Hubungan Tipe Kepribadian Extroversion dan Agreeableness dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Suku Batak Toba

(1)

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN

EXTROVERSION

&

AGREEABLENESS

DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU PROSOSIAL PADA SUKU BATAK TOBA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

PUTRI OLWINDA SIANIPAR

101301121

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP 2014/2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

HUBUNGAN KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SUKU BATAK TOBA

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 21 Juni 2015

Putri Olwinda Sianipar NIM. 101301121


(3)

Hubungan Tipe Kepribadian Extroversion Dan Agreeableness Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Suku Batak Toba

Putri Olwinda Sianipar dan Ari Widiyanta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tipe kepribadian extroversion dan agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba. Penelitian ini menggunakan subjek yang berdomisili di wilayah Toba Samosir. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepribadian berdasarkan teori big five dan skala perilaku prososial. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara tipe

agreeableness dengan perilaku prososial. Sedangkan pada tipe extroversion tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa suku Batak Toba dominan memiliki tipe conscientiousness, agreeableness berada di peringkat kedua, dilanjutkan dengtan extroversion, neuroticism, dan openness yang berada diperingkat terakhir.

Kata kunci : Suku Batak Toba, perilaku prososial, kepribadian big five, extroversion, agreeableness.


(4)

The Relationship Between Personality Type Extroversion and Agreeableness and Prosocial Behavior Tendency in Batak Toba People

Putri Olwinda Sianipar and Ari Widiyanta

ABSTRACT

The purpose of this study is to know whether there is correlation between extroversion and agreeableness personality type and prosocial behavior in Batak Toba people. This study used subjects who live in the area of Toba Samosir. Measurement instrument which were used in this research were scale based on the theory of big five personality and prosocial behavior scale. The result shows there is significant positive correlation between the type of agreeableness and prosocial behavior. Furthermore, the result shows no correlation between the type of extroversion and prosocial behavior in Batak Toba people. The additional result showed that most of Batak Toba people has a type of conscientiousness, agreeableness is in second position, continued with extroversion, neuroticism, and openness which is positioned on the last.

Keywords : Batak Toba peole, prosocial behavior, big five personality, extroversion, agreeableness.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih karunia-Nya, berkat yang berlimpah, dan hikmat yang selalu tercurah di setiap waktu sehingga penulis dapat menjalani setiap tahap penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Tipe Kepribadian Extroversion Dan Agreeableness

Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Suku Batak Toba” hingga selesai. Pada proses penelitian di dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan, terutama dari kedua orangtua penulis Bapak Edwin P. Sianipar dan Ibu Magdalena Hutagalung, serta abang, kakak, dan teman tersayang Josua Pribadi Sianipar, Evalentina Siburian, dan Desyanti Saulina Sinaga yang mana merupakan orang-orang penting dalam kehidupan penulis. Terima kasih atas kasih sayang, semangat, doa, dan dukungan dalam segala hal, terkhusus dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada kalian berlima yang sudah banyak disusahkan oleh saya selama mengerjakan skripsi ini. Saya persembahkan skripsi ini untuk kalian.

Penulis juga menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu penulis baik dalam masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara


(6)

2. Bapak Ari Widiyanta, M.Si., psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk membimbing saya dimulai dari menyusun proposal hingga menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Vivi Gusrini Pohan M.Sc., M.A., psikolog selaku pembimbing akademik. Terima kasih banyak atas bimbingan dan arahan Ibu selama saya menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi USU. Terima

kasih atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rika Eliana, M.Psi, psikolog (yang sesungguhnya berhati lembut dan humoris) dan Kak Juliana Saragih, M.Psi, psikolog. Terima kasih telah memberikan inspirasi bagi saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Saya bangga bisa mendapatkan pengajaran dari Ibu dan Kakak selama berada di Fakultas Psikologi USU.

5. Teman-teman cantik atau keluarga baru saya selama berkuliah di Fakultas Psikologi USU, HF (Happy Family) yang sesungguhnya lebih layak dijuluki Crazy or Labile Family, yaitu Yosefine Allysa Mendrofa (WS), Mona Sri Ukur Meliala (guru spiritual / ketua Gg. Sarman), Anggita Windy Marpaung (bukan hello kitty), Selvia Veronika Tarigan (mantan WS), Christian Yosie Wahyuni Simbolon (antara WS dan sudah tobat sebagai WS), dan Martina Lydia Lieda (Oma / advicer yang disegani). Terima kasih sudah bersedia menerima saya di dalam HF sejak 2011


(7)

hingga saat ini. (saat paling menyenangkan di kampus adalah saat2 bersama kalian-_-)

6. Teman-teman angkatan 2010, tempat di mana saya mendapatkan banyak inspirasi. Terima kasih atas kenangan dan pembelajaran yang saya dapatkan selama berada di kelas bersama kalian. Semoga kita semua sukses di masa depan.

7. Seluruh partisipan dalam penelitian saya. Mauliate godang Amang, Inang, Opung, Abang, dan Kakak yang ada di Toba Samosir. Secara khusus kepada seluruh karyawan di Wisma Agape dan Bapak Sianipar yang menjabat di Kepolisian wilayah Toba Samosir. Bantuannya sungguh sangat berharga untuk penelitian saya.

8. Pluto dan Babel yang menetap di belakang rumah, terima kasih sudah memberikan kontribusi dalam penjagaan rumah sehingga pengerjaan skripsi bisa berjalan dengan aman. Terima kasih kepada variety show, reality show, drama, dan musik korea yang juga menjadi inspirasi serta penghiburan bagi penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan dating. Terima kasih.

Medan, Juni 2015 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

ABSTRACT…...……….ii

KATA PENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR LAMPIRAN………..x

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ………...6

C. TUJUAN PENELITIAN…...……….6

D. MANFAAT PENELITIAN ………...………7

E. SISTEMATIKA PENULISAN……….……….8

BAB II : LANDASAN TEORI ... 9

A. PERILAKU PROSOSIAL ………...………..9

1. Definisi Perilaku Prososial ... 9

2. Faktor-faktor Penentu Perilaku Prososial ………...……….10

3. Aspek-aspek Perilaku Prososial …...………15

B. KEPRIBADIAN BERDASARKAN TEORI BIG FIVE ... 16

1. Definisi Kepribadian Berdasarkan Teori Big Five.…………..………….16

2. Dimensi Kepribadian Berdasarkan Teori Big Five...…...………17

C. SUKU BATAK TOBA………....……….19

D. HUBUNGAN KEPRIBADIAN BERDASARKAN TEORI BIG FIVE DAN A SUKU BATAK TOBA ...…………..2


(9)

E. HIPOTESA………...……….24 F. KERANGKA BERPIKIR………25 BAB III : METODE PENELITIAN ………..26

A. IDENTIFIKASI VARIABEL ………..26 B. DEFINISI OPERASIONAL ………26

1. a. Extroversion ..………...………27

b. Agreeableness….……….27

2. Perilaku Prososial ………28 C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL ………29 1. Populasi ………29 2. Teknik Pengambilan Sampel ………...29 3. Jumlah Sampel ……….30 4. Karakteristik Sampel ………...30 D. METODE PENGUMPULAN DATA ……….30 1. Skala Kepribadian Berdasakan Teori Big Five………...30 2. Skala Perilaku Prososial ………..32 E. UJI COBA ALAT UKUR ………33 1. Validitas Alat Ukur ………..33 2. Reliabilitas Alat Ukur ………..34 3. Uji Coba Daya Beda Aitem ……….34 F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR………35 1. Hasil Uji Coba Skala Perilaku Prososial………35 2. Hasil Uji Coba Skala Kepribadian Big Five………...36


(10)

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN………...37 1. Tahap Persiapan ………...37

2. Tahap Pelaksanaan ………...38

3. Tahap Pengolahan Data………38

H. METODE ANALISA DATA………...39

1. Uji Normalitas ……….39

2. Uji Linearitas………39

3. Uji Multikolinearitas………40 4. Uji Heterokedastisitas………..40

BAB IV : ANALISA & PEMBAHASAN………..41

A. ANALISA DATA………41 1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian……….41

2. Hasil Uji Asumsi………42 3. Hasil Utama Penelitian………...45

4. Hasil Tambahan Penelitian……….47

B. PEMBAHASAN………..48

BAB V : KESIMPULAN & SARAN……….55

A. KESIMPULAN………55

B. SARAN………55

1. Saran Metodologis………..56

2. Saran Praktis………...57


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue Print Skala Kepribadian Big Five Sebelum Uji Coba 31 Tabel 2 Blue Print Skala Perilaku Prososial Sebelum Uji Coba 32 Tabel 3 Blue Print Skala Perilaku Prososial Setelah Uji Coba 36 Tabel 4 Blue Print Skala Kepribadian Big Five Setelah Uji Coba 37 Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 41 Tabel 6 Hasil Uji Normalitas 42 Tabel 7 Hasil Uji Linearitas 43 Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas 44 Tabel 9 Hasil Uji Heterokedastisitas 45 Tabel 10 Koefisien Regresi 46 Tabel 11 Sumbangan Efektif Variabel Independen 47 Tabel 12 Gambaran Partisipan Berdasarkan Tipe Kepribadian Big Five 47


