28
dirugikan dengan pihak lain, sehingga dengan terwujudnya pola keuntungan yang adil maka sinergi antara petani dan perusahaan akan terwujud.
Latency, atau latensi bisa dipahami juga sebagai pemeliharaan pola. Sistem yang ada harus mampu menciptakan motivasi dan pola budaya yang
kemudian tertanam pada diri setiap individu dalam sistem tersebut. Hal ini juga tampak pada sistem kebun plasma, dimana petani harus dibina secara
berkelanjutan baik mulai dari cara penanaman, perawatan tanaman dan penggunaan teknologi. pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan harus terus-
menerus sehingga petani benar-benar mampu dalam mengelola kebun plasma mereka dan terwujudnya petani yang mandiri.
Berdasarkan teori Merton, tampak bahwa PTPN VI Jambi telah melakukan fungsi-fungsi yang diperlukan agar suatu sistem tetap dapat berjalan. Tetapi dalam
pelaksanaanya apakah perusahaan telah benar-benar menjalankan program inti- plasma
sesuai dengan seharusnya, mulai dari manajemen, teknik penanaman, perawatan tanaman dan penggunaan teknologi, sehingga bisa mewujudkan petani
yang mandiri?
2.2 Kemandirian Petani
Dalam Indah Kartika 2013 Pembangunan pertanian diketahui banyak menyumbangkan devisa bagi Negara dan disaat krisis pertanian mampu bertahan
bahkan sebagai penguat ekonomi Indonesia. Oleh karena itu pembangunan pertanian hendaknya sebagai kunci utama pembangunan ekonomi Indonesia disaat
situasi krisis global saat ini dan pembangunan yang akan datang. Pembangunan pertanian Indonesia ke depan hendaknya mempunyai keterikatan, keberlanjutan
Universitas Sumatera Utara
29
dan control yang dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu juga hendaknya pembangunan pertanian tertuju pada pembangunan kemndirian petani yang
berkelanjutan. Dimana konsep kemandirian sendiri menunjuk pada adanya kepercayaan
akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan
sendiri kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi.
Kemandirian petani harus dicirikan dengan kemandirian yang dilihat dalam beberapa hal yaitu:
a. Kemandirian teknis
Pembangunan pertanian selama ini tertuju pada pendidikan praktis petani, yakni dimana petani hanya diajarkan bagaimana mengolah tanah, bercocok
tanam, memupuk, penyemprotan yang baik, pengairan yang benar dan panen yang tinggi. Hal ini tidak mendidik petani menuju kemandirian,
melainkan ketergantungan petani yang semakin berkelanjutan. Oleh karena itu hendaknya pembangunan petani ke depan secara teknis di
ajarkan bagaimana melakukan pengembangan akan kemampuan akan keahlian pertanian dan mengorganisir diri agar petani terdorong untuk
berkreasi sendiri dengan terus di motivasi untuk berkarya dan diberikan penghargaan buat petani yang berkarya.
b. Kemandirian sosial dan budaya
Hilangnya sifat gotong royong di desa saat ini dan hilangnya upacara budaya pada saat mulai menanam adalah cermin hilangnya sosial budaya
Universitas Sumatera Utara
30
masyarakat petani Indonesia. Sifat individual yang terjadi di desa saat ini adalah bukti ketidakseriusan pemerintah dalam pembangunan pertanian di
bidang sosial budaya. Hendaknya petani di dorong untuk membentuk kelompok tani yang kuat dan mendorong untuk menghidupkan kembali
budaya-budaya menanam yang sudah di wariskan oleh orang-orang terdahulu. Dengan demikian kekuatan budaya dapat mendorong
kebersamaan petani dan memotivasi serta merangsang petani untuk bercocok tanam secara kebersamaan.
c. Kemandirian keuangan
Selama ini, manajemen keuangan petani belum di sentuh dalam pembangunan pertanian. Selama ini yang terjadi adalah jika hasil panen
petani tinggi, maka petani dianggap berhasil dan pemerintah lepas tangan dalam hal ini. Padahal manajemen keuangan petani sangat penting untuk
ditindaklanjuti demi kesejahteraan dan kemakmuaran petani. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini yang dibantu dengan penyuluh pertanian
diharapkan mendorong petani untuk membuat koperasi sendiri dengan modal dari petani sendiri, pengelolaanya dari petani sendiri dan
manajemennya dari petani sendiri, sehingga dengan demikian petani bisa berbuat yang terbaik untuk dirinya sendiri Hasbullah, 2009.
Adapun yang dibutuhkan dalam pengembangan kemandirian petani adalah sebagai berikut:
a. Pengorganisasian komunitas
Proses dialog untuk memperkuat rasa percaya diri dan kritis kesadaran tentang apa, terjadi di masyarakat, penyebab dan dampak terhadap
Universitas Sumatera Utara
31
masyarakat dan alam serta kebutuhan untuk bersatu. Melalui proses ini, kesadaran masyarakat meningkat pada perlu kemandirian dan melepaskan
ketergantungan mereka untuk lain pihak. Setelah petani menyadari pada kondisi, mereka cepat dewasa akan mengetahui alternatif melalui kerja
kolektif. b.
Kerja tim yang efektif c.
Menghindari untuk berbicara tentang uang di awal pengembangan, karena apa yang mereka butuhkan pada dasarnya adalah untuk mengubah mental.
Kemudian melalui suatu program pengembangan petani, yang diharapkan menjadi hasil utama dengan adanya program tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tumbuhnya rasa percaya diri sebagai petani yang kecil, sehingga dapat
mandiri. b.
Memberdayakan ekonomi rumah tangga petani c.
Merasakan manfaat dari pelatihan kemampuan petani d.
Penguatan kapasitas petani kecil laki-laki dan perempuan dalam pertanian menggunakan lokal sumber daya pertanian yang tersedia.
e. Mengatasi ketergantungan petani kecil untuk input eksternal yang
menyebabkan hilangnya pengalaman mereka, pengetahuan dan budaya serta memburuknya sumber daya alam Astuti, 2010.
Dari teori kemandirian petani ini akan dilihat bagaimana kemandirian petani plasma di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi yang telah
diberikan pelatihan pembinaan dan dampingan oleh pihak perusahaan PTPN VI Jambi. Apakah mampu mandiri secara teknis, sosial dan budaya, keuangan
dan kelompok.
Universitas Sumatera Utara
32
2.3 Alex Inkles dan David H. Smith : Manusia Modern