Kondisi lingkungan fisik ruang perawatan memerlukan situasi yang tenang, nyaman, bersih dan syarat-syarat tertentu. Untuk menuju kearah itu sebenarnya
rumah sakit telah mempunyai dasar acuan berupa Kepmenkes Nomor: 1204 Menkes SKX2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit antara lain: 1
lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup, 2 sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian
rupa, 3 pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan
ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.
Lingkungan fisik merupakan tempat di mana pasien berada selama menjalani perawatan di rumah sakit. Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan
persyaratan ruang bangunan yang bertujuan menciptakan ruangan yang nyaman, bersih, dan sehat, sehingga tidak memberikan dampak negatif pada proses
penyembuhan pasien, pada pengunjung, dan juga pada tenaga kerja rumah sakit. Untuk menjaga dan memelihara kondisi ini bukan hanya tugas pimpinan tapi menjadi
tugas semua pegawai rumah sakit termasuk pasien dan pengunjungnya. Dengan demikian diperoleh suasana yang aman, asri, tenteram, bebas dari segala gangguan
sehingga dapat memberikan kepuasan pasien dalam proses penyembuhan penyakit.
2.3 Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap
Standar pelayanan minimal Kepmenkes 129 Tahun 2008 adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Selain itu juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan
Universitas Sumatera Utara
Umum. Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit. SPM ini dapat dijadikan acuan
bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan.
Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan Pelayanan
Indikator Standar
Rawat Inap 1. Pemberian pelayanan di Rawat
Inap
2. Dokter Penanggung Jawab Pasien
DPJP rawat inap
3. Ketersediaan pelayanan rawat
inap
4. Jam visite Dokter Spesialis
5. Kejadian infeksi pasca operasi
6. Kejadian infeksi nosokomial
7. Tidak adanya kejadian pasien
jatuh yang berakibat kecacatan kematian
8. Kematian pasien 48 jam
9. Kejadian pulang paksa
10. Kepuasan pelanggan
1. a. dr Spesialis
b. Perawat minimal pendidikan D3
2. 100
3. Anak, Penyakit
Dalam, Kebidanan, Bedah
4. 08.00 sd 14.00 wib
setiap hari kerja 5.
≤ 1,5 6.
≤ 1,5 7.
100
8. ≤ 0.24
9. ≤ 5
10. ≥ 90
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan No. 129MenkesSKII2008 Tentang SPM RS
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS
Setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit kemudian pasien akanberhenti menjalani rawat inap dan keluar. Adapun pembagian berdasarkan cara keluar dapat
dibedakan atas : 1.
Diijinkan Pulang Boleh Pulang Diijinkan pulangboleh pulang adalah pasien rawat inap yang keluar dari
rumah sakit atas keputusan dokter karena sudah tidak memerlukan rawat inap dan diperbolehkan pulang.
2. Pulang paksaPulang Atas Permintaan Sendiri
Pulang paksaPulang Atas Permintaan Sendiri adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum
diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit.
Tanggung jawab atas kejadianyang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggungjawabpasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini
dituangkan dalamsurat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumahsakit, dan saksi.
3. Lari
Lari adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap tetapi keluar dari rumah sakit tanpa
sepengetahuanpetugas sehingga meninggalkan kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Dirujuk
Dirujuk adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas keputusandokter yang menangani berdasarkan alasan tertentu dikirim ke
rumah sakitlain untuk memperoleh pelayanan kesehatan lebih lanjut. 5.
Meninggal Meninggal adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit dalam
keadaan mati. Pulang paksa atau discharge against medical advice DAMA adalah
pemutusan kontrak kesepakatan antara provider dengan klien sesuai dengan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kegiatan
pelayanan diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara provider dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan ,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Menteri Kesehatan nomor: 129MenkesSKII2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar kejadian pulang paksa di rumah sakit adalah
≤ 5. Menurut Thenie 2002 beberapa contoh kejadiankondisi yang menimbulkan
ketidakpuasan sehingga pasien meminta pulang paksa adalah biaya pelayanan yang terlalu tinggi, tempat yang kurang nyaman, informasi yang kurang akurat dan
memadai bagi pasien, tenaga medisparamedis yang kurang profesional serta prosedur administrasi atau birokrasi yang terlalu rumit.
Universitas Sumatera Utara
Pulang paksa adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang menolak perawatan yang diajukan pihak rumah sakit dengan berbagai alasan.
Alasan yang paling sering dikemukakan adalah kamar untuk rawat inap yang penuh atau yang lebih sering lagi adalah karena tidak ada biaya. Kejadian ini cukup sering
ditemui di rumah sakit pemerintah, pasien-pasien yang terpaksa pulang tersebut mayoritas berasal dari kalangan menengah ke bawah.Jika ada yang berasal dari
kalangan menengah ke atas biasanya menolak perawatan karena ingin dirujuk ke rumah sakit lain .
PAPS adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan
sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab atas kejadianyang dialami oleh pasien setelah pulang
paksa menjadi tanggungjawabpasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini dituangkan dalamsurat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas
rumahsakit, dan saksi Susanty, 2009. PAPS merupakan hak otonomi pasien. Ketika pasien pulang, pasien harus
paham diagnosis dan rencana pelayanan medis yang akan dikerjakan oleh dokter. Setelah mendapat penjelasan dan memahami penjelasan tersebut, keputusan pasien
untuk menerima rencana pelayanan atau tidak dapat dibuat dengan tepat. Adapun penyebab PAPS adalah antara lain pasien tidak mengerti mengapa saat atau sudah
diopname, tetapi belum sembuh juga, dokter yang gagal menjelaskan bahwa penyakit itu tidak bisa sembuh secara instan tetapi harus perlahan, pasien merasa tidak betah
Universitas Sumatera Utara
dengan fasilitas yang ada di tempat rawat inap, pasien memiliki keinginan untuk dirawat di tempat yang lebih bagus.
Apapun alasannya keinginan pasien untuk dirawat di rumah harus dihargai. Tetapi sebelum pasien pulang, staf keperawatan harus mematuhi langkah-langkah
berikut: 1 mengkaji status pasien, 2 memberi tahu dokter yang memeriksa pasien dan memberitahukannya tentang; permintaan pasien untuk pemulangan, alasan pasien
seperti yang dinyatakan oleh pasien, pengkajian terhadap kondisi mental dan fisik pasien yang terakhir, adanya informasi penting lain berkaitan dengan permintaan
tersebut. Menurut Bail yang dikutip Susanty 2009 jika dokter memberi instruksi
untuk memulangkan pasien, lakukanproses intruksi tersebut berdasarkan kebijakan dan prosedur fasilitas, seperti yang ditunjukkan pada langkah-langkah berikut:
1. Instruksikan pasien untuk membaca, mengisi dan
menandatanganipernyataan pulang paksa dan format kuesioner pulang paksa.
2. Mendokumentasikan dengan jelas seluruh insiden dalam
ringkasanpemulangan yang terdapat dicatatan klinis pasien. 3.
Menyelesaikan semua prosedur pemulangan 4.
Memberitahukan kantor pendaftaran, penyelia keperawatan dan administrator
5. Menyelesaikan laporan insiden.
Universitas Sumatera Utara
Kesemua hal di atas penting karena jika setelah di pulangkan terjadi sesuatu terhadap pasien, keluarga tidak boleh menuntut ke dokter atau rumah sakit.apalagi
menyuruh dokter datang untuk memeriksa pasien di rumah.
2.5 Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan