. Analisis Data ini Diperoleh Oleh Penulis Dengan Mewawancara Langsung Objek Penelitian Skripsi ini.


(52)

apabila ceramah di negeri sendiri ia hanya membutuhkan waktu pagi dan siang saja untuk ceramah tetapi jika di luar negeri ia biasa dipanggil ceramah pada waktu malam tepatnya ba’da magrib atau ba’da isya. Dan uniknya lagi tutur ustadzah Hj. Ida Farida, di sana penceramah hanya satu orang saja. Jadi sejak mulai acara sampai selesai atau doa, yang memimpin hanya beliau.

Tabel 2

Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Luar Negeri Tahun 1988-2004

Tanggal Tempat Kegiatan

Juni 1988 Brunei Darussalam Menyambut Tahun Baru 1409 Hijriah 17 Agustus 1989 s/d 24

Agustus 1989

Brunei Darussalam Menyambut Tahun Baru 1410 Hijriah 22 Oktober 1989 s/d 29

Oktober 1989

Brunei Darussalam Memperingati Maulid Nabi SAW 20 Februari 1990 s/d 13

Maret 1990

Singapura dan Malaysia Memperingati Maulid Nabi SAW 10 Oktober 1990 s/d 20

Oktober 1990

Singapura Memperingati Maulid Nabi SAW 29 September 1991 s/d

15 Oktober 1991

Singapura Memperingati Maulid Nabi SAW 3 Juli 1994 s/d 10 Juli Brunei Darussalam, Tour Dakwah


(53)

1994 Singapura dan Malaysia

Agustus 1996 Brunei Darussalam HUT Ke-50 Sultan dan Pernikahan Putri Sultan

Juni 1997 Singapura HUT Ke-20 Masjid

Mujahidin 12 Oktober 2000 s/d 27

Oktober 2000

Yordan dan Palestina Ibadah Umroh dan Ziarah

10 Agustus 2001 s/d 19 Agustus 2001

Singapura dan Malaysia Tour Dakwah

14 Mei 2004 s/d 24 Mei 2004

Singapura Memperingati Maulid Nabi SAW

36

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadazah Hj. Ida Farida A. S. adalah juru dakwah atau da’iyyah yang aktif dan banyak berperan serta dalam bidang dakwah. Sehingga ia mampu mengeksistensikan dirinya di dalam dan di luar negeri.

2. Mengaji, dakwah ini juga biasa ia lakukan dalam setiap minggunya. Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di wilayah Jatiwaringin Pondok Gede, guna menyampaikan pesan dakwah sekaligus nasehat-nasehat yang sholih dan diakhiri dengan tanya jawab dari mad’u kepada beliau. Biasanya hal ini dilakukan di majlis taklim atau di masjid.

36


(54)

Tabel 3

Aktivitas Mengaji Ustadzah Hj. Ida Farida A. S

Waktu Tempat Kegiatan

Hari Selasa Minggu Kedua

Di Kediaman Ustadzah Hj. Tuty Alawiyah

Pengajian Bulanan Kaum Ibu

Hari Rabu Di Majlis Taklim Al-Mar’atus Shalihah

Pengajian Mingguan Kaum Ibu

Hari Jum’at Pagi Di Aula Ruqayyah Shalat Tasbih berjama’ah dan Pengajian Mingguan

37

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A. S tidak hanya pandai untuk berceramah tetapi ia juga masih mau belajar atau tepatnya berkumpul bersama jama’ahnya untuk mengikuti pengajian serta membimbing jama’ahnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama.

3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk membahas suatu permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam. Musyawarah seperti ini biasa dilakukan dibalai-balai pertemuan atau sarana pendidikan lainnya.

37


(55)

4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan memberikan pelajaran atau pengajian kepada ibu-ibu majelis taklim yang membahas tentang aqidah, fiqih, akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya. Dalam pengajian ini biasanya ustadzah Hj. Ida Farida A. S. memberikan suatu paper atau beberapa tafsiran ayat yang sesuai dengan temanya pada saat itu. Sehingga tugas mad’u disini tidak hanya mendengarkan tetapi mad’u juga dapat bertanya sekaligus membaca paper tersebut.

