Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA

KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

SKRIPSI

ARDIANSYAH H34066019

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

ARDIANSYAH. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Dalam perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi perubahan secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada awalnya perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka saat ini (2008) terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik umum petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan, (2) mengkaji kemitraan inti plasma di PTP. Mitra Ogan, (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.

Penelitian dilaksanakan di PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Jakarta dan PTP. Mitra Ogan Kecamatan Peninjauan, Sumatera Selatan. Waktu penelitian dilakukan selama bulan November 2008 hingga Februari 2009. Responden penelitian adalah petani plasma sebanyak 100 orang. Penelitian ini menggunakan Rank Spearman.

Faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma di PTP. Mitra Ogan adalah usia, keadaan fisik petani, pelatihan, hubungan dengan inti, dan pendapatan. Faktor yang paling berhubungan adalah hubungan petani dengan inti. Oleh karena itu, PTP. Mitra Ogan diharapkan lebih proaktif dalam melakukan pendekatan dengan petani khususnya dalam melakukan pembinaan.


(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA

KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

ARDIANSYAH H34066019

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Judul : Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) Nama : Ardiansyah

NIM : H34066019

Desetujui, Pembimbing

Ir. Netty Tinaprila, MM NIP. 132 133 965

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi NIP. 131 415 082


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah H34066019


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak L. Andalusia dan Ibunda Ida Sundari.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD XAVERIUS I Baturaja pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SMP I Baturaja. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN I Jasinga diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada tahun 2003 di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan kuliah dan diterima pada Departemen Agribisnis, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama Mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengajar pada bimbingan belajar Sahabat Belajar pada tahun 2007 – 2008. Saat ini penulis tercatat sebagai karyawan pada Divisi Research & Project pada perusahaan konsultan bisnis syariah ”Karim Business Consulting” sejak tahun 2008 – sekarang.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma PTP. Mitra Ogan.

Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah H34066019


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rita N. Suryana, MS dan Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

4. Pihak PTP. Mitra Ogan atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang terbaik.

5. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis Mayor Minor angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah H34066019


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Perkembangan Kelapa Sawit ... 7

2.2. Karakteristik Kelapa Sawit ... 8

2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN... 13

2.4. Perdagangan Kelapa Sawit... 15

2.5. Produktivitas Kerja ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1. Kerangka Teori ... 22

3.1.1. Tenaga Kerja ... 22

3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja ... 22

3.2. Kerangka Operasional ... 24

3.2.1. Perumusan Hipotesis ... 26

3.2.2. Definisi Operasional ... 26

IV. METODE PENELITIAN 28 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3. Metode Pengambilan Data ... 28

4.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 30

4.4.2. Korelasi Rank Spearman ... 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

5.1. Sejarah Perusahaan ... 32

5.2. Visi ... 32

5.3. Misi ... 32

5.4. Tujuan Perusahaan ... 32

5.5. Strategi Perusahaan ... 33

5.6. Struktur Organisasi ... 33


(10)

5.8. Sarana Pengolahan dan Produk yang Dihasilkan ... 35

5.9. Perkembangan Kinerja Tahun 2005-2007 dan Juli 2008 ... 35

5.10. Tingkat Kesehatan Perusahaan ... 36

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI ... 38

6.1. Karakteristik Umum Reponden Petani Plasma ... 38

6.2. Sistem Kemitraan Inti Plasma PTP. Mitra Ogan ... 41

6.3. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Plasma ... 43

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

7.1. Kesimpulan... 56

7.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA

KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

SKRIPSI

ARDIANSYAH H34066019

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

ARDIANSYAH. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Dalam perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi perubahan secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada awalnya perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka saat ini (2008) terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik umum petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan, (2) mengkaji kemitraan inti plasma di PTP. Mitra Ogan, (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.

Penelitian dilaksanakan di PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Jakarta dan PTP. Mitra Ogan Kecamatan Peninjauan, Sumatera Selatan. Waktu penelitian dilakukan selama bulan November 2008 hingga Februari 2009. Responden penelitian adalah petani plasma sebanyak 100 orang. Penelitian ini menggunakan Rank Spearman.

Faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma di PTP. Mitra Ogan adalah usia, keadaan fisik petani, pelatihan, hubungan dengan inti, dan pendapatan. Faktor yang paling berhubungan adalah hubungan petani dengan inti. Oleh karena itu, PTP. Mitra Ogan diharapkan lebih proaktif dalam melakukan pendekatan dengan petani khususnya dalam melakukan pembinaan.


(13)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA

KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

ARDIANSYAH H34066019

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

Judul : Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) Nama : Ardiansyah

NIM : H34066019

Desetujui, Pembimbing

Ir. Netty Tinaprila, MM NIP. 132 133 965

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi NIP. 131 415 082


(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah H34066019


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak L. Andalusia dan Ibunda Ida Sundari.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD XAVERIUS I Baturaja pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SMP I Baturaja. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN I Jasinga diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada tahun 2003 di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan kuliah dan diterima pada Departemen Agribisnis, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama Mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengajar pada bimbingan belajar Sahabat Belajar pada tahun 2007 – 2008. Saat ini penulis tercatat sebagai karyawan pada Divisi Research & Project pada perusahaan konsultan bisnis syariah ”Karim Business Consulting” sejak tahun 2008 – sekarang.


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma PTP. Mitra Ogan.

Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah H34066019


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rita N. Suryana, MS dan Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

4. Pihak PTP. Mitra Ogan atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang terbaik.

5. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis Mayor Minor angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah H34066019


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Perkembangan Kelapa Sawit ... 7

2.2. Karakteristik Kelapa Sawit ... 8

2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN... 13

2.4. Perdagangan Kelapa Sawit... 15

2.5. Produktivitas Kerja ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1. Kerangka Teori ... 22

3.1.1. Tenaga Kerja ... 22

3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja ... 22

3.2. Kerangka Operasional ... 24

3.2.1. Perumusan Hipotesis ... 26

3.2.2. Definisi Operasional ... 26

IV. METODE PENELITIAN 28 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3. Metode Pengambilan Data ... 28

4.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 30

4.4.2. Korelasi Rank Spearman ... 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

5.1. Sejarah Perusahaan ... 32

5.2. Visi ... 32

5.3. Misi ... 32

5.4. Tujuan Perusahaan ... 32

5.5. Strategi Perusahaan ... 33

5.6. Struktur Organisasi ... 33


(20)

5.8. Sarana Pengolahan dan Produk yang Dihasilkan ... 35

5.9. Perkembangan Kinerja Tahun 2005-2007 dan Juli 2008 ... 35

5.10. Tingkat Kesehatan Perusahaan ... 36

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI ... 38

6.1. Karakteristik Umum Reponden Petani Plasma ... 38

6.2. Sistem Kemitraan Inti Plasma PTP. Mitra Ogan ... 41

6.3. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Plasma ... 43

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

7.1. Kesimpulan... 56

7.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume Ekspor CPO Negara-Negara Pengekspor,

2002-2007 (000 Ton) ... 1

2. Luas Areal Kelapa Sawit dan Produksi CPO Indonesia, 2000 – 2008 ... 2

3. Hak Kewajiban Inti Plasma ... 4

4. Produktivitas Kebun Sawit (TBS) PTP. Mitra Ogan 2001-2007 ... 5

5. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit ... 10

6. Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan ... 11

7. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu ... 21

8. Jumlah Kepala Keluarga Per Satuan Pemukiman (SP) ... 29

9. Komposisi Karyawan Berdasarkan Pimpinan dan Pelaksana ... 34

10. Luas Areal Per Unit Kerja ... 34

11. Kapasitas Optimal Pabrik ………. 35

12. Perkembangan Kinerja Komoditas PTP. Mitra Ogan …………. 35

13. Perkembangan Komoditas Karet ... 36

14. Perkembangan Tingkat Kesehatan PTP. Mitra Ogan ... 37

15. Rekapitulasi Pendapatan Petani Plasma Januari – Oktober 2008 ... 41

16. KUD Binaan PTP. Mitra Ogan ... 43

17. Hasil Uji Rank Spearman terhadap Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja ... 44

18. Korelasi Usia dengan Produksi ... 45

19. Korelasi Pendidikan dengan Produksi ... 46

20. Korelasi Lama Bekerja dengan Produksi ... 46

21. Kriteria dalam Faktor Pelatihan ... 46

22. Korelasi Pelatihan dengan Produksi ... 47

23. Korelasi Jumlah Tanggungan dengan Produksi ... 47

24. Kriteria dalam Faktor Keadaan Fisik ... 48


(22)