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Skala Try Out 60

Lampiran B Reliabilitas dan Daya Beda Aitem 68

Lampiran C Skala Penelitian 76


(13)

Hubungan Tipe Kepribadian Extroversion Dan Agreeableness Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Suku Batak Toba

Putri Olwinda Sianipar dan Ari Widiyanta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tipe kepribadian extroversion dan agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba. Penelitian ini menggunakan subjek yang berdomisili di wilayah Toba Samosir. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepribadian berdasarkan teori big five dan skala perilaku prososial. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara tipe

agreeableness dengan perilaku prososial. Sedangkan pada tipe extroversion tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa suku Batak Toba dominan memiliki tipe conscientiousness, agreeableness berada di peringkat kedua, dilanjutkan dengtan extroversion, neuroticism, dan openness yang berada diperingkat terakhir.

Kata kunci : Suku Batak Toba, perilaku prososial, kepribadian big five, extroversion, agreeableness.


(14)

The Relationship Between Personality Type Extroversion and Agreeableness and Prosocial Behavior Tendency in Batak Toba People

Putri Olwinda Sianipar and Ari Widiyanta

ABSTRACT

The purpose of this study is to know whether there is correlation between extroversion and agreeableness personality type and prosocial behavior in Batak Toba people. This study used subjects who live in the area of Toba Samosir. Measurement instrument which were used in this research were scale based on the theory of big five personality and prosocial behavior scale. The result shows there is significant positive correlation between the type of agreeableness and prosocial behavior. Furthermore, the result shows no correlation between the type of extroversion and prosocial behavior in Batak Toba people. The additional result showed that most of Batak Toba people has a type of conscientiousness, agreeableness is in second position, continued with extroversion, neuroticism, and openness which is positioned on the last.

Keywords : Batak Toba peole, prosocial behavior, big five personality, extroversion, agreeableness.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Batak adalah salah satu suku di Indonesia di mana sebagian besar masyarakatnya bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama daerah asalnya misalnya Batak Toba mendiami daerah Toba, Batak Karo mendiami daerah Karo, Batak Simalungun mendiami daerah Simalungun (Novelita, 2011).

Berdasarkan sejarah suku Batak di Indonesia yang disebutkan pada

website resmi Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia (2014), dikatakan bahwa kedatangan bangsa Belanda ke tanah Batak membuat kelompok-kelompok suku Batak terpecah. Istilah “Tanah Batak” dan “rakyat Batak” sendiri diciptakan oleh pihak asing tersebut. Pada awalnya semua orang Batak baik Karo, Angkola, maupun Mandailing mengakui dan menyebut dirinya sebagai “Batak”, namun sebagian dari mereka (sebagian orang Karo, Angkola, dan Mandailing) tidak mau menyebut dirinya sebagai “Batak” karena pada umumnya istilah “Batak” dipandang rendah oleh bangsa lain (Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, 2014).

Wilayah Toba Samosir merupakan daerah asli yang didiami oleh suku bangsa Batak Toba dan menjadi pusat Tanah Batak dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen (Siahaan, 2009).


(16)

Suku Batak Toba sangat mahir dalam memaparkan hubungan kekerabatan yang dikaitkan dengan marga-marga. Solidaritas marga yang sangat kuat pada orang-orang Batak Toba sudah dikenal secara luas. Solidaritas marga atau antar marga, baik di dalam maupun di luar kampung halaman, tetap kuat terlihat dengan adanya punguan, perkumpulan marga dohot boruna, dan perkumpulan huta yang anggotanya terdiri dari beberapa marga (Sianipar, 2008). Simanjuntak (2000) menyatakan bahwa sistem sosial Batak Toba mendukung terciptanya persatuan, solidaritas, dan persamaan dalam kehidupan suku Batak Toba (dalam Sianipar, 2008).

Maradat adalah salah satu falsafah suku Batak Toba yang dimaknai sebagai adanya adat-istiadat dengan pelaksanaan dalihan natolu (arti: tiga tungku), yang bermakna kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Hal tersebut menunjukkan bagaimana orang Batak Toba berdemokrasi, saling menghargai, mengasihi, membantu, saling terbuka, jujur, dan saling koreksi (Lumbantoruan, 2010).

Berkaitan dengan prinsip saling membantu dalam maradat tersebut, suku Batak Toba mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan, di mana sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah masing-masing anggota secara bergiliran (Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, 2014).

Jan Pieter Sitanggang (2009) dalam bukunya yang berjudul “Batak Namarserak” menyatakan sebuah ungkapan dalam bahasa Batak yang berkaitan


(17)

dengan sistem sosial budaya Batak Toba, yakni “sisoli-soli do uhum, siadapari do gogo”, artinya “timbal balik adalah kebiasaan hukum, saling mempertukarkan bantuan dalam kerja merupakan kekuatan”. Maksud dari ungkapan ini adalah kebiasaan hukum atau adat dalam masyarakat Batak menciptakan adanya hak dan kewajiban (tolong-menolong) yang timbul dari prinsip timbal balik (Sitanggang, 2009).

Serikat Tolong Menolong (STM) menjadi salah satu bentuk perkumpulan yang erat kaitannya dengan masyarakat Batak Toba. Suku Batak Toba ini membentuk kelompok-kelompok marga yang disebut STM yang bertujuan untuk mempererat hubungan yang satu dengan yang lain dalam kelompok marga, baik di saat suka maupun duka. Sampai saat ini, sistem kekerabatan yang demikian kental masih dapat terlihat di dalam kehidupan suku Batak Toba meskipun mereka berada di perantauan atau di luar daerah asal tempat mereka dilahirkan (Marice, 2011).

Sistem kekerabatan yang terjalin atas dasar “marga” tersebut menjadikan perilaku saling menolong sebagai hal yang sangat terlihat dalam lingkungan sosial orang Batak Toba. Tindakan menolong atau membantu pada suku Batak Toba tersebut dapat dikategorikan sebagai bagian dari perilaku prososial yang hadir dalam sistem sosial suatu kelompok masyarakat.

Perilaku prososial merupakan perilaku yang mempunyai maksud untuk menyokong kesejahteraan orang lain (Spica, 2008). Staub (1978) mendefinisikan perlaku prososial sebagai segala bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi positif bagi si penerima dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis, namun


(18)

juga dapat memberikan keuntungan yang ditentukan maupun yang tidak ditentukan bagi pihak yang menolong. Perilaku prososial juga diartikan sebagai perilaku yang menguntungkan orang lain (Farikha, 2011). Zanden (1993) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah cara merespon orang lain seperti simpati, kerjasama, menolong, menyelamatkan, menenangkan, dan tindakan memberi (Farikha, 2011).

Mussen (1989) mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang meliputi aspek-aspek seperti berbagi dengan orang lain (sharing), bekerjasama secara berkelompok (cooperating), bersedia menolong orang lain (helping), bersedia menyumbangkan sesuatu kepada orang lain (donating), dan berperilaku jujur terhadap orang lain (honesty). Perilaku prososial merupakan aspek yang penting dari kehidupan kita sehari-hari, dan perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu.

Staub (1978) mengkategorikan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku prososial, antara lain: (a) faktor situasi, (b) keadaan sementara si penolong, (c) hubungan dengan si penerima pertolongan, (d) karakteristik kepribadian, dan (e) proses psikologis.