Tabel 4

Aktivitas Halaqah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S

Waktu Tempat Kegiatan

Hari Rabu Majelis Taklim AL-Mar’atus Sholihah

Pengajian Mingguan

38

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa beliau masih aktif hingga saat ini untuk memberikan informasi keagamaan lewat beberapa lembar kertas yang berisi ayat-ayat al-Qur’an yang ia sebut paper.

Apa yang disampaikan, dan diamalkan oleh ustadzah Hj. Ida Farida. dalam dakwah bil lisan yang penulis kelompokkan di atas, tidak lain semua bersumber dari al- Qur’an dan as-Sunnah yang notabennya adalah sumber utama yang mencakup keseluruhan kultur Islam yang murni. Adapun materi yang digunakan untuk isi ceramahnya yaitu tentang : tauhid, muamalah,

38


(56)

sejarah, akhlak dan doa-doa lainnya. Profesinya sebagai da’iyyah membuat ia banyak bersosialisasi dengan siapapun sehingga ia sering kali di undang untuk ceramah di berbagai tempat baik itu di jabodetabek tetapi juga di luar negeri.

B. Aktivitas Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Bila ditelusuri di dalam tafsir Departemen Agama RI disebutkan bahwa definisi dakwah bil qalam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT, lewat seni tulisan.39

Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektif untuk direalisasikan. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan muthlak dimanfaatkan oleh subjek dakwah.40

Dalam hal ini ustadzah Hj. Ida Farida A. S. adalah seseorang yang mahir dalam membuat paper atau suatu tulisan yang di dalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi SAW. yang sesuai dengan dengan tema dakwah yang ia sampaikan.

Sudah banyak sekali paper-paper yang ia buat untuk di sebar luaskan kepada jama’ah-jama’ahnya di majlis taklim yang ia bina baik di dalam negeri atau di luar negeri. Menurutnya paper itu ia buat tidak hanya untuk di baca

39

. Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid XI, juz 29(Jakarta : YPPA, 1995), h. 255.

40

. Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, (Bandung : Mizan, 1998), h. 172.


(57)

saja melainkan untuk dipelajari dan dipahami oleh jama’ahnya, isinya memang tidak banyak hanya beberapa lembar saja tiap pembahasan. Akan tetapi ia optimis bahwa seluruh jama’ahnya mampu mengerti sekaligus memahami paper yang ditulis tersebut.

Tabel 5

Paper Yang Dibuat Oleh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Judul Sasaran

Perintah Allah SWT Berpuasa Bagi Orang Yang Beriman

Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu

Allah Maha Pencipta Pemilik dan Penguasa Alam Semesta

Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu

Tanda-tanda Kekuasaan Allah SWT Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu

41

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa beliau juga berdakwah dengan membuat suatu tulisan seperti paper atau artikel yang berguna untuk memberikan informasi tentang keagamaan kepada setiap jama’ahnya.

Bahkan tidak jarang pula jama’ahnya sangat antusias untuk menyebar luaskan papernya dengan cara datang kepadanya untuk meminta izin agar diperbolehkan memfotocopy tulisan-tulisannya. Menurut adik kandung ustadzah Hj. Tuty Alawiyah ini, dari hal seperti inilah yang memacu dirinya untuk terus menulis dan membuat paper, agar seluruh masyarakat dimanapun dapat memahami dakwahnya lewat tulisan. Paper yang ia tulis menggunakan

41


(58)

bahasa Indonesia dan materi yang ia gunakan untuk penulisan isi paper ini hampir sama dengan apa yang ia sampaikan dalam ceramahnya. Seperti : tauhid, akhlak, muamalah, dan doa-doa lainnya.

Dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah juga harus menyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah ke arah yang lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’I atau da’iyyah itu sendiri.

Keberhasilan dan kesuksesan yang ia raih sekarang ini, tidak ia dapatkan dengan mudah. Justru keberhasilan itu datang karena ketekunannya dalam ajaran Islam untuk berdakwah, selalu berusaha dan mempunyai tekat yang kuat untuk meneruskan cita-cita yang ia inginkan dari kecil.