26. Kriteria dalam Faktor Lingkungan Kerja ... 50 27. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Produksi ... 50 28. Kriteria dalam Faktor Hubungan dengan Perusahaan Inti ... 51 29. Korelasi Hubungan Dengan Inti dengan Produksi ... 52 30. Kriteria dalam Faktor Hubungan Sesama Petani ... 52 31. Korelasi Hubungan Sesama Petani dengan Produksi ... 53 32. Kriteria dalam Faktor Kebijakan Perusahaan ... 53 33. Korelasi Kebijakan Perusahaan dengan Produksi ... 54 34. Kriteria dalam Faktor Pendapatan ... 55 35. Korelasi Pendapatan dengan Produksi ... 55


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis ... 14 2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan ... 18 3. Kurva Isoquant dan Isocost ... 25 4. Alur Kerangka Operasional ... 27 5. Persentase Usia Responden ... 38 6. Persentase Pendidikan Responden ... 39 7. Persentase Lama Bekerja Responden ... 39 8. Persentase Jumlah Tanggungan Responden ... 39


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Responden ... 61 2. Ruang Lingkup Skala Likert ... 67 3. Struktur Organisasi PTP. Mitra Ogan ... 73 4. Output SPSS ... 74 5. Jawaban Responden ... 75 6. Dokumen Legal Perjanjian KKPA ... 77


(25)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penerimaan devisa dari ekspor CPO telah mengalami peningkatan, walaupun peningkatan konsumsi di dalam negeri juga berlangsung dengan pesat. Dari kecenderungan peningkatan ekspor tersebut, mengindikasikan masih masih terbukanya peningkatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

Tabel 1. Volume Ekspor CPO Negara-Negara Pengekspor, 2002-2007 (000 Ton)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Malaysia 10,886 12,266 12,575 13,445 14,423 13,747 Indonesia 6,490 7,370 8,996 10,436 12,540 12,530 Papua New

Guinea 324 327 339 295 362 385

Colombia 85 115 214 224 214 290

Singapore * 220 250 237 205 207 188

Cote d'Ivoire 65 78 109 122 109 104

Hong Kong* 318 185 127 39 20 29

TOTAL 19,415 21,911 24,244 26,502 29,996 29,694

Keterangan : * Negara Re-Exporting

Sumber : Oil World Annual (2002 - 2007) & Oil World Weekly (14 December, 2007)1)

Jika dilihat dari tabel 1, maka pada tahun 2007 indonesia masih berada di urutan kedua di dunia dalam hal negara pengekspor CPO. Akan tetapi, kemungkinan saat ini Indonesia sudah menjadi Negara produsen CPO nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini bisa saja terjadi karena luas lahan potensial di Indonesia masih begitu luas dan SDM yang masih banyak.

Perkebunan kelapa sawit yang hingga saat ini semakin luas membutuhkan masukan tenaga kerja cukup besar. Dengan luas kebun kelapa sawit yang saat ini mencapai 6,6 juta hektare (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008) diperkirakan serapan tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit yang sangat besar, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya seperti sub


(26)

sistem penyedia agro-input, transportasi, pengolahan, pemasaran dan jasa pendukung lainnya.

Tabel 2. Luas Areal Kelapa Sawit dan Produksi CPO Indonesia, 2000 - 2008 Luas Areal (000 Ha) Produksi CPO (000 ton) Tahun PR PBN PBS Nasional PR PBN PBS Nasional

2000 1.167 588 2.403 4.158 1.906 1.461 3.634 7.001 2001 1.561 610 2.542 4.713 2.798 1.519 4.079 8.396 2002 1.808 632 2.627 5.067 3.427 1.608 4.588 9.623 2003 1.854 663 2.766 5.283 3.517 1.751 5.173 10.441 2004 2.220 606 2.459 5.285 3.847 1.618 5.366 10.831 2005 2.356 530 2.567 5.454 4.500 1.449 5.911 11.861 2006 2.549 687 3.357 6.594 5.783 2.313 9.254 17.350 2007 2.565 687 3.358 6.611 5.895 2.313 9.254 17.373 2008 2.565 687 3.358 6.611 5.805 2.314 8.990 17.109 Sumber : Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan, 20082)

Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Awal tahun 1968, areal kelapa sawit yang semula hanya terbatas di tiga wilayah (Sumatera Utara, Aceh dan Lampung) saat ini sudah berkembang di 22 daerah Provinsi. Luas areal tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan produksi sekitar 17,3 juta ton CPO (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Selain itu, pemerintah juga melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN). Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah pengembangan perkebunan dengan menggunakan Perkebunan Besar sebagai inti dan membimbing Perkebunan Rakyat sekitarnya sebagai plasma, dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan

Dalam perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi perubahan secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas


(27)

kelapa sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada awalnya perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka saat ini terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit. Demikian pula dengan wilayah pengembangan kelapa sawit, yang pada awalnya terkonsentrasi di lahan kering di pulau Sumatera, saat ini sesuai dengan potensi yang ada, semakin dikembangkan ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Meskipun demikian, masih dijumpai permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara lain adalah:

a) Rata-rata produktivitas tanaman masih rendah (+ 16,2 ton TBS/ha/th) antara lain karena usia tanaman yang relatif masih muda, tidak terpenuhinya baku kultur teknis, pencurian buah dan pengolahan hasil yang belum efisien.

b) Penanganan pasca panen masih jauh dari maksimal. Hasil panen kelapa sawit belum dimanfaatkan secara optimal dalam upaya meningkatkan diversifikasi produk.

c) Mutu hasil panen dan produk CPO yang belum sesuai standar.

d) Belum terlibatnya petani/kelembagaan petani dalam pemilikan unit pengolahan menyebabkan posisi rebut tawar petani rendah.

e) Minat masyarakat yang sangat besar telah mendorong pengembangan perkebunan kelapa sawit secara swadaya oleh rakyat yang tidak terintegrasi dengan unit PKS. Kondisi ini menyebabkan petani sangat tergantung kepada PKS yang ada dengan posisi tawar.

1.2. Perumusan Masalah

PTP Mitra Ogan adalah salah satu anak perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet yang kebunnya terletak di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. PTP Mitra Ogan berdiri pada tahun 1989 yang merupakan usaha patungan antara PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan PTPN III Medan yang merupakan langkah diversifikasi dari PT. RNI.

Diawali dengan membangun pembibitan kelapa sawit pada tahun 1988 sampai tahun 1992 di Desa Lunggaian Kabupaten OKU, PTP Mitra Ogan mulai


(28)

membangun kebun dengan melaksanakan program pemerintah melalui pola PIR-Trans seluas 10.000 Ha, dengan pembagian Kebun Inti 4000 Ha (40 %) dan Kebun plasma 6000 Ha (60 %). Secara sederhana kemitraan perusahaan Inti dan petani plasma dapat digambarkan daham kewajiban dan hak masing-masing sebagai sebagai berikut :

Tabel 3. Hak Kewajiban Inti Plasma

No. Uraian Perusahaan Inti Petani Plasma

1 Kewajiban 1. Menyiapkan tanaman yang layak sesuai penilaian Tim

2. Apalis kredit petani dalam PIR-Trans

3. Mendirikan PKS

4. Membeli buah petani yang layak olah

5. Memotongkan hasil penjualan TBS petani sebesar 30 % dan membayarkan cicilan tsb kepada pihak kreditor s/d lunas

6. Mengolah buah 7. Menjual hasil olah

1. Menjadi peserta aktif KUD

2. Merawat tanaman sesuai standar (terutama Pengendalian gulma dan pemupukan)

3. Memanen buah dan menjual buah ke PKS yang layak olah (segar/tidak buah restan dan matang)

4. Membayar cicilan kredit sebesar 30 % dari pendapatan hasil penjualan buah sampai lunas

2 Hak 1. Memperoleh Man fee sebesar 15 % dari total kredit

Menerima buah dari petani plasma dengan jumlah dan kualitas yang layak bagi PKS

1. Menerima pendapatan dari penjualan TBS dengan harga sesuai jumlah dan kualitas TBS Pembinaan dari perusahaan Inti sesuai perkembangan tanaman


(29)

Untuk pelaksanaan program kemitraan ini, pihak perusahaan melakukan pengajuan peminjaman kepada bank untuk membiayai program mulai dari pembibitan sampai usia tanaman produktif, dalam hal ini sampai usia tanaman mencapai 4 tahun yang bertepatan dengan penyerahan lahan kepada petani. Dalam perjanjiannya, hasil penjualan petani dipotong sebanyak 30 % dari total penjualan untuk membayar kredit kepada bank sampai lunas.