Para psikolog meyakini bahwa kepribadian seseorang yang dikombinasikan dengan kondisi sekitarnya merupakan penentu dari perilaku seseorang, dalam hal ini perilaku prososial (Staub, 1978). Kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku prososial seseorang. Schultz dan Schultz (1993) menyatakan bahwa kepribadian (personality) adalah sesuatu yang menetap dan merupakan sekumpulan karakteristik yang unik, yang


(19)

mana memungkinkan mengalami perubahan dalam merespon sesuai dengan situasi-situasi yang berbeda. Teori Big Five Personality menggambarkan kepribadian berdasarkan 5 tipe. McCrae dan Costa (dalam Schultz & Schultz, 1993) menyebutkan tipe kepribadian Big Five terdiri dari neuroticism (meliputi:

worried, insecure, nervous, highly strung), extroversion (meliputi: sociable, talkative, fun-loving, affectionate), openness to experience (meliputi: original, independent, creative, daring), agreeableness (meliputi: good-natured, helping, softhearted, trusting, courteous), dan conscientiousness (meliputi: careful, reliable, hardworking, organized).

Berdasarkan ciri masing-masing tipe tersebut, tampak bahwa tipe

extroversion dan agreeableness yang memiliki keterkaitan dengan perilaku prososial. Hal tersebut dapat terlihat dari aspek-aspek perilaku prososial (Mussen, 1989) yang terdapat dalam kedua dimensi tersebut, yakni cooperating (kesediaan individu bekerjasama dengan orang lain) yang terdapat dalam dimensi

extroversion, serta helping dan honesty yang terdapat dalam dimensi

agreeableness.

Extroversion yang disebut juga surgency, merupakan tipe kepribadian yang menilai kepribadian dari sudut pandang tingkah laku sosial, serta memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Tipe ini menunjukkan bagaimana intensitas seseorang beraktivitas bersama-sama dengan orang lain (cenderung bersama dengan orang lain). Agreeableness merupakan tipe kepribadian yang menilai kepribadian dari sudut pandang penyesuaian pada lingkungan sosial. Tipe ini berbicara tentang kecenderungan seseorang untuk


(20)

bersama-sama dengan orang lain serta melakukan apa yang dibutuhkan orang lain (Friedman, 2006).

Berkaitan dengan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan atau keterlibatan tipe kepribadian extroversion dan agreeableness dalam memprediksi perilaku prososial suku Batak Toba.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

- Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian extroversion dan

agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba?

- Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian extroversion dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba?

- Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tipe kepribadian extroversion dan agreeablenees pada suku Batak Toba dengan perilaku prososial yang ada di dalam sistem sosial masyarakat Batak Toba.


(21)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu Psikologi, khususnya bidang Psikologi Sosial. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan dapat menjadi landasan untuk pelaksanaan penelitian-penelitian lanjutan mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan, terkait dengan tipe kepribadian extroversion

dan agreeablenees, serta perilaku prososial pada suku Batak Toba. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

a. Memberikan informasi kepada setiap kalangan masyarakat Indonesia mengenai perilaku prososial pada suku Batak Toba yang ditinjau dari tipe kepribadian extroversion dan agreeablenees pada teori Big Five.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia mengenai bagaimana sistem sosial suku Batak Toba yang menjadikan perilaku prososial atau menolong sebagai landasan mempererat kekerabatan dalam kehidupan mereka.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat suku Batak Toba terkhusus kepada generasi muda Batak Toba saat ini, mengenai sistem sosial di budayanya yaitu perilaku prososial agar tidak mengabaikan, melupakan, atau menyingkirkan sistem yang melekat pada budaya mereka.


(22)

E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : Pendahuluan

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Menguraikan landasan teori tentang suku Batak Toba, Perilaku Prososial, dan Tipe Kepribadian Extroversion dan

Agreeableness berdasarkan teori Big Five. BAB III : Metode Penelitian

Berisi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, dan metode analisa data penelitian.

BAB IV : Analisa dan Pembahasan

Berisi uraian mengenai analisa data dan pembahasan. Analisa data akan menjelaskan gambaran umum partisipan penelitian, hasil utama dan hasil tambahan penelitian. Pembahasan akan menjelaskan hasil keseluruhan penelitian dan dikaitkan dengan teori yang digunakan. BAB V : Kesimpulan dan Saran

Berisi uraian kesimpulan dari hasil penelitian dan saran penelitian, yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. PERILAKU PROSOSIAL

1. Definisi Perilaku Prososial

Perilaku prososial merupakan tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu dan menguntungkan individu atau kelompok individu lain (Mussen, 1989). Paul Henry Mussen (1989) menyatakan bahwa perilaku prososial dilakukan secara sukarela dan bukan karena paksaan. Meskipun perilaku prososial ditujukan untuk memberikan konsekuensi positif (bantuan) bagi orang lain, perilaku prososial dapat dilakukan untuk berbagai alasan.

Baron, dkk (2006) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu manfaat langsung kepada orang yang melakukan tindakan menolong tersebut, dan bahkan mungkin memberikan risiko bagi orang yang menolong.

Menurut Shaffer (2005) perilaku prososial adalah segala tindakan yang menguntungkan orang lain, seperti berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung dari pada kita, menghibur atau menolong orang yang sedih, bekerjasama dengan atau menolong seseorang untuk mencapai suatu tujuan, atau contoh sederhana seperti menyapa dan memberikan pujian.

Menurut Batson (1998 dalam Taylor, 2009) perilaku prososial merupakan kategori yang sangat luas, yang mencakup setiap tindakan yang membantu atau dirancang untuk membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong.


(24)

Dividio et al. (2006 dalam Franzoi, 2009) mengungkapkan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang dengan sukarela bertujuan untuk menolong orang lain. Perilaku prososial juga dikatakan lebih mendasar, yang artinya tindakan tersebut bermaksud untuk memperbaiki situasi si penerima pertolongan, tindakan tersebut tidak dimotivasi oleh penyempurnaan tanggung jawab profesional, dan penerima adalah orang dan bukan organisasi (Bierhoff, 2002).

Kenrick (2010) mengungkapkan bahwa perilaku prososial merupakan suatu tindakan yang menguntungkan orang lain yang mana hal ini juga berlaku ketika si penolong memiliki tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Kenrick mengemukakan beberapa tujuan dari tindakan prososial, yaitu meningkatkan kesejahteraan tiap individu, menaikkan status sosial, mengatur self-image, serta mengatur mood dan emosi.

Berdasarkan pengertian perilaku prososial yang dibuat oleh berbagai tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan menolong atau memberikan bantuan yang ditujukan untuk menguntungkan orang lain (tanpa mengharapkan imbalan) atau menguntungkan diri sendiri, tanpa ada unsur paksaan.

2. Faktor-faktor Penentu Perilaku Prososial

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, antara lain (Baron, 2006): a. Faktor internal, terdiri dari guilt dan mood

b. Faktor eksternal, terdiri dari social norms, number of bystanders, time pressures, dan similarity


(25)

c. Faktor karakteristik penolong (helpers’ dispositions), terdiri dari

personality trait, gender, dan religious faith.

Para peneliti kepribadian mengemukakan 3 hal penting (Baron, 2006), yakni: a) Adanya individual differences dalam perilaku menolong, dan

menunjukkan bahwa perilaku menolong tersebut bertahan lama atau menetap dan dapat diamati oleh orang lain. Orang-orang yang dapat dipercaya cenderung lebih suka menolong.

b) Para peneliti mengumpulkan bukti-bukti sebagai network of traits

(kumpulan trait yang berhubungan) yang menunjukkan kecenderungan seseorang untuk memberikan pertolongan. Trait yang tinggi dalam hal emosi positif, empati, dan self-efficacy adalah yang paling mendapatkan perhatian dan dapat dikategorikan suka menolong.

c) Kepribadian mempengaruhi bagaimana orang-orang merespon pada situasi-situasi tertentu. Self-monitoring yang tinggi disesuaikan dengan harapan orang lain disebut sebagai „suka menolong‟ jika mereka berpikir bahwa pertolongan yang mereka berikan tersebut akan mendapatkan

reward secara sosial.

Staub (1978) mengkategorikan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku prososial ke dalam:

a. The Situation

Pengaruh sosial merupakan elemen yang sangat penting dari sebuah situasi. Orang-orang saling memberi pengaruh yang kuat satu sama lain. Salah satu unsur dari faktor situasi ini adalah sifat stimulus untuk perilaku prososial.


