SUKU BATAK TOBA LANDASAN TEORI

Conscientiousness dikarakteristikkan dengan teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan tekun. Berdasarkan kelima tipe kepribadian tersebut, terdapat beberapa tipe yang berkaitan dengan perilaku prososial ditinjau dari aspek-aspek perilakunya, yaitu tipe extroversion dan agreeableness. Extroversion, di mana individu lebih menyukai dan dominan melakukan segala kegiatan bersama-sama dengan individu lain Pervin, 2005, memiliki kesamaan keterkaitan dengan aspek cooperating dalam perilaku prososial. Sifat ini dimaknai dengan adanya keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain Mussen, 1989. Pada tipe agreeableness, individu cenderung melakukan tindakan yang penuh kasih sayang yang dicirikan dengan perilaku yang suka menolong, mempercayai orang lain sehingga cenderung mudah untuk dimanfaatkan sesamanya, mudah memaafkan, dan jujur ketika menyampaikan suatu hal Pervin, 2005. Hal ini memiliki kesamaan dengan hampir semua aspek perilaku prososial yaitu sharing, helping, donating, dan honesty.

C. SUKU BATAK TOBA

Batak Toba adalah sebuah suku di Pulau Sumatera, Indonesia. Sejak masuknya penginjil I. L. Nomensen ke tanah Batak, mayoritas orang Batak Toba beragama Kristen. Batak Toba merupakan salah satu sub suku Batak yang berada di Sumatera Utara yang terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, dan Batak Simalungun. Secara geografis, sub suku Batak Toba cukup banyak berdiam di Kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi Universitas Sumatera Utara Ajibata berbatasan dengan Parapat, Pulau Samosir, Pakkat, serta Sarulla Sagala, 2008. Menurut Bayral Hamidy Harahap dan Hotman Siahaan Sitanggang, 2009, terdapat 9 nilai budaya utama suku Batak Toba yang menjadi falsafah hidup mereka, yaitu : 1. Kekerabatan Mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru Pisang Raut Anak Boru dari Anak Boru, Hatobangon Cendekiawan serta segala yang ada kaitannya dengan hubungan kekerabatan karena pernikahan dan solidaritas marga. 2. Religi Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian, yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. 3. Hagabeon Mencakup keyakinan akan keberhasilan dalam segala hal, atau secara spesifik keyakinan untuk memiliki banyak keturunan dan panjang umur. 4. Uhum Hukum Mencakup patik dohot uhum aturan dan hukum. Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat disosialisasikan orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran dan berkecimpung dalam hukum merupakan dunia orang Batak. 5. Hamajuon Universitas Sumatera Utara Mencakup kemajuan yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini sangat mendorong orang Batak bermigrasi ke seluruh pelosok tanah air. 6. Hamoraon Kaya raya merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak Toba, untuk mencari harta benda yang banyak. Hamoraon dalam kehidupan sehari-hari orang Batak merupakan misi budaya yang menonjol. Hagabeon pada dasarnya adalah upaya mencapai hamoraon. 7. Hasangapon Mencakup kemuliaan, kewibawaan, dan kharisma yang merupakan nilai utama yang memberi dorongan yang kuat untuk meraih kejayaan. Hasangapon diperoleh setelah memenuhi Hagabeon dan Hamoraon, serta dibarengi dengan bisuk arif dan bijaksana. 8. Konflik Sumber konflik pada orang Batak Toba tidak hanya kehidupan kekerabatan melainkan lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya, antara lain hamoraon yang merupakan sumber konflik yang abadi bagi suku Batak Toba. 9. Pengayoman Kehadiran pengayom, pelindung, dan pemberi kesejahteraan umumnya hanya diperlukan dalam keadaan yang mendesak. Berkaitan dengan falsafah pertama, suku Batak Toba sangat mahir dalam memaparkan hubungan kekerabatan yang dikaitkan dengan marga-marga. Universitas Sumatera Utara Solidaritas marga yang sangat kuat pada suku Batak Toba sudah dikenal secara luas Sianipar, 2008. Jan Pieter Sitanggang 2009 mengungkapkan 2 istilah yang berkaitan dengan sistem sosial atau falsafah kekerabatan masyarakat Batak Toba. Marsiadapari atau istilah untuk berkumpulnya orang-orang Batak, merupakan sebuah kegiatan yang berupa arisan kerja dan bagian dari sistem gotong-royong. Ada juga istilah lainnya yang serupa dengan marsiadapari namun terkadang masih dibedakan penggunaannya, yaitu mangarumpa. Mangarumpa adalah kegiatan di mana seseorang atau kelompok memberikan bantuan umum yaitu bantuan yang diberikan oleh siapa saja, misalnya dalam bertetangga ketika pembangunan rumah, pemasangan atap rumah, atau kegiatan lain yang membutuhkan banyak tenaga. Pada suatu bentuk perkumpulan suku Batak Toba, dalam hal pendanaan ada yang secara suka rela membantu dan ada pula yang dengan keinginan agar dirinya diketahui sebagai penentu keberhasilan perkumpulan tersebut Sitanggang, 2009.

D. HUBUNGAN