Dalam perjalanannya, petani plasma dapat melunasi kewajibannya dalam waktu 5-7 tahun sejak diserahkan , lebih cepat dari perkiraan perusahaan yang mencapai waktu 10 tahun. Di satu sisi program kemitraan ini dapat dikatakan berhasil, tetapi sejak petani dapat melunasi hutang kewajibannya kesadaran petani mulai berkurang dalam mengelola kebunnya. Turunnya produktivitas kebun kelapa sawit ternyata dipengaruhi oleh turunnya produktivitas kerja petani. Motivasi kerja para petani turun karena merasa sudah melunasi kebunnya. PTP Mitra Ogan sendiri sudah melakukan penelitian dengan hasil bahwa sepanjang tahun 2003-2007 para petani hanya melakukan pemupukan hanya sebesar 50 % dari standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dari pengamatan dan bertanya kepada pihak perusahaan dan para petani sendiri, pemupukan merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang bagus.

Hasil wawancara kepada pihak PTP. Mitra Ogan menunjukkan bahwa sejak tahun 2003, petani plasma tidak mampu mengirim buah ke perusahaan inti sesuai dengan potensi luas tanaman yang ada. Akibatnya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Perusahaan Inti yang berkapasitas 90 ton TBS/Jam (PKS I 60 ton/Jam dan PKS II 30 ton/Jam) belum pernah mencapai kapasitas optimalnya, karena hanya 75 % saja yang saat ini dapat dicapai. Jika belum ada perbaikan, maka sebenarnya perusahaan belum memaksimalkan potensi pabriknya dalam mengolah kelapa sawit. Penurunan produksi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produktivitas Kebun Sawit (TBS) PTP. Mitra Ogan 2001-2007

Uraian Satuan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Inti (Kg/Ha) 11.863 12.703 14.308 16.894 17.538 19.130 21.915 Plasma (Kg/Ha) 17.298 16.096 14.438 15.908 13.190 14.863 16.313 Sumber : PTP. Mitra Ogan 2008


(30)

Pada Tabel 4 menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara Kebun Inti dan Kebun Plasma. Kebun inti dengan luas areal hanya sekitar 35 % dari areal total mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, dari pada kebun plasma dengan luas sekitar 65% dari luas total.

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan penjelasan di atas adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas adalah :

1. Mengkajii karakteristik umum petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.. 2. Mengkaji kemitraan Inti Plasma di PTP. Mitra Ogan.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Pihak perkebunan dalam hal ini PTP. Mitra Ogan, khususnya dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas kerja petani kebun plasma.

2. Peneliti, agar dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh ke dalam dunia kerja.

3. Penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi yang mengambil topik serupa.


(31)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Kelapa Sawit.

Menurut Lubis (1992), Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan di Indonesia.

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama ”sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia.

Bentuk dari hasil panen sawit yang akan diolah disebut tandan buah segar (TBS). Menurut Lubis (1992), pengolahan TBS sebagai bahan baku menjadi minyak kasar (CPO) dan inti (kernel) yang bermutu baik adalah tujuan utama dari pengolahan. Pengolahannya dilakukan menurut tahapan tertentu dan syarat yang ditentukan. Guna memperoleh mutu yang baik maka syarat-syarat tersebut harus diikuti dengan seksama dan dilaksanakan sejak di lapangan sampai ke proses terakhir.

Menurut Pasquali (1995) diacu dalam Wayan (2005), minyak sawit mentah diproyeksikan akan memegang peranan yang semakin penting untuk perdagangan dunia. Minyak sawit mentah diproyeksikan akan mengambil alih peran minyak kedele sebagai komponen terbesar dalam perdagangan minyak nabati dunia.

Mangoensoekarjo (2003) diacu dalam Yori (2006), menyatakan bahwa pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit dikenal dengan tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Walaupun dihadapkan kepada berbagai hambatan, sejak Pelita I sampai sekarang upaya perluasan areal dan peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia tetap berlangsung dengan laju yang cepat.


(32)

Perusahaan Inti adalah badan usaha berbentuk badan hukum berupa usaha menengah atau usaha besar milik swasta atau badan usaha milik negara termasuk badan usaha milik daerah atau koperasi yang melakukan kegiatan usaha di bidang perkebunan yang bertindak sebagai inti pada PIR BUN. Kebun Plasma adalah areal kebun yang diperuntukkan bagi petani baik yang dibangun di lahan milik petani dan atau lahan milik negara dengan tanaman perkebunan oleh perusahaan inti.Petani Plasma adalah petani yang memiliki lahan untuk dijadikan kebun plasma dan atau petani yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang 3)

2.2. Karakteristik Sawit 2.2.1. Persyaratan Tumbuh a. Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m dari atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Data iklim ini perlu sekali dikatahui dan dipelajari sebaik-baiknya, karena keberhasilan beberapa jenis pekerjaan tergantung dari iklim. Pekerjaan tersebut misalnya pembakaran pada pembakaran hutan, penggunaan herbisida, pemeliharaan parit dan jalan, pemanenan, ramalan produksi. Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis kegagalan matang tandan.

Pada umumnya areal lahan pengembangan kelapa sawit di sumatra dan kalimantan memenuhi persyaratan iklim. Jika pola hujan dari masing daerah berbeda, maka variasi produksi bulanannya juga berbeda karena defisit airnya pun berbeda. Berikut defisit air tahunan yang telah diklasifikasikan atas beberapa kelas pada budidaya kelapa sawit.

0 - 150 mm = Optimal

150 - 250 mm = Masih sesuai

250 – 350 mm = Intermediar


(33)

350 – 400 mm = Limit 400 – 500 mm = Kritis

> 500 mm = Tidak sesuai.

Temperatur yang optimal 240-280 C, terendah 180 C dan tertinggi 320 C. Kelembapan 80 % dan penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari. Untuk kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik dalam membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring.

b. Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :

- Solum tebal 80 cm. Solum yan tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

- Tekstur ringan, dihendaki memiliki pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 – 50 %.

- Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

- pH tanah sangar terkait pada ketesediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 – 8 namun yang terbaik adalah 5 -5,5. - Kandungan unsur hara tinggi.

C/N mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0,1 %. Daya tukar Mg = 0,4 – 1,0 me/100 gr.

Daya tukar K = 0,15 – 0,20 me/100 gr.

Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal.

c. Potensi Lahan

Dari berbagai unsur kemampuan lahan yang terpenting adalah iklim, topografi, keadaan fisik dan kimia lahan, erosi, drainase dan faktor penting lainnya disusun suatu klasifikasi kemampuan lahan. Disini dibedakan 4 kelas


(34)

lahan dengan masing-masing potensinya. Tujuan disusunnya klasifikasi potensi ini adalah :

- Agar sebelum maupun sesudah operasi pembukaan lahan, telah diketahui hambatan-hambatan yang akan timbul (berasal dari sumber daya alam).

- Agar pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan perencanaan produksi, perencanaan pabrik, pemasaran dan lain-lain.

Tabel 5. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit

Iklim Baik (I) Sedang (II) Kurang baik (III) Tidak baik (IV) Curah hujan (mm)

Defisit air (mm/thn) Hari terpanjang Tidak hujan Temperatur (C) Penyinaran (jam) Kelembapan (%) Tinggi (m) Topografi Lereng (%) Solum (Cm) Dalam air (cm) Tekstur Organik (cm) Batuan Erosi Drainase Banjir Pasang surut 2000-2500 0-150 <10 22-33 6 80 0-400 Datar-ombak 0-15 >80 >80 1-11i 5-10 Dalam t.a baik t.a t.a 1800-2000 150-200 <10 22-33 6 80 0-400 Datar-glmbg 16-25 80 60-80 Lip-li 5-10 Dalam t.a baik t.a t.a 1500-1800 250-400 <10 22-33 <6 <80 0-400 Berbukit 25-36 60-80 50-60 Plli 5-10 Dalam t.a agak baik t.a t.a <1500 >400 <10 22-33 <6 <80 0-400 Curam >36 <60 40-50 P >5 Hambat Sedikit Agak baik Sedikit Ada

Sumber : Kudadiri, A.D., Purba, P dan Adlin Lubis (1982) : Kesesuaian tanah dan iklim untuk tanaman kelapa sawit.

Klasifikasi memunculkan 4 tingkat lahan yang disusun menurut sifat fisik tanah dan iklimnya. Dalam kenyataannya biasanya terpakai hanya 3 kelas saja karena kelas 4 biasanya tidak terpilih. Adapun potensi produksi dari


(35)

masing-masing kelas lahan tersebut ditentukan oleh keunggulan dari bahan tanaman yang digunakan dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.

Tabel 6. Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan. Umur Prod. Tandan

(ton/ha/thn)

Prod. Minyak (ton/ha/thn)

Prod. Inti (ton/ha/thn)

I II III I II III I II III

10 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6 11 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6 12 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6 13 31.5 29.5 26.5 7.6 7.1 6.4 1.9 1.8 1.6 14 31.5 28.5 25.5 7.6 6.8 6.1 1.9 1.7 1.5 15 30.0 27.5 25.0 7.2 6.6 6.0 1.8 1.7 1.5 16 29.0 26.5 24.0 7.0 6.4 5.8 1.7 1.6 1.4 17 28.0 26.0 23.0 6.7 6.2 5.5 1.7 1.6 1.4 18 27.0 24.5 22.5 6.5 5.9 5.4 1.6 1.5 1.4 19 26.0 23.5 21.0 6.2 5.6 5.0 1.6 1.4 1.4 20 25.0 22.5 20.5 6.0 5.4 4.9 1.5 1.4 1.2 21 23.5 21.5 19.5 5.6 5.2 4.7 1.4 1.3 1.2 22 22.0 20.5 28.5 5.3 4.9 4.4 1.3 1.2 1.1 23 21.0 19.5 17.5 5.0 4.7 4.2 1.3 1.2 1.1 24 19.5 18.5 17.0 4.7 4.4 4.1 1.2 1.1 1.0 25 18.5 17.5 16.5 4.4 4.2 4.0 1.1 1.1 1.0 Sumber : Lubis, Adlin U (1990) : Potensi produksi kelapa sawit Dxp di Indonesia.

Bull. PP-Marihat vol 10 No. 2, P. Siantar (182)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa lahan kelas I memiliki potensi produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang tinggi dibanding dua kelas lainnya. Produktivitas ini dapat dilihat dari rendemen minyak inti yang paling tinggi. Taniputra (1990) menyatakan bahwa produksi minyak dari suatu areal ditentukan oleh produksi tandan dan rendemen minyak. Untuk memperoleh produksi minyak yang maksimum dengan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, maka pada kegiatan panen dan transport harus menerapkan peraturan panen yang tepat dan


(36)

adanya koordinasi yang baik antara petugas lapangan yaitu petugas yang mengatur panen dan pemeliharaan jalan kebun, tempat pengumpulan hasil (TPH), pasar pikul dan pengupasan serta petugas transport dan petugas di pabrik.

.

2.2.2. Kegunaan Kelapa sawit

Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), dan minyak yang berasal dari inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Komposisi minyak inti sawit ini hampir sama dengan minyak yang berasal dari kelapa. Dari keduanya dapat dibuat berbagai jenis produk lainnya. Pabrik pengolahannya disebut refineri dan ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi beberapa jenis minyak, ada yang sudah siap pakai dan ada yang harus diproses lagi untuk menjadi produk lain. Disamping minyak atau bahan solid lain, maka akan keluar juga beberapa padatan lainnya yang dapat langsung dipakai atau harus diproses lebih lanjut. Secara umum kegunaan minyak sawit terdiri dari :

a) Bahan makanan.

Dari minyak sawit dapat dibuat untuk bahan makanan seperti mentega, lemak untuk masak, bahan tambahan colat, pembuatan es krim, makanan ternak, pembuatan asam lemak lainnya. Menurut Lubis (1992), bila minyak kelapa sawit dibuat menjadi minyak goreng, maka kandungan kolesterolnya lebih rendah dari minyak kedelai dan minyak jagung. Kandungan kolesterol minyak sawit rata-rata hanya 16 ppm, sedangkan minyak kedelai dan minyak jagung masing-masing 28 ppm dan 50 ppm.

b) Kosmetika dan obat.

Cream, shampo, lotion, pomade dan lain-lain banyak berasal dari kelapa sawit demikian pula vitamin A. Minyak sawit sangat mudah diabsorbsi kulit dibanding dengan minyak lainnya.

c) Industri berat dan ringan.

Pada industri kulit dipakai sebagai pelembut dan fleksibel. Pada industri tekstil juga dipakai karena mudah dihilangkan. Sebagai pelumas, minyak sawit ini cukup baik karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, cold


(37)

rolling dan fluxing agent pada industri kawat, industri perak dan sebagai flotasi pada pemisahan biji tembaga dan cobalt. Pada industri ringan dipakai sebagai sabun, semir sepatu, lilin, detergent, tinta cetak dan lain-lain.

2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN

Konsep kemitraan agribisnis sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan implementasi tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku baik pelaku agribisnis hulu (petani) maupun pelaku agribisnis hilir (investor yang bermitra dengan petani. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun swasta.

Tantangan pengembangan kemitraan agribisnis diperkirakan akan membawa berbagai implikasi bagi perkembangan pertanian di Indonesia. Menurut Sumardjo (2004), memasuki era globalisasi, pengembangan kemitraan agribisnis akan menghasilkan beberapa peluang antara lain sebagai berikut.

a. Peningkatan volume pasar.

b. Harga jual produk yang lebih kompetitif. c. Harga sarana produksi yang lebih terjangkau. d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. Modal investasi.

f. Peningkatan efisiensi akibat relokasi sumber daya dan dorongan persaingan.

Gambar 1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis Sumber : Sumardjo (2004)

Pengusaha

Petani


(38)

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa sebenarnya konsep kemitraan agribisnis menjadikan salah satu pilihan yang prospektif bagi pengembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa yang akan datang. Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat menjembatani kesenjangan antar subsistem dalam bisnis hulu-hilir (produsen-industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen).

Di dalam SK. Mentri Pertanian No. 668 Tahun 1986 dijelaskan bahwa definisi Perkebunan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah pola untuk mewujudkan perpaduan usaha, dengan sasaran perbaikan keadaan sosial ekonomi peserta, didukung oleh suatu sistem pengelolaan usaha dengan memadukan berbagai kegiatan produksi pengelolaan usaha dengan memadukan berbagai kegiatan produksi pengelolaan dan pemasaran hasil, dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan.

Menurut Nuhung (2003), Perusahaan inti rakyat dilaksanakan berazaskan golongan yang kuat wajib membantu golongan yang lemah di dalam usahanya untuk mencapai tujuan masing-masing. Sebagai perusahaan inti adalah perusahaan negara atau swasta yang ditetapkan berdasarkan SK. Mentri Pertanian. Petani peserta merupakan plasma dari sistem perkebunan yang dikembangkan. Petani plasma berfungsi sebagai unit produksi kecil yang terhimpun dalam suatu sistem kerja sama sehingga dapat diterapkan usaha pembakuan produksi, mutu dan keserasian proses produksinya. Petani plasma melaksanakan kegiatan sehari-hari pada lahan miliknya bersama seluruh tenaga kerja keluarganya. Keluarga petani plasma juga dapat menjadi sumber tenaga kerja bagi kegiatan perusahaan inti.

Menurut Nuhung (2003), tujuan PIR-BUN tidak terlepas dari tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan struktur perekonomian yang seimbang dengan industri yang kuat yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Secara spesifik tujuan pembangunan PIR-BUN antara lain senagai berikut :

a. Meningkatkan produksi komoditi perkebunan baik kualitas maupun kuantitas sebagai penghasil devisa dari ekspor non migas.


(39)

c. Mempercepat proses alih teknologi budi daya perkebunan dan manajemen usahatani dari inti ke plasma.

d. Membantu pemerataan penyebaran penduduk secara nasional/regional. e. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.

f. Meningkatkan penyediaan lapangan kerja

g. Mendorong perkembangan industri hulu dan industri hilir.

h. Upaya pemanfaatan sumber daya lahan dan manusia secara optimal

2.4. Perdagangan Sawit

Seiring dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam tatanan ekonomi dunia, ketidak pastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika perekonomian global yang harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Adanya kecenderungan fluktuasi harga CPO, maka dunia usaha Indonesia termasuk produsen baik yang besar maupun yang kecil dan kelompok tani berusaha mencari, mendalami dan meningkatkan aktivitas pengelolaan resiko agar terlindungi dari resiko yang dapat merugikan mereka.

Ramiaji (2008) menyatakan bahwa penawaran domestik CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif dengan harga CPO domestik. Dengan peningkatan penawaran domestik maka harga domestik akan menurun. Harga pasar domestik akan turun akibat terdapat banyak pasokan CPO di pasar. Produksi CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif terhadap harga domestik CPO di Indonesia. Apabila produksi CPO Indonesia meningkat, maka penawaran CPO di pasar domestik akan meningkat. Harga CPO Indonesia periode sebelumnya mempunyai hubungan yang positif dengan harga domestik CPO Indonesia. Harga minyak kelapa tidak memiliki hubungan dengan harga domestik CPO Indonesia. Hal ini menunjukan minyak kelapa tidak mempengaruhi penawaran ekspor CPO domestik. Minyak kelapa dan CPO memiliki segmen pasar yang berbeda.

Menurut Suganda (2006), dalam waktu 2004 – 2006 harga CPO di pasar fisik dan berjangka secara umum mengalami trend penurunan harga. Penurunan harga CPO selama dua tahun tersebut disebabkan faktor suplai yang berlebih. Malaysia yang merupakan negara produsen CPO nomor satu dunia, mengalami kelebihan stok hingga sebanyak 1,4 juta ton pada Desember 2004.


(40)

2.5. Produktivitas Kerja

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan operasional. Secara filosofis produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Menurut Arfida (2003), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu :

a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.

b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.

c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama.

d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih sedikit.

Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa faktor produksi, seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas faktor manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat bergantung pada kemampuan manusia yang memanfaatkannya (Simanjuntak, 1985). Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu :

a. Kualitas dan kemampuan fisik karyawan.

Kualitas dan kemampuan dipengaruhi tingkat pendidikan, latihan, motivasi, etos kerja, mental dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya yang langsung dengan pelaksanaan, tetapi juga landasan untuk mengambangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada dari sekitar kita untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Latihan melengkapi pekerja dengan keterampilan dan cara-cara menggunakan peralatan kerja. Motivasi, etos dan sikap kerja yang berorientasi kepada produktivitas membutuhkan waktu yang lama dan


(41)

memerlukan teknik tertentu, antara lain menciptakan iklim dan lingkungan kerja yang menyenangkan dan hubungan yang serasi. Kemampuan fisik memerlukan perhatian, terutama karena tingkat upah rendah, sehingga pemenuhan gizi dan kesehatan pekerja umumnya terbatas.

b. Sarana pendukung

Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas dikelompokkan menjadi 2 yaitu : Pertama, menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri. Kedua, menyangkut kesejahteraan pekerja yang terjamin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan hidup.

c. Supra sarana

Menyangkut hubungan antara pengusaha dan pekerja yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kemampuan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan menciptakan sistem kerja yang optimal akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja. Peran manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas, yaitu dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi, menerapkan fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja dan pembagian kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan, serta menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.


(42)

Gambar 2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan Sumber : Simanjuntak (1985)

Menurut Atmosoeprapto (2000), upaya peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, salah satunya adalah pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan manusia sesuai dengan potensi yang dapat dicapai sehingga kinerjanya akan meningkat, dan pada akhirnya akan memberikan sumbangan besar bagi peningkatan produktivitas.

Menurut Lubis (1994), manajemen perkebunan dituntut agar dapat mengelola sumber daya manusia yang jumlahnya dapat dapat mencapai ribuan orang, mampu meningkatkan produktivitas, menciptakan kondisi serasi, menanamkan rasa memiliki dan mampu menggiring untuk bersama-sama

Supra Sarana :

- Kebijakan pemerintah - Hubungan industrial

Manajemen

Karyawan : - Pendidikan - Latihan - Etos kerja - Sikap mental - Fisik

Lingkungan kerja & Sarana Penunjang : - Teknologi

- Sarana Produksi - Kesehatan dan

keselamatan kerja

Kesejahteraan : - Upah

- Jaminan sosial - Keamanan

Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan


(43)

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini manajemen harus dapat membagi tugas di masing-masing lini dan harus peka terhadap stiap perubahan sehingga dituntut agar selalu bekerja efisien dan efektif.

Suratiyah Ken (2006) menyatakan bahwa efisiensi tenaga kerja atau sering disebut produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas usaha.

a) Memperhatikan produksi.

Produktivitas dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut. Produktivitas = Jumlah produksi per ha

Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha b) Memperhatikan penerimaan per hari kerja.

Penerimaan per hari kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut. Penerimaan per hari kerja = Jumlah produk fisik x harga per ha

Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha c) Memperhatikan luas lahan/usaha.

Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut. Produktivitas tenaga kerja = Luas usahatani

Jumlah Tenaga kerja yang dicurahkan per hari

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yori Akmal (2006) tentang produktivitas tenaga kerja menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja pada industri kerupuk sanjai di Bukit Tinggi hanya empat variabel bebas yaitu, jenis kelamin, upah, status pekerjaan, dan alokasi waktu kerja. Pertama, jenis kelamin bernilai positif yang berarti tenaga kerja laki-laki lebih produktif dibanding tenaga kerja perempuan. Kedua, upah yang diterima dari industri bernilai positif yang berarti semakin tinggi upah, maka produktivitas tenaga kerja semakin meningkat. Ketiga, dummy status pekerjaan bernilai positif yang berarti tenaga kerja yang bekerja penuh lebih produktif dibandingkan yang bekeja sampingan pada industri kerupuk sanjai. Sedangkan keempat, alokasi waktu kerja bernilai negatif yang berarti penambahan jam kerja akan menurunkan


(44)

produktivitas tenaga kerja tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Menurut Dodi Prasetya (2006), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi karyawan di pabrik kelapa sawit meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor eksternal meliputi hubungan atasan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, kompensasi serta pengakuan dan perhargaan. Anlaisis ini menggunakan uji korelasi variabel.

Wiwit (2004) melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pemetik teh. Hasil pengujian menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh kuat terhadap tingkat produktivitas kerja pemetik teh secara statistik adalah usia, jenis kelamin, jarak ke tempat pemetikan dan jumlah pendapatan keluarga. Sedangkan nilai elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pemetik teh mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah alokasi waktu kerja, jumlah pendapatan keluarga, usia, jarak ke tempat pemetikan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, persepsi hubungan dengan sesama pemetik, status pekerjaan dan pengalaman kerja.

Kurniawan (2006) melakukan penelitian tentang stratregi Pengembangan Kelapa Sawit di PTPN VIII, Banten. Penelitian ini menggunakan alat analisis SWOT dan QSPM. Ada 9 faktor kekuatan internal yaitu (1) hubungan baik antar karyawan, (2) penjualan CPO dan kernel menghasilkan laba besar bagi PTPN VIII tahun 2003, (3) Kualitas CPO dan Kernel sesuai standar Deptan, (4) Adanya pembangunan pabrik baru, (5) Adanya penambahan areal sawit, (6) Lokasi pabrik strategis, (7) Pemasaran hasil dan kernel sejalan sesuai dengan kemampuan pabrik, (8) Kesejahteraan karyawan diperhatikan, (9) PTPN VIII banyak bekerja sama dengan lembaga penelitian. Kelemahan ada 6 faktor yaitu (1) Pabrik pengolahan kurang efektif dan efisien, (2) kurang bahan baku (TBS), (3) Perkebunan sawit kelas 3, (4) Umur sawit sudah tua, (5) Pemanfaatan limbah hasil industri belum maksimal, (6) kurangnya disiplin kerja. Adapun peluang yang ada terdiri dari (1) pajak ekspor turun, (2) PIR membantu PTPN VIII meningkatkan produksi, (3) Permintaan CPO di luar dan di dalam negeri meningkat, (4)


(45)

Penemuan baru dalam budidaya, (5) Minyak sawit ramah lingkungan, (6) Produk sawit masih lebih baik dari pada subtitusinya. Sedangkan untuk ancaman yaitu (1) Pembatasan ekspor, (2) Campur tangan pemerintah dalam penentuan harga CPO, (3) Keamanan dalam negeri belum stabil, (4) Kampanye anti minyak sawit, (5) Persaingan dalam industri CPO dan kernel ketat, (6) Persaingan dalam mendapat TBS, (7) Mudahnya masuk ke dalam industri sawit. Dari hasil analisis matriks IE maka strategi yang terbentuk berada pada kuadran 5, yaitu strategi pertahanan dan pemeliharaan.

Tabel 7. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu.

Nama Penulis Tahun Tema Alat analisis

Yori Akmal 2006 Faktor yang mempengaruhi produktivitas pada industri kerupuk sanjai di Bukit Tinggi

Analisis regresi linier berganda Dodi Eka Prasetya 2006 Faktor yang berhubungan dengan

motivasi karyawan di pabrik kelapa sawit

Uji korelasi variabel Rank Spearman Wiwit Tresnowati 2004 Faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja pemetik teh

Uji linier berganda Arfan Chandra

Suganda

2006 Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit pada PTPN. VIII Banten

SWOT

Perbedaan dengan penelitian terdahulu meliputi tempat penelitian, waktu, alat analisis dan komoditas yang diteliti. Dengan Penelitian Yori dan Wiwit terdapat perbedaan tujuan, sehingga alat analisisnya berbeda. Persamaannya adalah subjek yang diteliti memiliki persamaan yaitu produktivitas kerja. Dengan Dodi memiliki persamaan tujuan yaitu mencari hubungan (korelasi) variabel, hanya saja perbedaannya terletak pada objeknya yaitu motivasi. Penelitian Suganda jika dihubungkan dengan penelitian ini hanya memiliki objek penelitian yang sama, selain itu tidak nampak persamaan.


(46)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teori 3.1.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi kegiatan pertanian. Suratiyah Ken (2006) menyatakan bahwa kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Pada perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Hal-hal yang mempengaruhi tenaga kerja dalam bekerja yaitu sistem upah yang diterima para pekerja. Sistem upah terdiri dari sistem borongan sesuai perjanjian pemberi kerja dengan pekerja, sistem waktu yang berdasarkan lamanya waktu pekerja, dan upah premi dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja.

a) Lamanya waktu bekerja.

b) Kehidupan sehari-hari pekerja yang dapat dilihat dari makanan, gizi, perumahan, kesehatan serta keadaan lingkungan.

c) Kecakapan dalam bekerja.

d) Umur tenaga kerja, sehingga menentukan prestasi kerja seseorang. Menurut Tscajanov diacu dalam Hadisapuetro (1973), besarnya prestasi kerja tenaga kerja keluarga dipengaruhi oleh perbandingan antara besarnya konsumen (pemakai) dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia.

3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja

Hubungan faktor-faktor adalah hubungan antara faktor produksi yang satu dengan faktor produksi yang lainnya. Untuk memperoleh suatu produksi, petani dapat menggunakan bermacam-macam faktor produksi dalam berbagai kombinasinya. Dari berbagai kombinasi tersebut harus dipilih kombinasi yang akan memberikan keuntungan tertinggi.

Hubungan antara faktor produksi satu dengan yang lainnya bila ditinjau dari segi daya subtitusinya dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :


(47)

a) Hubungan dengan daya subtitusi tetap, yakni bila penambahan faktor produksi yang satu akan menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain dalam jumlah tetap dan jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah.

b) Hubungan komplementer, yaitu apabila pemakaian faktor produksi yang satu lebih besar dari seharusnya tidak akan mempengaruhi produk yang dihasilkan. c) Hubungan dengan daya subtitusi berkurang, yakni apabila salah satu faktor

produksi dapat mensubtitusi faktor produksi yang lainnya, tetapi jumlah yang dapat disubtitusi tersebut semakin lama menjadi semakin kecil.

Hubungan antara satu macam output dengan banyak input digambarkan dengan isoquant yang merupakan garis untuk tingkat produksi tertentu pada berbagai kombinasi input X1 dan X2. Besarnya sudut kemiringan isoquant menggambarkan besarnya daya subtitusi X1 terhadap X2 untuk memproduksi tingkat produksi yang sama disebut Marginal Rate of Technical Subtitution

(MRTS). Sedangkan Isoproduct adalah kurva yang menghubungkan kombinasi antara faktor produksi ( L & K ) yang mampu memproduksi sejumlah barang tertentu. Sifat Isoproduct sama dengan Kurva Indiferent. Isocost adalah garis yang menghubungkan kombinasi faktor – faktor produksi ( K & L ) pada tingkat pengeluaran biaya tertentu.Seperti dalam budget line. Isocost mempunyai daerah yang feasible.Titik optimum tercapai apabila MRST ini sama dengan perbandingan harga faktor produksi.

K

A

Isoquant

L

Isocost

Gambar 3. Kurva Isoquant dan Isocost

K L K

L LK

MP MP P

P MRTS = =


(48)

Titik optimum terbentuk ketika berada pada titik A. Apabila poduktivitas meningkat, tetapi dengan modal dan tenaga kerja yang tetap, maka akan menguntungkan petani karena dengan biaya relatif tidak berubah pula.

3.2. Kerangka Operasional

Produktivitas kebun plasma sejak tahun 2003 semakin menurun dibandingkan kebun inti. Padahal dari tahun 1993 samapai 2003, kebun plasma memiliki produktivitas lebih tinggi dari inti. Dengan asumsi keadaan alam, teknik perkebunan, waktu penanaman yang sama, idealnya produktivitas kebun plasma dan inti tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun.

Mitra Ogan telah mengkaji penyebab penurunan produktivitas tanaman petani plasma dengan hasil adalah rendahnya petani yang melakukan perawatan tanaman, terutama pemupukan. Perusahaan menyatakan bahwa pemupukan oleh petani plasma dilakukan hanya 50 % dari kebutuhan optimal pemupukan. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian untuk melihat apa yang menyebabkan petani plasma menurun produktivitas kerjanya.

Pengkajian ini bisa dilihat dari faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi produktivitas kerja petani plasma. Faktor internal terdiri dari usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan dan kemampuan fisik. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan kerja, hubungan dengan perusahaan, hubungan sesama petani, kebijakan perusahaan dan pendapatan. Kemampuan yang baik dan motivasi kerja yang tinggi yang akan melahirkan produktivitas petani plasma yang diharapkan perusahaan, sehingga optimalisasi produksi dapat tercapai


(49)

Gambar 4. Alur Kerangka Operasional

Tujuan Perusahaan

Karakteristik Petani Plasma

Internal : 1. Usia

2. Pendidikan 3. Pengalaman 4. Pelatihan

5. Jumlah Tanggungan 6. Kemampuan Fisik

Faktor yang Berhubungan

dengan Produktivitas

Kerja Petani Plasma

Produktivitas Kebun Plasma Mitra Ogan Menurun

Eksternal : 1. Lingkungan kerja 2. Hubungan dengan

Perusahaan 3. Hubungan dengan

Sesama Petani 4. Kebijakan Perusahaan 5. Pendapatan

Rekomendasi Kepada Perusahaan Produktivitas Kebun Plasma Mitra


(50)

3.2.1. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian, perumusan masalah, diagram, pustaka dan kerangka pemikiran, maka selanjutnya dapat dirumuskan jawaban yang menyatakan adanya hubungan diantara variabel-variabel tertentu yang disebut hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hubungan positif yang nyata antara faktor-faktor internal dan eksternal terhadap produktivitas kerja petani plasma yang diukur dengan jumlah produksi dalam satuan Kg/Ha

3.2.2. Difinisi Operasional

Produktivitas kerja adalah tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan produk. Ini dapat dilihat dari jumlah output (TBS/Ha) dibandingkan luas lahan per hektar dalam satuan waktu.

Perusahaan Inti adalah badan usaha berbentuk badan hukum berupa usaha menengah atau usaha besar milik swasta atau badan usaha milik negara termasuk badan usaha milik daerah atau koperasi yang melakukan kegiatan usaha dibidang perkebunan yang bertindak sebagai inti pada PIR BUN. Petani plasma adalah petani yang memiliki lahan untuk dijadikan kebun plasma dan atau petani yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

Tingkat usia responden diukur berdasarkan usia responden saat diwawancara. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini berdasarkan kelulusan para petani dalam jenjang pendidikan formal, yaitu SD, SMP SMA, perguruan tinggi.

Pelatihan yang diikuti dapat dilihat dari jumlah pelatihan dan dampak pelatihan yang telah dilakukan. Jumlah pelatihan dapat dibagi menjadi 4 bulan, 8 bulan, 12 bulan dan lebih dari setahun yang diikuti oleh petani. Sedangkan dampak pelatihan diukur dari pengaruh pelatihan terhadap pekerjaan.

Pengalaman dapat diukur dari lama bekerja, yang dibagi menjadi 3 bagiaan yaitu 1-5 tahun, 6-10 tahun dan 11-20 tahun.

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang dibiayai. Anggota keluarga terdiri dari istri dan anak. Tanggungan ini dapat dibagi berdasarkan jumlah tanggungan yaitu, 1-3 orang, 4-5 orang dan 6-10 orang


(51)

Keadaan fisik dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari, jumlah istirahat dan olah raga. Makanan yang dikonsumsi dapat dilihat dari menu makanan yang dikonsumsi, mulai dari yang bergizi samapi yang tidak bergizi. Waktu istirahat dapat dilihat dari jumlah istirahat yang dilakukan petani setiap harinya, yang dibagi menjadi >10 jam, 8-10 jam, 4-8 jam dan kurang dari 4 jam.

Lingkungan kerja adalah kondisi fisik dan sosial yang menyenangkan di tempat kerja. Pengukurannya dilakukan berdasarkan keamanan, sarana produksi, sarana publik. Ketenangan dinilai dari dari hambatan-hambatan yang terjadi selama bekerja, meliputi cuaca, kebakaran, pencurian. Sarana produksi dinilai dari kemudahan memperoleh input produksi. Sedangkan sarana publik dinilai dari keadaan sarana pendidikan, kesehatan, listrik, jalan.

Hubungan dengan perusahaan adalah interaksi yang terjadi antara manajemen perusahaan inti dengan petani. Hubungan ini meliputi komunikasi, perhatian dari perusaaan tentang kemajuan kebun, keluarga, ide dan saran dari petani, dan pemberian kritik terhadap kerja petani.

Hubungan sesama petani yaitu interaksi yang terjadi antara petani seperti pemberian dukungan dan semangat kerja, bantuan, kerjasama, kritikan dari sesama petani. Hubungan ini bukan hanya antara petani dengan petani saja, tetapi juga antar keluarga petani.

Kebijakan perusahaan adalah ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal yang mencakupnya antara lain lama bekerja, perjanjian kesepakatan, pemberian sanksi, standar operasional dari perusahaan dan kebijakan pemberian pembinaan.

Pendapatan tercermin dari mutu kehidupan para petani. pendapatan meliputi pendapatan dari kebun, pendapatan di luar kebun.

Semua faktor memiliki pembatasan yang jelas pada setiap skala likertnya. Batas-batas tersebut diambil dari keadaan aktual yang terjadi di lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.


(52)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Rajawali Nusantara Indonesia ( RNI ) yang berlokasi di Jakarta dan Perkebunan Kelapa Sawit PTP. Mitra Ogan yang berlokasi di Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan bahwa PTP. Mitra Ogan merupakan salah satu perkebunan milik negara yang besar dalam mengolah kelapa sawit dan karet, serta penyumbang laba bersih terbesar dari semua anak perusahaan RNI (Rajawali Nusantara Indonesia) Grup pada tahun 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008 – Maret 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden berdasarkan kuisioner yang telah disipakan dan pengamatan langsung di lapangan. Kuisioner berisi pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produktivitas kerja petani kebun plasma yang terdapat di PTP. Mitra Ogan. Selain kuisioner juga diperoleh data perusahaan mengenai sejarah awal berdirinya perusahaan, jumlah karyawan dan struktur organisasi. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang berasal dari Dirjen Perkebunan, literatur yang mendukung, buku-buku yang memuat teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Data

Jumlah kepala keluarga yang menghuni 8 Satuan Pemukiman (SP) yang mengelola kebun plasma bejumlah 3000 orang.. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini 100 orang. Dalam penunjukan sampel setiap SP, penelitian ini menggunakan teknik convinience sampling.


(53)

Tabel 8. Jumlah Kepala Keluarga Per Satuan Pemukiman (SP)

Tempat Jumlah Kepala

Keluarga

% dari Total Jumlah Responden

SP 1 300 10 10

SP 2 310 10,3 10

SP 3 440 14,6 15

SP 4 465 15,5 15

SP 5 375 12,5 13

SP 6 262 8,73 9

SP 7 360 12 12

SP 8 488 16,26 16

Total 3000 100 100

Sumber : PTP. Mitra Ogan

Setiap SP diambil sesuai dengan persentase proporsional dari jumlah total kepala keluarga yang mendiami SP. Semakin besar jumlah kepala keluarga di suatu SP, maka semakin besar jumlah responden yang diambil. Responden diambil acak dari masing-masing SP.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan

Software Statistical Program for Social Science (SPSS) untuk memperoleh kesimpulan. Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik. Pengumpulan data dengan skala ordinal diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Untuk analisis data berupa hasil wawancara, observasi serta data sekunder lainnya dianalisis terbatas pada teknik membaca grafik, tabel, diagram dan gambaran kondisi lapang yang kemudian dianalisis kembali.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan ketentuan sebagai berikut :

Sangat baik : 4

Baik : 3

Tidak baik : 2 Sangat Tidak Baik : 1


(54)

Alasan menggunakan skala likert dengan 4 tingkat adalah untuk menghindari jawaban yang samar. Artinya dengan skala 4 tingkatan, terdapat kepastian perbedaan yang jelas antara jawaban.

4.4.1. Analisis deskriptif

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif baik kuantitatif maupun kualitatif. Langkah awal dalam analisis ini membuat tabel frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Data karakteristik, produktivitas dikelompokan berdasarkan jawaban, ditabulasikan kemudian dipersentasekan.

4.4.2. Korelasi Rank Spearman

Korelasi Spearman Rank digunakan utnuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data anta variabel tidak harus sama ( Sugiono, 2007). Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

rs = 1- 6 di2

n3 – n

Dimana :

rs = koefisien korelasi Rank Spearman.

di = Selisih besarnya rank dari peubah X dan Y n = Jumlah contoh

Besarnya nilai terletak antara -1 < rs < 1, artinya :

rs = 1, hubungan X dan Y sempurna posiitif (mendekati 1, hubungan sanat kuat

dan positif)

rs = -1, hubungan X dan Y sangat sempurna negatif


(55)

Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi digunakan ketentuan sebagai berikut :

- r mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan searah

- r mendekati -1, maka hubungan sangat kuat tetapi tidak searah - r bernilai dibawah 0,5 atau – 0,5 maka hubungan kurang kuat

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, diajukan hipotesa sebagai berikut.

H0 = Tidak terdapat hubungan nyata antar faktor yang berhubungan dengan

produktivitas petani plasma.

H1 = Terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan

produktivitas petani plasma.

Keputusan pengujian adalah sebagai berikut :

a. Terima Ho, jika nilai signifikan > 0.05, artinya tidak terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plasma.

b. Tolak Ho, jika nilai signifikan < 0.05, artinya terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plama.


(56)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Mitra Ogan merupakan anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang Perkebunan. Perseroan didirikan pada tanggal 19 Desember 1988 oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH Nomor 170 yang berkedudukan di Jakarta. Akta tersebut telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 78 tanggal 29 September 1989 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat Keputusannya No. C25475.HT.01.01.TH.89. Akta tersebut sudah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Di luar Rapat No. 39 pada tanggal 17 April 2007 yang dibuat di hadapan BRAy. Mahyastoeti Notonagoro, SH. Notaris yang berkedudukan di Jakarta. Isi yang tercantum dalam Akta tersebut mengenai perubahan pengurus Perseroan.

5.2. Visi

Menjadi perusahaan agro industri terbaik di Indonesia, bertumpu pada produktivitas, kualitas pelayanan yang prima serta siap bersaing di era globalisasi.