(26)

Stimulus tersebut dapat berbeda pada beberapa dimensi. Unsur lainnya dari faktor ini adalah sifat dari kondisi di sekitar stimulus.

b. Temporary States of Potential Helpers

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku prososial adalah bagaimana perasaan orang-orang yang berada dalam posisi untuk membantu melihat orang lain yang membutuhkan bantuan. Apakah mereka merasa baik atau buruk, kompeten atau tidak kompeten. Apakah sesaat harga diri mereka tinggi atau rendah. Apakah perhatian dan kepedulian mereka sangat terfokus pada diri mereka sendiri, atau mereka “bebas” untuk mengurus orang lain.

c. Relationship to Potential Recipients of Help

Hubungan seseorang dengan orang lain mungkin sangat penting dalam menentukan apakah seseorang tersebut akan membantunya. Mempertimbangkan apakah ada hubungan timbal balik atau hubungan yang saling menguntungkan pada masing-masing pihak atau tidak.

d. Personality Characteristics

Segala jenis karakteristik kepribadian adalah penting dalam menentukan perilaku prososial, terutama yang dihubungkan dengan faktor situasi. Selain dari faktor situasi, orang-orang cukup sering mencari kesempatan untuk terlibat dalam tindakan prososial ini. Faktor penentu perilaku ini juga penting untuk dipertimbangkan.

e. Psychological Processes

Pemahaman kita mengenai penentuan perilaku sosial secara positif, kemampuan kita untuk memprediksi perilaku tersebut, dan kapasitas kita untuk


(27)

menerapkan praktik sosialisasi yang akan mendorong keinginan orang lain untuk berperilaku prososial, apabila kita tahu mengapa pada kondisi tertentu seseorang akan atau tidak akan (kurang) berperilaku prososial.

Menurut Sears (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, antara lain:

a. Faktor situasi, terdiri dari: 1) Kehadiran orang lain

Kehadiran orang lain terkadang dapat menghambat usaha untuk menolong, karena orang yang begitu banyak menyebabkan terjadinya penyebaran tanggung jawab.

2) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan disebut juga sebagai keadaan fisik, mempengaruhi kesediaan untuk membantu. Keadaan fisik ini meliputi cuaca, ukuran wilayah, dan tingkat kebisingan.

3) Tekanan waktu

Dalam penelitian Darley dan Batson (dalam Sears, 1994) membuktikan bahwa kadang-kadang seseorang berada dalam keadaan tergesa untuk menolong. Keadaan ini menekan individu untuk tidak melakukan tindakan menolong, karena memperhitungkan keuntungan dan kerugian.

b. Faktor karakteristik penolong, terdiri dari: 1) Kepribadian

Kepribadian setiap individu berbeda-beda, salah satunya adalah kepribadian individu yang mempunyai kebutuhan tinggi untuk dapat diakui oleh


(28)

lingkungannya. Kebutuhan ini akan memberikan corak yang berbeda dan memotivasi individu untuk memberikan pertolongan.

2) Suasana hati

Suasana hati yang buruk menyebabkan kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri yang menyebabkan mengurangi kemungkinan untuk membantu orang lain. Pada situasi seperti ini, apabila kita beranggapan bahwa dengan melakukan tindakan menolong dapat mengurangi suasana hati yang buruk dan membuat kita merasa lebih baik mungkin kita akan cenderung melakukan tindakan menolong.

3) Rasa bersalah

Rasa bersalah merupakan perasaan gelisah yang timbul bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah dapat menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang lebih baik.

4) Distress diri dan rasa empati

Distress diri adealah reaksi pribadi terhadap penderitaan orang lain, perasaan cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan apapun yang dialami. Empatik adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain.

c. Faktor orang yang membutuhkan pertolongan, terdiri dari: 1) Menolong orang yang disukai


(29)

Individu yang mempunyai perasaan suka terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tarik fisik atau adanya kesamaan antar individu.

2) Menolong orang yang pantas ditolong

Individu lebih cenderung melakukan tindakan menolong apabila individu tersebut yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut.

3. Aspek-aspek Perilaku Prososial

Aspek-aspek perilaku prososial menurut Mussen (1989), meliputi:

a. Sharing (berbagi), yaitu kesediaan berbagi perasaan dengan orang lain baik dalam suasana suka maupun duka. Berbagi dilakukan apabila penerima menunjukkan kesukaan sebelum ada tindakan melalui dukungan verbal dan fisik.

b. Cooperating (bekerjasama), yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Kerja sama biasanya mencakup hal-hal yang saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan menenangkan.

c. Helping (menolong), yaitu kesediaan untuk menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan. Menolong meliputi membantu orang lain, memberi informasi, menawarkan bantuan kepada orang lain, atau melakukan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.


(30)

d. Donating (memberi atau menyumbang), yaitu kesediaan berderma, memberi secara suka rela sebagian barang miliknya untuk yang membutuhkan.

e. Honesty (kejujuran), yaitu kesediaan untuk tidak berbuat curang terhadap orang lain.

B. KEPRIBADIAN BERDASARKAN TEORI BIG FIVE 1. Definisi Kepribadian Berdasarkan Teori Big Five

Pervin (2010) menyebutkan bahwa kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku. Menurt Allport, trait adalah karakteristik yang kontinum berbeda–beda pada setiap orang untuk memandu perilaku setiap orang. Menurut Catteel, reaksi kecenderungan yang berasal dari analisis faktor merupakan bagian dari kepribadian permanen. Dan menurut Eysenk trait merupakan habitual response

yang bersifat konsisten dan saling berhubungan satu sama lain. Eysenck dan Cattel sama-sama mengakui bahwa trait adalah unit dasar kepribadian, yang merupakan kecenderungan umum untuk merespon dengan cara tertentu (dalam Pervin dkk, 2010).

Teori kepribadian Big Five merupakan kesimpulan dari definisi para tokoh tersebut. McCrae dan Costa (dalam Pervin, 2010) membagi ke dalam 5 besar faktor atau dimensi kepribadian, yaitu Openness, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness, dan Neuroticism (OCEAN).


(31)

2. Dimensi Kepribadian Berdasarkan Teori Big Five

Berdasarkan teori Big Five terdapat 5 tipe dalam kepribadian. McCrae dan Kosta (dalam Pervin, 2005) menggambarkan kelima tipe tersebut sebagai berikut:

1) Neuroticism (N).

Tipe ini mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distress psikologis yaitu yang mudah mengalami rasa sedih, takut dan cemas yang berlebihan, memiliki dorongan yang berlebihan dan memiliki coping respon yang maladaptif atau tidak sesuai. Dimensi bipolar dari faktor ini adalah Neuroticism VS Emotional Stability. Neuroticism dikarakteristikkan dengan kekhawatiran, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, kesedihan yang tak beralasan. Sedangkan, Emotional Stability dikarakteristikkan dengan sifat yang tenang, santai, tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri.

2) Extroversion (E).

Tipe ini melihat kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal yang dimiliki individu yaitu tingkat aktivitas, kebutuhan akan stimulasi dan kemampuan bersenang–senang individu. Dimensi bipolar dari faktor ini adalah

Introversion VS Extroversion. Introversion dikarakteristikkan dengan tidak ramah, tenang, tidak periang, menyendiri, task-oriented, pemalu, dan pendiam. Sedangkan, extroversion dikarakteristikkan dengan mudah bergaul, aktif, banyak bicara, person-oriented, optimis, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan bersahabat.


(32)

3) Openness (O).

Tipe ini melihat keterbukaan individu untuk mencari, menghargai dan mengeksplorasi pengalaman baru. Dimensi bipolar dari faktor ini adalah

Closedness VS Openness. Closedness dikarakteristikkan dengan mengikuti apa yang sudah ada, down to earth, tertarik hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa seni, dan kurang analitis. Sedangkan, openness dikarakteristikkan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, ketertarikan luas, kreatif, original, imajinatif, tidak „ketinggalan jaman‟.

4) Agreeableness (A).

Tipe ini melihat kualitas orientasi personal individu, perasaan dan perbuatan yang penuh kasih sayang hingga yang antagonis. Dimensi bipolar dari faktor ini adalah Antagonism VS Agreeableness. Antagonism dikarakteristikkan dengan sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, dan manipulatif. Sedangkan, agreeableness dikarakteristikkan dengan berhati lembut, baik, suka menolong, mudah percaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimanfaatkan dan berterus terang.

5) Conscientiousness (C).

Tipe ini melihat motivasi, pendirian serta kemampuan mengorganisasikan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan. Dimensi bipolar dari faktor ini adalah Lack of Direction VS Conscientiousness. Lack of Direction dikarakteristikkan dengan tidak bertujuan tidak dapat dipercaya, malas, kurang perhatian, lalai, sembrono, tidak disiplin, keinginan lemah, dan suka bersenang-senang. Sedangkan,


(33)

Conscientiousness dikarakteristikkan dengan teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan tekun.

Berdasarkan kelima tipe kepribadian tersebut, terdapat beberapa tipe yang berkaitan dengan perilaku prososial ditinjau dari aspek-aspek perilakunya, yaitu tipe extroversion dan agreeableness. Extroversion, di mana individu lebih menyukai dan dominan melakukan segala kegiatan bersama-sama dengan individu lain (Pervin, 2005), memiliki kesamaan / keterkaitan dengan aspek

cooperating dalam perilaku prososial. Sifat ini dimaknai dengan adanya keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain (Mussen, 1989). Pada tipe agreeableness, individu cenderung melakukan tindakan yang penuh kasih sayang yang dicirikan dengan perilaku yang suka menolong, mempercayai orang lain sehingga cenderung mudah untuk dimanfaatkan sesamanya, mudah memaafkan, dan jujur ketika menyampaikan suatu hal (Pervin, 2005). Hal ini memiliki kesamaan dengan hampir semua aspek perilaku prososial yaitu sharing, helping, donating, dan honesty.

C. SUKU BATAK TOBA

Batak Toba adalah sebuah suku di Pulau Sumatera, Indonesia. Sejak masuknya penginjil I. L. Nomensen ke tanah Batak, mayoritas orang Batak Toba beragama Kristen. Batak Toba merupakan salah satu sub suku Batak yang berada di Sumatera Utara yang terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, dan Batak Simalungun. Secara geografis, sub suku Batak Toba cukup banyak berdiam di Kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi


(34)

Ajibata (berbatasan dengan Parapat), Pulau Samosir, Pakkat, serta Sarulla (Sagala, 2008).

Menurut Bayral Hamidy Harahap dan Hotman Siahaan (Sitanggang, 2009), terdapat 9 nilai budaya utama suku Batak Toba yang menjadi falsafah hidup mereka, yaitu :

1. Kekerabatan

Mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu (Hula-hula, Dongan Tubu, dan

Boru) Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendekiawan) serta segala yang ada kaitannya dengan hubungan kekerabatan karena pernikahan dan solidaritas marga.

2. Religi

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian, yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.

3. Hagabeon

Mencakup keyakinan akan keberhasilan dalam segala hal, atau secara spesifik keyakinan untuk memiliki banyak keturunan dan panjang umur.

4. Uhum (Hukum)

Mencakup patik dohot uhum (aturan dan hukum). Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat disosialisasikan orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran dan berkecimpung dalam hukum merupakan dunia orang Batak.


(35)

Mencakup kemajuan yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini sangat mendorong orang Batak bermigrasi ke seluruh pelosok tanah air.

6. Hamoraon

Kaya raya merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.

Hamoraon dalam kehidupan sehari-hari orang Batak merupakan misi budaya yang menonjol. Hagabeon pada dasarnya adalah upaya mencapai hamoraon.

7. Hasangapon

Mencakup kemuliaan, kewibawaan, dan kharisma yang merupakan nilai utama yang memberi dorongan yang kuat untuk meraih kejayaan. Hasangapon

diperoleh setelah memenuhi Hagabeon dan Hamoraon, serta dibarengi dengan

bisuk (arif dan bijaksana). 8. Konflik

Sumber konflik pada orang Batak Toba tidak hanya kehidupan kekerabatan melainkan lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya, antara lain hamoraon yang merupakan sumber konflik yang abadi bagi suku Batak Toba.

9. Pengayoman

Kehadiran pengayom, pelindung, dan pemberi kesejahteraan umumnya hanya diperlukan dalam keadaan yang mendesak.

Berkaitan dengan falsafah pertama, suku Batak Toba sangat mahir dalam memaparkan hubungan kekerabatan yang dikaitkan dengan marga-marga.


(36)

Solidaritas marga yang sangat kuat pada suku Batak Toba sudah dikenal secara luas (Sianipar, 2008).

Jan Pieter Sitanggang (2009) mengungkapkan 2 istilah yang berkaitan dengan sistem sosial atau falsafah kekerabatan masyarakat Batak Toba.

Marsiadapari atau istilah untuk berkumpulnya orang-orang Batak, merupakan sebuah kegiatan yang berupa arisan kerja dan bagian dari sistem gotong-royong. Ada juga istilah lainnya yang serupa dengan marsiadapari namun terkadang masih dibedakan penggunaannya, yaitu mangarumpa. Mangarumpa adalah kegiatan di mana seseorang atau kelompok memberikan bantuan umum yaitu bantuan yang diberikan oleh siapa saja, misalnya dalam bertetangga ketika pembangunan rumah, pemasangan atap rumah, atau kegiatan lain yang membutuhkan banyak tenaga.

Pada suatu bentuk perkumpulan suku Batak Toba, dalam hal pendanaan ada yang secara suka rela membantu dan ada pula yang dengan keinginan agar dirinya diketahui sebagai penentu keberhasilan perkumpulan tersebut (Sitanggang, 2009).

D. HUBUNGAN TIPE EXTROVERSION DAN AGREEABLENESS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SUKU BATAK TOBA

Suku Batak Toba adalah salah satu sub suku Batak yang berada di Sumatera Utara (Sagala, 2008). Suku Batak Toba sangat mahir dalam memaparkan hubungan kekerabatan, secara khusus yang telah dikenal secara luas yaitu solidaritas marga yang sangat kuat pada suku Batak Toba (Sianipar, 2008).


(37)

Sisi solidaritas tersebut diterapkan dalam berbagai jenis kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya marsiadapari dan mangarupa yang merupakan kegiatan memberikan bantuan kepada siapa saja yang memerlukan banyak tenaga, serta pada acara adat pernikahan, kematian, dan acara-acara adat lainnya (Sitanggang, 2009).

Kegiatan-kegiatan dalam sistem sosial tersebut merupakan bagian dari perilaku prososial, yang mana mencakup suatu tindakan yang menguntungkan orang lain dan hal ini juga berlaku ketika si penolong memiliki tujuan untuk menguntungkan diri sendiri (Kenrick, 2010). Perilaku prososial mencakup kategori yang sangat luas, yang merupakan setiap tindakan membantu atau dirancang untuk membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong (Taylor, 2009).

Perilaku prososial terdiri dari beberapa aspek (Mussen, 1989), yaitu

sharing (berbagi), cooperating (bekerjasama), helping (menolong), donating

(memberi atau menyumbang), dan honesty (kejujuran). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial (Baron, 2006), dapat berupa faktor internal (terdiri dari rasa bersalah dan mood), eksternal (terdiri dari norma sosial, jumlah pengamat, tekanan waktu dan similarity), dan karakteristik penolong (terdiri dari

personality trait, gender, religious faith).

Kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku prososial individu. Kepribadian dapat diartikan sebagai karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Hal-hal penting yang berkaitan dengan perilaku sosial dan


(38)

kepribadian di antaranya ialah: (a) ada perbedaan pada masing-masing individu dalam perilaku menolong (individual differences), (b) adanya hubungan trait-trait tertentu yang dapat menunjukkan kecenderungan seseorang untuk memberikan pertolongan, dan (c) kepribadian mempengaruhi bagaimana orang-orang merespon pada situasi-situasi tertentu (Baron, 2006).

Berdasarkan teori Big Five, kepribadian digambarkan ke dalam 5 besar tipe, yaitu Openness, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness, dan

Neuroticism (OCEAN). Dua di antaranya memiliki keterkaitan dengan perilaku prososial, yaitu extroversion dan agreeableness. Kedua tipe kepribadian ini memiliki kesamaan karakteristik dengan aspek-aspek perilaku prososial, sedangkan ketiga tipe lainnya tidak memenuhi unsur-unsur dari aspek perilaku prososial. Tipe extroversion memiliki kesamaan dengan aspek cooperating pada perilaku prososial, yakni individu bersedia dan dominan bekerjasama dengan orang lain. Sedangkan tipe agreeableness memiliki kesamaan dengan aspek

sharing, donating, helping, dan honesty pada perilaku prososial, yakni individu cenderung bersikap jujur, bersedia berbagi perasaan dengan orang lain serta membantu individu lainnya dengan ikhlas hati (Mussen, 1989).

E. HIPOTESA

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesa penelitian adalah :

H1 : Ada hubungan positif antara tipe kepribadian extroversion dan


(39)

H2 : Ada hubungan positif antara tipe kepribadian extroversion dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba.

H3 : Ada hubungan positif antara tipe kepribadian agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba.

Semakin tinggi extroversion dan agreeableness, maka kecenderungan perilaku prososial juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.

F. KERANGKA BERPIKIR

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial : o Internal (guilty & mood)

o Eksternal (social norms, number of bystanders,

time pressures, dan similarity)

o Karakteristik penolong (personality trait, gender,

dan religious faith)

Kepribadian berdasarkan teori Big Five :

Extroversion Agreeableness Suku Batak

Toba

memiliki Sistem Sosial : perilaku prososial

Dipengaruhi oleh

Memiliki hubungan dengan aspek-aspek perilaku prososial


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode kuatitatif dengan analisis multiple regression.

Analisis regresi (regresi berganda) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel, yakni hubungan antara satu variabel dependen dan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi nilai rata-rata variabel terikat didasarkan pada nilai variabel bebas yang diketahui.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya masing-masing (Azwar, 2000). Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini, antara lain:

Variabel bebas (independent variable) : Extroversion dan Agreeableness

Variabel tergantung (dependent variable) : Perilaku Prososial

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Kepribadian berdasarkan teori Big Five terdiri dari 5 dimensi besar, yaitu


(41)

Penelitian ini menggunakan dua dimensi kepribadian Big Five sebagai independent variable, yaitu Extroversion dan Agreeableness.

1. Extroversion

Extroversion dikarakteristikkan dengan: individu lebih menyukai dan dominan melakukan segala aktivitas bersama-sama dengan individu lainnya. Individu yang tinggi pada dimensi ini diidentikkan memiliki sifat mudah bergaul, aktif ketika bersama orang lain, suka berbicara, senang dan menyenangkan ketika bersama orang lain, suka bersahabat, dan penyayang.

2. Agreeableness

Agreeableness dikarakteristikkan dengan: individu cenderung melakukan tindakan yang penuh kasih sayang terhadap sesamanya. Tindakan yang penuh kasih sayang tersebut dicirikan dengan perilaku yang suka menolong, mempercayai orang lain sehingga cenderung mudah untuk dimanfaatkan sesamanya, mudah memaafkan, dan jujur ketika menyampaikan suatu hal.

Data mengenai masing-masing dimensi kepribadian Big Five diperoleh dari Skala Big Five Inventory yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya, Suryati Mahdalena Sianipar (2008). Skala ini berisi 53 aitem dengan 35 aitem favorable


(42)

3. Perilaku Prososial

Perilaku prososial adalah tindakan menolong atau memberikan bantuan yang ditujukan untuk menguntungkan orang lain (tanpa mengharapkan imbalan) atau menguntungkan diri sendiri, tanpa ada unsur paksaan.

Aspek perilaku prososial yang digunakan adalah yang diungkapkan oleh Mussen: a. Sharing (berbagi), meliputi mengungkapkan apa yang dirasakan dan

dipikirkan kepada orang lain dan mendengarkan orang lain, dalam suasana suka atau duka.

b. Cooperating (bekerjasama), meliputi bersedia untuk bekerjasama (saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan menenangkan) dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan.

c. Helping (menolong), meliputi membantu, memberi informasi, menawarkan bantuan kepada orang lain.

d. Donating (memberi atau menyumbang), meliputi memberi secara suka rela sebagian barang / materi miliknya untuk orang lain yang membutuhkan. e. Honesty (kejujuran), meliputi tidak berbuat curang terhadap orang lain.

Data mengenai perilaku prososial diperoleh dari Skala Perilaku Prososial yang disusun dengan format Likert. Skala ini berisikan 28 aitem dengan 20 aitem


(43)

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi memiliki karakteristik yang dapat diperkirakan dan diklasifikasikan sesuai dengan keperluan penelitian. Sedangkan sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Hadi, 2000).

Penelitian ini ditujukan kepada populasi masyarakat yang berdomisili di wilayah Toba Samosir, namun dengan keterbatasan yang dimiliki maka peneliti hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan populasi yang dapat merepresentasikan populasi tersebut atau yang dikenal sebagai sampel.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Azwar (2007) mengatakan bahwa pengambilan sampel dimaksudkan untuk menggeneralisasikan sampel dan menarik kesimpulan sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

Supangat (2007) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi untuk dijadikan sebagai bahan penelaah dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasinya. Jenis pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Suatu sampel dikatakan secara purposive apabila peneliti membuat kriteria tertentu mengenai subjek penelitian. (Azwar, 2010).


(44)

3. Jumlah Sampel

Menurut Azwar (2000), secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Hadi (2000) menambahkan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik dari pada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 153 orang suku Batak Toba.

4. Karakteristik Sampel

Adapun karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pria atau wanita bersuku asli Batak Toba

b. Berusia antara 21 hingga 60 tahun

c. Bertempat tinggal di wilayah Toba Samosir

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala ukur. Skala ukur ini adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada subjek agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang ingin diketahui. Skala ini disusun berdasarkan metode Skala Likert. Nilai skala setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favorable) atau yang tidak mendukung (unfavorable).

1. Skala Kepribadian berdasarkan Teori Big Five

Skala ini digunakan untuk mengukur kepribadian berdasarkan teori Big Five, secara khusus tipe extroversion dan agreeableness yang menjadi


(45)

variabel independen penelitian. Skala ini diadaptasi dari peneliti sebelumnya, Suryati Mahdalena Sianipar (2008).

Pernyataan dalam skala berbentuk favorable (mendukung) dan

unfavorable (tidak mendukung). Skala ini berisi 6 pilihan jawaban / respon yaitu Sangat Sesuai (SS) yang diberi skor 6, Sesuai (S) diberi skor 5, Cukup Sesuai (CS) diberi skor 4, Kurang Sesuai (KS) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1 untuk aitem-aitem yang berbentuk favorable. Sebaliknya, aitem unfavorable diberi skor 1 untuk respon Sangat Sesuai (SS) hingga 6 untuk respon Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawabannya maka individu semakin mengarah pada masing-masing dimensi OCEAN.

Tabel 1. Blue Print Skala Kepribadian Big Five Sebelum Uji Coba No.

Dimensi

Nomor Aitem Jumlah (%) Favorable Unfavorable

1. Openness

5, 10, 15, 20, 29, 34, 39

7 13,2%

2. Consciousness

3, 13, 23, 32, 42, 46, 47, 51

8, 18, 27, 37 12 22,6%

3. Extraversion

6, 7, 16, 35, 40, 44, 49, 52

1, 11, 21, 25, 30

13 24,5%

4. Agreeableness

26, 31, 36, 41, 45, 50, 53


(46)

5. Neuroticism 4, 14, 28, 33, 43

9, 19, 24, 38, 48

10 18,9%

Total 53 100%

2. Skala Perilaku Prososial

Skala perilaku prososial dalam penelitian ini disusun dengan format Likert berdasarkan teori tentang aspek-aspek perilaku prososial. Skala ini berjumlah 28 aitem, dengan pernyataan yang berbentuk favorable

(mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Skala ini berisi lima pilihan jawaban / respon yaitu Sangat Sesuai (SS) yang diberi skor 5, Sesuai (S) diberi skor 4, Netral (N) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1 untuk aitem-aitem yang berbentuk

favorable. Sebaliknya, aitem unfavorable diberi skor 1 untuk respon Sangat Sesuai (SS) hingga skor 5 untuk respon Sangat Tidak Sesuai (STS).

Skor pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawabannya maka semakin tinggi juga kecenderungan perilaku prososial individu.

Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Prososial Sebelum Uji Coba

No.

Aspek Perilaku Prososial

Nomor Aitem Skala

Jumlah (%) Favorable Unfavorable

1. Sharing 1, 6, 10, 18, 24 14 6 21,4%

2. Cooperating 2, 7, 15, 21, 22, 25, 28

11, 19 9 32,1%


(47)

4. Donating 4, 17 2 7,1%

5. Honesty 9, 13, 27 5 4 14,3%

Total 28 100%

E. UJI COBA ALAT UKUR

Menurut Azwar (2000) tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran.

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Pendekatan terhadap validitas alat ukur dilakukan dengan menyusun terlebih dahulu operasional aspek-aspek pengukuran yang tepat dalam blue-print.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah content validity.

Content validity berkaitan dengan kesesuaian antara aitem-aitem alat ukur dengan apa yang akan di ukur. Content validity diperoleh melalui pendapat profesional dari dosen pembimbing dan dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti (Azwar, 2000).


(48)

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem yang dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2002).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency) di mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan memiliki efisiensi yang tinggi (Azwar, 2002). Teknik yang digunakan untuk pengukuran reliabilitas alat ukur penelitian ini adalah teknik koefisien Alpha Cronbach. Untuk menguji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.