C. Aktivitas Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Pada hakikatnya seorang da’I atau da’iyyah harus menguasai semua kategori dalam aktivitas dakwah, salah satunya seperti dakwah bil hal. Dakwah bil hal itu sendiri adalah cara berdakwah yang mengacu kepada dakwah dalam bentuk tindakan nyata.

Dakwah ini sifatnya memecahkan masalah tertentu, dengan menaruh perhatian besar terhadap masalah masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan, dan sebagainya. Karena itu dakwah bil hal lebih diorientasikan kepada kebutuhan nyata masyarakat terutama yang bersifat fisik.

Untuk mengembangkan dakwah bil hal yang dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. maka ia lebih memilih melakukan dakwah bil halnya


(59)

dengan membantu secara kontinyu melalui santunan dan memberikan tempat tinggal bagi anak-anak yang kurang mampu khususnya anak yatim piatu yang miskin dan para jompo. Menurutnya hal ini dilakukan agar hidup mereka lebih terarah dan menjadi orang yang berguna.

Pada tahun 1978 ayahnya membangun sebuah Yayasan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Khusus Yatim. Yayasan ini dibangun guna membantu sekaligus menampung anak-anak yatim piatu yang kurang mampu dan lansia atau jompo. Sekarang yayasan ini dikelola oleh seluruh anggota keluarganya dan diantaranya adalah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Menurut ustadzah Hj. Ida Farida A. S. didirikannya yayasan khusus yatim ini adalah guna menampung anak-anak yatim dan jompo yang kurang mampu, agar mereka dapat merasakan bersosialisasi satu sama lain dan merasakan diperlakukan secara adil dengan diberikan asuhan yang baik, tempat tinggal, pendidikan, keterampilan dan lain-lain. Sehingga mereka tidak merasa kecil hati (minder).

Di tempat ini, tutur ustadzah Hj. Ida Farida A. S. anak-anak yatim dan jompo tidak hanya diberi fasilitas tempat tinggal dan pendidikan saja, baik formal maupun nonformal, tetapi mereka juga diajarkan keterampilan. Bagi anak-anak perempuan ada keterampilan menjahit, memasak, menyulam dan sebagainya. Sedangkan untuk anak laki-laki ada keterampilan otomotif, bengkel, design grafis dan sebagainya. Bahkan banyak tamu-tamu beliau dari dalam dan juga luar negeri yang datang berkunjung ke yayasan khusus yatim ini untuk memberikan motivasi dan memberikan dukungan morilnya sekaligus


(60)

melihat kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Tidak hanya itu banyak juga dari pengunjung yang ingin mengajak beberapa orang dari mereka untuk di ajak bekerja.

Ia juga sangat berharap sekali kepada semua anak-anak yatim yang diasuh di yayasan ini agar mereka berguna dan semoga dengan mendapatkan fasilitas tempat tinggal, pendidikan, dan keterampilan mereka bisa lebih berani dalam menghadapi dunia luar. Dan ternyata banyak diantara mereka yang menjadi khotib, muadzin, dan lain-lain, setelah mereka keluar yayasan atau lulus sekolah.

Perempuan paruh baya ini menuturkan bahwa untuk masuk menjadi santri yayasan khusus yatim ini tidak rumit, karena anak-anak yatim dan orangtua yang tidak mampu tidak dikenakan biaya sedikitpun. Melainkan hanya mengisi formulir dan mengikuti prosedur yang ada. Karena ini adalah salahsatu program sosial yang ia tekuni.

Tidak hanya itu sebelum masuk yayasan ini anak-anak di tes terlebih dahulu agar pihak yayasan mengetahui anak-anak yang sungguh-sungguh untuk menuntut ilmu dan melakukan perubahan diri ke yang lebih positif. Hingga saat ini jumlah anak-anak yatim dan para jompo di yayasan khusus yatim ini kurang lebih empat ratus orang.

Dalam kurun waktu satu tahun tiga kali, yayasan ini selalu membagikan atau memberikan santunan juga sedekah kepada anak-anak yatim dan para jompo yang diasuhnya.