5.3. Misi

Menjadi badan usaha bidang agroindustri dengan kinerja terbaik yang dikelola secara profesional dan inovatif dengan orientasi pada peningkatan mutu dan produktivitas, tumbuh, dan berkembang serta memenuhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.

5.4. Tujuan Perusahaan

Sesuai dengan Akta Pendiriannya, maksud dan tujuan Perseroan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dalam bidang usaha perkebunan.


(1)

Lampiran 2

RUANG LINGKUP SKALA LIKERT DALAM KUISIONER

No. Quest

Skala Ruang Lingkup

1 Sangat Dekat

Dekat Kurang Dekat Tidak dekat

Perwakilan inti selalu hadir di kebun tiap hari kerja

Lebih banyak hadir dari pada tidak hadir Lebih banyak tidak hadir

Jarang atau bahkan tidak perbah hadir di kebun

2 Sangat Dekat Dekat

Kurang Dekat Tidak dekat

Perwakilan inti tahu keluarga petani

Petani tahu nama dan jabatan darn asal wakil inti

Petani hanya tau nama dan jabatan Petani hanya tahu nama

3 Sangat sering Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Selalu

Lebih banyak mendorong semangat ketika bertemu dari pada tidak memberi semangat Lebih banyak tidak memberi semangat ketika bertemu

Sesekali memberi semangat. 4 Sangat Sering

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Selalu bertanya ketika bertemu

Relatif lebih banyak bertanya ketika bertemu dari pada tidak bertanya

Relatif lebih banyak tidak bertanya ketika bertemu

Sesekali bertanya 5 Sangat Sering

Sering

Selalu memberikan saran ketika bertemu petani

Relatif lebih banyak memberi saran ketika bertemu dari pada tidak memberi saran.


(2)

Kadang-kadang

Jarang

Relatif lebih banyak tidak memberi saran ketika bertemu

Sesekali memberi saran 6 Sangat Sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Selalu memperhatikan saran ketika bertemu petani

Relatif lebih banyak memperhatikan saran ketika bertemu dari pada tidak memberi saran. Relatif lebih banyak tidak memperhatikan saran ketika bertemu

Sesekali memperhatikan saran 7 Sangat tahu

Tahu Kurang tahu Tidak tahu

Tahu nama petani dan keluarga. Tahu nama tapi tak tahu keluarga siapa Menegur bila bertemu

Tidak menegur bila bertemu 8 Sangat setuju

Setuju Kurang setuju Tidak setuju

Dirasakan petani sangat penting Dirasakan petani penting

Dirasakan Petani kurang penting Dirasakan petani tidak penting 9 Sangat baik

Baik Kurang baik Tidak baik

Bertegur sapa bila bertemu

Memberikan senyuman bila bertemu Biasa saja bila bertemu

Tidak ada interaksi bila bertemu

10 Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik

Selalu membantu Relatif sering mambantu Kurang peduli

Tidak pernah membantu 11 Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Selalu mendengar dan melaksanakan setiap saran

Relatif sering mendengar dan melaksanakan setiap saran


(3)

Tidak bersedia Tidak menghiraukan setiap saran 12 Sangat bersedia

Bersedia Kurang bersedia Tidak bersedia

Selalu membantu Relatif sering membantu kadang-kadang jika mampu Tidak pernah membantu 13 Sangat baik

Baik Kurang baik Tidak baik

Bertegur sapa bila bertemu

Memberikan senyuman bila bertemu Biasa saja bila bertemu

Tidak ada interaksi bila bertemu 14 Sangat sering

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Selalu

Lebih banyak mendorong semangat ketika bertemu dari pada tidak memberi semangat Lebih banyak tidak memberi semangat ketika bertemu

Sesekali memberi semangat. 15 Sangat Nyaman

Nyaman Kurang nyaman Tidak nyaman

Bebas

Bebas tapi tetap sesuai jumlah jam kerja Tergantung cuaca

Ada tekanan dari pihak lain 16 Sangat bersedia

Bersedia Kurang bersedia Tidak bersedia

Selalu Menerima jika ada salah Relatif menerima jika ada salah Kurang menghiraukan peraturan Tidak mau tahu dengan sanksi 17 Sangat bersedia

Bersedia Kurang bersedia Tidak bersedia

Selalu

Relatif sering memperbaiki kesalahan kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah memperbaiki kesalahan 18 Sangat bersedia

Bersedia Kurang bersedia Tidak bersedia

Selalu sesuai standar Relatif mengikuti peraturan kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah mengikuti standar perusahaan 19 Sangat sering 2 kali sebulan


(4)

Sering Kadang-Kadang Jarang

1 kali sebulan 3 bulan sekali 6 bulan sekali 20 Sangat perlu

Perlu Kurang perlu

Tidak perlu

Mengetahui berapa Kg TBS yang dihasilkan dan harga TBS

Mengetahui berapa Kg TBS yang dihasilkan Mengetahui pendapatan setiap 2 kali

seminggu

Tidak peduli pendaptannya

21 Sangat bersedia Bersedia Kurang bersedia Tidak bersedia

Selalu sesuai standar Relatif mengikuti peraturan kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah mengikuti standar perusahaan 22 Sangat Mendukung

Mendukung

Kurang Mendukung Tidak Mendukung

Sangat sesuai dengan keinginan petani Relatif sesuai dengan keinginan petani

Relatif kurang sesuai dengan keinginan petani Tidak sesuai dengan keinginan petani

23 Sangat Puas Puas

Kurang Puas Tidak Puas

Tidak ada hal yang mengganggu

Lingkungan, cuaca yang tak mendukung Sewaktu-waktu terjadi kebakaran Terjadi pencurian buah, kebakaran, dll 24 Sangat baik

Baik

Kurang baik

Tidak baik

fasilitas sekolah, kesehatan,transportasi, dan bahan pangan dapat dijangkau

akses terhadap pangan dan kesehatan dapat terjangkau

kemudahan akses transportasi untuk keluar dari kebun

terjadi apabila semua sarana publik sulit ditemui

25 Sangat Mudah Di lingkungan koperasi sudah tersedia dan ada


(5)

Mudah

Kurang Tidak mudah

Dilingkungan koperasi tersedia tapi kadang2 tak ada

Di koperasi jarang ada Di koperasi saja tak tersedia 26 Sangat Cukup

Cukup

Kurang cukup Tidak cukup

Ada sisa untuk menabung Relatif sama dengan pengeluaran Kadang2 hutang

Kebutuhan dasar tak terpenuhi 27 Sangat puas

Puas

Kurang Puas Tidak Puas

Ada sisa untuk menabung Relatif sama dengan pengeluaran Kadang2 hutang

Kebutuhan dasar tak terpenuhi 28 Sangat puas

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

Pendapatan dari penjualan sangat besar untuk digunakan dan di tabung

Pendapatan dari penjualan bias untuk menabung

Pendapatan dari penjualan relative pas untuk melakukan pemeliharaan dan produksi waktu mendatang

Dari pendapatan hanya kebutuhan dasar terpenuhi

29 Sangat berpengaruh Berpengaruh

Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh

Hampir setengah dari pendapatan Cukup untuk menutupi kebutuhan dasar Kecil jumlahnya

Sangat kecil jumlahnya 30 Sangat Sering

Sering Jarang Tidak pernah

4 bulan sekali 8 bulan sekali 1 tahun sekali

Lebih dari satu tahun sekali 31 Sangat berdampak

Berdampak

Berpengaruh terhadap pekerjaan dan berguna dalam pekerjaan


(6)

Kurang berdampak

Tidak berdampak

Kurang berpengaruh dan berguna dalam pekerjaan

Sia-sia mngikuti pelatihan 32 Sangat bergizi

Bergizi

Kurang bergizi Tidak bergizi

mengkonsumsi protein, sayuran dan buah mengkonsumsi protein dan sayuran mengkonsumsi protein atau sayuran Hanya karbohidrat.

33 Sangat cukup Cukup

Kurang cukup Tidak Cukup

lebih dari 10 jam 8-10 jam 4-8 jam

kurang dari 4 jam 34 Sangat Sering

Sering Jarang Tidak Pernah

setiap hari 2-3 kali 4-5 kali seminggu sekali


Dokumen yang terkait

Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

2 89 113

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

Perencanaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kebun Peninjauan, PT. Perkebunan Mitra Ogan Palembang

0 18 85

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

BAB II PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 5 15

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

0 3 41

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13