Koefisien reliabilitas berada pada rentang nilai 0 hingga 1. Apabila koefisien realibilitas semakin mendekati angka 1 maka semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut. Sebaliknya, jika koefisien realibilitas semakin mendekati angka 0 maka semakin rendah reliabilitas alat ukur tersebut.

3. Uji Coba Daya Beda Aitem

Uji daya beda butir pernyataan untuk melihat sejauh mana butir pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih butir-butir


(49)

pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes, artinya memilih butir pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda butir pernyataan ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap butir pernyataan dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda butir pernyataan (Azwar, 2000). Besarnya koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2000). Batasan nilai indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0,3 atau penggenapan ke dalam angka 0.3, sehingga setiap aitem yang memiliki harga ≥ 0,26 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba skala perilaku prososial dan kepribadian Big Five dilakukan kepada 153 orang bersuku Batak Toba. Untuk melihat daya beda aitem dilakukan analisis uji coba dengan menggunakan aplikasi SPSS.

1. Hasil Uji Coba Skala Perilaku Prososial

Aitem yang diujicobakan dalam skala perilaku prososial ini sebanyak 28 aitem dan diperoleh 24 aitem valid dan 4 aitem yang tidak valid. Aitem-aitem


(50)

inilah yang nantinya akan digunakan dalam penelitian. Korelasi antar skor aitem dan skor total aitem yang valid bergerak dari 0.279-0.614. setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid. Hasil perhitungan reliabilitas skala perilaku prososial diperoleh nilai koefisien = 0.873.

Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Prososial Setelah Uji Coba

No.

Aspek Perilaku Prososial

Nomor Aitem Skala

Jumlah (%) Favorable Unfavorable

1. Sharing 1, 9, 21 3 12,5%

2. Cooperating 2, 6, 13, 18, 19, 22, 24

10, 16 9 37,5%

3. Helping 3, 7, 17 11, 14, 20 6 25%

4. Donating 4 15 2 8,3%

5. Honesty 8, 12, 23 5 4 16,7%

Total 24 100%

2. Hasil Uji Coba Skala Kepribadian Big Five

Aitem yang diujicobakan dalam skala kepribadian Big Five ini sebanyak 53 aitem dan diperoleh 48 aitem valid dan 5 aitem yang tidak valid. Hasil perhitungan reliabilitas dimensi openness diperoleh nilai koefisien α = 0.672, dimensi conscientiousness (α) = 0.850, extroversion (α) = 0.745,

agreeableness (α) = 0.743, dan dimensi neuroticism (α) = 0.840. Aitem-aitem valid inilah yang nantinya akan digunakan dalam penelitian.


(51)

Tabel 4. Blue Print Skala Kepribadian Big Five Setelah Uji Coba No.

Dimensi

Nomor Aitem Jumlah (%) Favorable Unfavorable

1. Openness 43, 45, 46, 47, 48 44 6 12,5%

2. Consciousness

21, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32

22, 23, 26, 28

12 25%

3. Extraversion 2, 4, 6, 7, 8, 9 1, 3, 5, 10 10 20,8%

4. Agreeableness

12, 14, 16, 18, 19, 20

11, 13, 15, 17

10 20,8%

5. Neuroticism 33, 35, 37, 38, 39

34, 36, 40, 41, 42

10 20,8%

Total 48 100%

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian dilakukan peneliti dengan: a. Pembuatan alat ukur

Alat ukur dibuat oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. Skala yang dibuat oleh peneliti adalah skala perilaku prososial, sedangkan skala kepribadian Big Five diadaptasi dari


(52)

penelitian sebelumnya. Setelah blue print skala perilaku prososial selesai dibuat, maka aitem-aitem ditelaah melalui professional judgement. Skala perilaku prososial terdiri dari 28 aitem dan skala kepribadian Big Five

terdiri dari 53 aitem. Masing-masing skala dibentuk seperti sebuah buku untuk memudahkan subjek penelitian memberikan jawabannya.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur melibatkan masyarakat suku Batak Toba yang berada di Kota Medan.

c. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji daya beda aitem, validitas, dan reliabilitas kedua skala dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS version 17.0 for Windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem yang sesuai untuk dijadikan aitem-aitem dalam skala final.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah dilakukan uji coba dan revisi pada alat ukur, maka peneliti melakukan pelaksanaan penelitian pada tanggal 2 s/d 3 Maret 2015. Peneliti melakukan pengambilan data kepada 153 orang suku Batak Toba di wilayah Toba Samosir.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah seluruh data dari subjek penelitian diperoleh, selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows.


(53)

H. METODE ANALISIS DATA

Azwar (2000) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan. Data dalam penelitian akan dianalisa dengan analisa statistik dengan alasan analisa statistik bekerja dengan angka–angka, bersifat objektif dan universal. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis multiregresi dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 for windows. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian, yaitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip–prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan pada populasi. Uji normalitas sebaran pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor–skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS 17.0. Kaidah normal yang digunakan adalah jika p > 0,05. Sebaliknya jika p < 0,05 maka dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berkorelasi secara linear atau tidak terhadap variabel tergantung. Uji linearitas pada penelitian ini test for linearity menggunakan bantuan program SPSS 17.0


(54)

versionfor Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah linear apabila p < 0,05. Sebaliknya jika p > 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang dilakukan terdapat korelasi antar variabel bebas atau independen. Mendeteksi adanya multikolinieritas dalam model regresi linier berganda menggunakan

variance inflation factor (VIF) dan tolerance (TOL) dengan ketentuan jika nilai VIF < 10 dan nilai TOL > 0.1, maka tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi (Ghozali, 2011).

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode Glejser.


(55)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan keseluruhan dari hasil penelitian. Pembahasan akan memberikan gambaran umum mengenai partisipan pada penelitian dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi hasil utama penelitian serta hasil tambahan penelitian.

A. Analisa Data

1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 153 orang yang merupakan masyarakat suku Batak Toba yang menetap di wilayah Toba Samosir. Berdasarkan usia, partisipan penelitian berada pada rentang usia dari 21 sampai 60 tahun (Mean = 36,80 dan Standard deviation = 9,94).

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia B. Usia

(Tahun)

C. Frekuensi (N)

D. Persentase( %) E. 21-40 F. 98 G. 64 H. 41-60 I. 55 J. 36 K. Total L. 153 M. 100


(56)

2. Hasil Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Pengolahan data penelitian diawali dengan melakukan uji normalitas yang bertujuan untuk melihat apakah skor subjek dalam populasi telah terdistribusi secara normal. Peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal dengan harga p > 0,05.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AGREEABLENESS EXTROVERSION

.083 .086

153 153

.057 .200*

.988 .983

153 153

.218 .202

PROSOSIAL .044 153 .200* .991 153 .483

Berdasarkan data di atas, hasil uji normalitas terhadap variabel

agreeableness diperoleh nilai p = 0.057 dan extroversion p = 0.200. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p (0.057) dan p (0.200) > 0.05 maka data dari variabel independen tersebut terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas terhadap variabel perilaku prososial diperoleh nilai p = 0.200. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p (0.200) > 0.05 maka data dari variabel perilaku prososial terdistribusi secara normal.


(57)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel perilaku prososial dan kepribadian big five memiliki hubungan linear. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui bahwa hubungan antara variabel bebas dengan tergantung linear adalah apabila p < 0,05 (Hadi, 2000). Hasil uji linearitas penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Prososial * A-E

Between Groups (Combined) 5093.571 45 113.190 1.470 .055

Linearity 2219.166 1 2219.166 28.820 .000

Deviation from Linearity

2874.405 44 65.327 .848 .727

Within Groups 8239.148 107 77.001


(58)

Hasil uji linearitas pada variabel penelitian diperoleh nilai Sig. (p) = 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa antar variabel memiliki hubungan yang linear.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah antar variabel independen tidak saling berkorelasi, yaitu dengan melihat nilai

tolerance (lebih kecil dari 0,1) dan nilai VIF (lebih besar dari 10). Berikut tabel hasil uji multikolinearitas:

Tabel 8. Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Extroversion .863 1.159

Agreeableness .741 1.350

Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0.1 pada kedua tipe kepribadian. Hal ini berarti tidak ada multikolinearitas pada kedua tipe kepribadian extroversion dan

agreeableness.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui tidak adanya kesamaan varian residual pada data. Pada penelitian ini, uji heterokedastisitas menggunakan metode glejser.