(61)

Tabel 6

Aktivitas Santunan Anak Yatim dan Para Jompo Ustadzah Hj. Ida Farida A. S

Waktu Tempat Sasaran

1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri

Pondok Pesantren Khusus Yatim

As-Syafi’iyah

Anak Yatim dan Para Jompo

10 Muharram atau Hari Raya Idul Adha

Pondok Pesantren Khusus Yatim

As-Syafi’iyah

Anak Yatim dan Para Jompo

Milad (HUT) As-Syafi’iyah

Pondok Pesantren Khusus Yatim

As-Syafi’iyah

Anak Yatim dan Para Jompo

42

sDari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A. S. adalah sosok da’iyyah yang murah hati dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi khususnya dalam mengembangkan pendidikan anak-anak dan mensejahterakan kehidupan para jompo sehingga mereka hidup lebih terarah.

Dahulu pada masa Orde Baru atau kepemimpinan Presiden Soeharto yayasan ini selalu mendapatkan dana rutin setiap bulannya dari Yayasan Darmais milik Presiden Soeharto, akan tetapi menurut Ibu Ida sapaan

42


(62)

akrabnya, dana yang didapatkan sekarang ini untuk yayasan khusus yatim ini berasal dari sumbangan-sumbangan para donatur atau tamu-tamu beliau, dan para pejabat dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Visi, misi dan tujuan dari program sosial ini adalah agar anak-anak yatim yang kurang mampu mendapatkan perhatian lebih di dunia pendidikan, dan keterampilan yang mereka pelajari selama ini. Serta membawa mereka kearah lebih baik.

Dan hasil yang diperoleh dari program sosial ini cukup memuaskan, karena diantara mereka banyak yang sudah berhasil meraih cita-cita mereka.


(63)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Figur ustadzah Hj. Ida Farida A. S. sebagai da’iyyah yang haus akan ilmu dan beramal, mengajak dirinya dimanapun ia berada dan ada kesempatan, beliau tak segan-segan untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan. Dakwah bil lisan,dakwah bil qalam, dan dakwah bil hal yang dilakukan ustadzah Ida Farida A. S., yaitu : 1. Ceramah, dakwah yang ia lakukan melalui ceramah ini adalah

menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan Tuhannya (Allah SWT). Biasanya ia melakukan ceramah di beberapa majlis taklim di Jakarta dalam satu harinya. Tidak hanya itu selain ceramah di Jakarta, ia juga ceramah diluar kota dan bahkan di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong dan Amerika.Aktivitas merupakan kegiatan yang biasa dikerjakan atau dilakukan oleh manusia yang berkesinambungan. Sedangkan dakwah adalah sarana untuk mengajak manusia kearah yang lebih baik. Maka untuk memudahkan aktivitas dakwah tersebut, para pelaku dakwah baik da’I maupun da’iyyah harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan tujuan dakwah itu sendiri.


(64)

2. Mengaji, dakwah ini juga biasa ia lakukan dalam setiap minggunya. Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di wilayah Jatiwaringin Pondok Gede.

3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk membahas suatu permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam.

4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan memberikan pelajaran atau pengajian kepada ibu-ibu majlis taklim yang membahas tentang aqidah, fiqih, akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya.

5. Usaha yang sudah dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. untuk membangun dakwah Islam hingga saat ini adalah ia mempunyai anak asuh atau anak didik yang sekarang bermukim di yayasan khusus yatim As-Syafi’iyah Jatiwaringin, yang gunanya untuk memberi perhatian yang lebih layak dengan diberi pendidikan dan keterampilan.

6. Sedangkan dakwah bil qalam yang sudah lakukan hingga saat ini adalah menulis artikel atau paper yang di dalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi SAW. yang sesuai dengan dengan tema dakwah yang ia sampaikan.

Untuk meraih kesuksesan ini beliau harus bekerja keras untuk membangun dakwah Islam sedari kecil. Dan dengan bantuan dan dukungan


(65)

orangtuanya semasa hidup, ia masih bisa tetap eksis dalam bidang dakwah hingga sekarang.