(59)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.797 6.383 .438 .662

Extroversion .019 .080 .021 .241 .810

Agreeableness -.019 .079 -.022 -.239 .811

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh nilai Sig. (p) > 0.05, yang berarti bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada kedua tipe kepribadian extroversion dan agreeableness.

3. Hasil Utama Penelitian

Penelitian ini memiliki hipotesis ada hubungan antara 2 dimensi kepribadian Big Five, yakni extroversion dan agreeableness dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba. Kedua dimensi tersebut, Extroversion

(intensitas interaksi interpersonal ditinjau dari tingkat aktivitas, kebutuhan akan stimulasi dan kemampuan bersenang–senang individu) dan

Agreeableness (kualitas orientasi personal individu, perasaan dan perilaku yang penuh kasih sayang hingga yang antagonis) berhubungan positif dengan perilaku prososial pada suku Batak Toba. Di mana semakin tinggi

extroversion dan agreeableness, maka semakin tinggi kecenderungan perilaku prososial individu, begitu juga sebaliknya.

Peneliti menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui hubungan antara masing-masing tipe kepribadian dengan perilaku prososial. Koefisien regresi dari variable bebas digunakan untuk melihat signifikansi hubungan antara masing-masing variable independen


(60)

dengan variable dependen. Koefisien regresi kedua tipe kepribadian tersebut dari output SPSS 17 adalah, sebagai berikut:

Tabel 10. Koefisien Regresi (Coefficientsa)

N. Model O. B P. Std.

Error Q. Beta

R. t

S. Sig.

T. 1 (Constant) U. Extroversion V. Agreeableness W.

X. 41.580 Y. 11.472 Z. AA. 3.

624 BB..000

CC..032 DD. .14

4 EE..017 FF..220

GG. .8

26

HH. .865 II. .143 JJ. .500 KK. 6.

060 LL..000

MM. NN. OO. PP. QQ.

Dependent Variable: Prososial

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh dimensi memiliki koefisien regresi bernilai positif dengan nilai signifikansi yang berbeda-beda, sebagai berikut:

i. Extroversion sig (p) = 0.826 lebih besar dari 0.05 (> 0.05), artinya dimensi

extroversion dari kepribadian Big Five tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku prososial. Maka hipotesa H1 ditolak.

ii. Agreeableness sig (p) = 0.000 lebih kecil dari 0.05 (< 0.05), artinya dimensi agreeableness dari kepribadian Big Five memiliki hubungan dengan mempengaruhi perilaku prososial. Maka hipotesa H2 diterima.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hanya dimensi

Agreeableness (p = 0.000) yang secara signifikan memiliki hubungan dengan mempengaruhi perilaku prososial suku Batak Toba. Di mana, semakin tinggi

agreeableness individu maka semakin tinggi kecenderungan perilaku prososialnya.


(61)

Untuk mengetahui kontribusi kelima variabel bebas (OCEAN) terhadap perilaku prososial dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 11. Sumbangan Efektif Variabel Independen

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .507a .257 .232 8.207

Hasil analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa R Square bernilai 0.257. Hal ini berarti bahwa tipe extroversion dan

agreeableness memberikan sumbangan efektif / kontribusi sebesar 25,7% terhadap perilaku prososial. Sedangkan sisanya sebesar 74,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Hasil Tambahan Penelitian

Peneliti mengklasifikasikan partisipan menjadi 5 kelompok sesuai dengan dimensi kepribadian Big Five yang lebih dominan oleh masyarakat suku Batak Toba.

Tabel 12. Gambaran Partisipan Berdasarkan Tipe Kepribadian Big Five Dimensi

Kepribadian Skor Min. Skor Max. Mean

Std.

Deviation Frekuensi Persentase

Openness 16 32 25.23 3.27 0 0 %

Conscientiousness 25 70 53.04 7.03 117 76.5 %

Extroversion 25 55 42.89 4.97 5 3.3 %

Agreeableness Neuroticism 33 13 60 49 49 30.06 5.41 6.51 29 2 18.9 % 1.3 %


(1)

SELAMAT MENGERJAKAN KEMBALI & TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

*Saya memandang diri sendiri sebagai orang yang ...

No. Pernyataan SS S CS KS TS STS

1 Tidak banyak berbicara 2 Senang menjalin persahabatan

3 Gugup kalau harus menyampaikan pendapat

4 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 5 Kadang menjadi pemalu

6 Sangat bersemangat 7 Suka berbicara 8 Mudah bergaul

9 Senang bersama orang lain 10 Cenderung pendiam

11 Cenderung bermasalah dengan orang lain 12 Senang bekerja sama dengan orang lain

13 Sering memulai pertengkaran dengan orang lain

14 Mudah langsung memaafkan 15 Terkadang kasar pada orang lain 16 Senang membantu orang lain 17 Kadang kurang bersahabat 18 Tidak mementingkan diri sendiri

19 Peduli dan baik pada hampir setiap orang 20 Senang membantu orang lain

21 Melakukan pekerjaan dengan teliti 22 Terkadang ceroboh


(2)

No. Pernyataan SS S CS KS TS STS

24 Memperhatikan hal-hal kecil/detil 25 Termasuk pekerja yang terpercaya

26 Sering lupa mengembalikan barang ke tempatnya semula

27 Melakukan pekerjaan secara teratur 28 Mudah terganggu, teralih perhatian 29 Selalu merencanakan segala sesuatu

30 Gigih mengerjakan sesuatu hingga pekerjaan itu selesai

31 Biasa membuat rencana dan melakukannya sesuai dengan rencana tersebut

32 Menggunakan segalanya secara tepat

33 Mudah mengalami kesedihan yang mendalam

34 Tidak mudah tersinggung 35 Sering merasa tertekan batin

36 Tetap tenang dalam menghadapi situasi tegang

37 Mudah terganggu oleh berita buruk 38 Termasuk pencemas

39 Mudah gugup dan gelisah

40 Mampu mengatasi tekanan

41 Termasuk orang yang berpikir tenang dalam menghadapi masalah

42 Hampir selalu tenang


(3)

No. Pernyataan SS S CS KS TS STS

44

Memerlukan waktu untuk berpikir dengan sungguh-sungguh sebelum membuat keputusan

45 Ingin tahu berbagai hal berbeda 46 Memperhatikan sesuatu dari segi seni 47 Suka bermain dengan ide-ide

48

Ingin mencoba berbagai hal baru seperti masakan baru, film baru, ataupun tempat wisata baru

MOHON PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA PASTIKAN TIDAK ADA PERNYATAAN YANG KOSONG

Terima Kasih


(4)

LAMPIRAN D : UJI ASUMSI & ANALISIS 1. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PROSOSIAL EXTROVERSION AGREEABLENESS .044 .086 .083 153 153 153 .200* .200* .057 .991 .983 .988 153 153 153 .483 .202 .218

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Prososial * OCEAN Between Groups (Combined) 5093.571 45 113.190 1.470 .055

Linearity 2219.166 1 2219.166 28.820 .000

Deviation from Linearity

2874.405 44 65.327 .848 .727

Within Groups 8239.148 107 77.001

Total 13332.719 152

3. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 41.580 11.472 3.624 .000

O .084 .215 .029 .390 .697 .898 1.114


(5)

E .032 .144 .017 .220 .826 .863 1.159

A .865 .143 .500 6.060 .000 .741 1.350

N .209 .120 .145 1.745 .083 .731 1.368

a. Dependent Variable: Prososial 4. Uji Heterokedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.797 6.383 .438 .662

O .267 .120 .191 1.230 .077

C -.036 .064 -.055 -.552 .582

E .019 .080 .021 .241 .810

A -.019 .079 -.022 -.239 .811

N -.031 .067 -.044 -.460 .646

a. Dependent Variable: ABS_RES1

5. Analisis Regresi Berganda

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 N, O, E, A, Ca . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .507a .257 .232 8.207

a. Predictors: (Constant), N, O, E, A, C

ANOVAb


(6)

1 Regression 3432.085 5 686.417 10.192 .000a

Residual 9900.634 147 67.351

Total 13332.719 152

a. Predictors: (Constant), N, O, E, A, C

b. Dependent Variable: Prososial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 41.580 11.472 3.624 .000

O .084 .215 .029 .390 .697

C .077 .116 .058 .662 .509

E .032 .144 .017 .220 .826

A .865 .143 .500 6.060 .000

N .209 .120 .145 1.745 .083