Dari sekian banyak uraian yang penulis sampaikan, maka penulis menyimpulkan bahwa dakwah merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam demi kemashlahatan dunia akhirat, kemudian usaha-usaha untuk memajukan dan meningkatkan dakwah harus terus dilakukan agar aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. sampai kepada tujuannya (mad’u) secara efektif. Disamping itu diperlukan sarana dakwah yang memadai agar masyarakat lebih giat dalam merealisasikan dakwah Islam .

B. Saran-saran

1. Semoga aktivitas dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. hingga saat ini dapat ditingkatkan kembali sehingga dapat memotivasi masyarakat, sekaligus da’I dan da’iyyah yang lain untuk memajukan dakwah Islam baik di negeri sendiri atau di luar negeri.

2. Hendaknya ustadzah Hj. Ida Farida A. S. lebih melebarkan sayap lagi untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga di Jakarta bahkan di seluruh Indonesia yang berguna sebagai pedukung aktivitas dakwahnya.

3. Sebaiknya konsep-konsep atau program-program yang belum dilaksanakan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. agar secepatnya diwujudkan, hal ini demi kemajuan dakwah yang ia bangun.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdiknas, 2000).

Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 6.

Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah, (Solo, Era Intermedia : 2005), Cet, Ke-1, h. 46.

Bachtiar, Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 34.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-2, h. 39.

Departemen Agama RI. Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid XI, juz 29 (Jakarta : YPPA, 1995), h. 255.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, (Yogyakarta : Andy Offet, 1983), h. 49.

Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya. Kutipan Hadist Ke-40, h. 60.

Hasyimi, Ahmad. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), cet. Ke-3. h. 167.

Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hal : 27

Kafi, Jamaluddin. Psikologi Dakwah, Indah : Surabaya, 1993, h. 66-67.

M. Romli. Asep Syamsul. Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam, Penerbit: Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 21.

Mahmud, Ali Abdul Halim.Fiqih Dakwah Muslimah, (Jakarta : RABBANI PRESS, 2003), Cet, Ke-1, H. 421.


(2)

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. ke-1, h. 127.

Maloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,1999), Cet, Ke-10, h.3

Mansur, Musthafa. Teladan Di Medan Dakwah, (Solo : Era Intermedia, 2000), h. 42

Muhyiddin, Asep dan Syafi’I, Agus Ahmad. Metode Perkembangan Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 159.

Muhyiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka Setia, Bandung, 2002. Cet-1.

Mutahhari, Murtadha. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), cet-1, hal 23.

Nastir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1, h. 63.

Quthub, Moh. Sayyid. Tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an, h. 122.

Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi

Rahmat, Jalaluddin. Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, (Bandung : Mizan, 1998), h. 172.

Soeltoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. (Jakarta : FEUI, 1982), h. 52.

Syahdar, Ghazali. Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung : Djembatan,1992), h. 227.

Syinata, Abdullah. Dakwah Islamiyah (DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984), h. 4.


(3)

Umar, Toha Yahya. Islam dan Dakwah, (Jakarta : PT. aL-Mawardi Prima, 2004), Cet, Ke-1, h. 157.

Umar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), Cet. Ke-2, h. 1.

Yusuf, Yunan. Problematika Dakwah : Agenda dan Solusi, Jurnal Simbol Edisi 3-juli-1999, h. 67.


(4)

Jakarta, 18 Januari 2008 Nomor : Istimewa Lampiran : 1 (satu) Berkas

Perihal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

Kepada Yth

Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam sejahtera teriring do’a semoga Bapak senantiasa dalam lindungan serta maghfirah Allah SWT. Amin.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Agustin Intan

NIM : 104051001814

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul : “Aktivitas Dakwah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini saya lampirkan :

1. Outline Skripsi 2. Proposal Skripsi

3. Daftar Pustaka Sementara

Demikianlah kiranya permohonan ini saya sampaikan. Atas segala perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penasehat Akademik Pemohon

Drs. Suhaimi. M. Si Agustin Intan


(5)

(6)