88
4.4 Korelasi Variabel Sistem Kebun Plasma Dengan Variabel Kemandirian Petani Kelapa Sawit
Tabel 29. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan SDM X3 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SD dan SMP
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Sosial Budaya
Spearman’s rho Pembinaan dan
Pengembangan Correlation Coefficient
1000 .689
Sig. 2-tailed .
.000 N
26 26
Kemandirian Sosial dan
Budaya Correlation Coefficient
.689 1000
Sig. 2-tailed .000
. N
26 26
.Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed
Tabel 30. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan SDM X3 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SMA dan S1
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Sosial Budaya
Spearman’s rho Pembinaan dan
Pengembangan Correlation Coefficient
1.000 .678
Sig. 2-tailed .
.000 N
26 26
Kemandirian Sosial dan
Budaya Correlation Coefficient
.678 1.000
Sig. 2-tailed .000
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed
Dari tabel 29 dan 30 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara pembinaan dan pengembangan yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian
sosial budaya petani kebun plasma. Pihak perusahaan melakukan pelatihan dan
Universitas Sumatera Utara
89
pembinaan kepada petani guna pengembangan SDM dalam meningkatkan kemampuannya di bidang pertanian, dimana petani mampu meningkatkan
kemampuannya dalam penanaman dan perawatan tanaman. Dalam pengembangan SDM petani mampu membangun gotong royong sesama petani seperti
membentuk kelompok dan koperasi. Dalam kelompok, petani melakukan diskusi sesama petani dan berkonsultasi dengan pihak perusahaan untuk menyelesaikan
masalah yang diahadapi sesama petani, sehingga hal ini mempermudah petani untuk menyelesaikan masalah.
Pada konsep kemandirian petani, di mana petani diaharapkan mandiri secara sosial dan budaya, hendaknya petani di dorong untuk membentuk
kelompok tani yang kuat dan secara bersama-sama dapat bergotong royong dalam kebersamaan petani dan memotivasi serta merangsang petani untuk bercocok
tanam secara kebersamaan. Hal inilah yang sudah terwujud pada petani plasma kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi. Dimana mereka telah mampu secara
bersama-sama bergotong royong dalam pengelolaan kebun plasma. Dalam hal pembinaan dan pengembangan terjadi transformasi nilai kepada
petani, di mana dengan adanya kebun plasma dan petani dibina maka terbentuklah kemandirian sosial budaya yang berupa gotong royong dan pembentukan
kelompok tani yang sebelumnya tidak ada. Dengan adanya kerja sama antar sesama petani maka permasalahan mengenai kebun plasma dapat diatasi bersama.
Seperti yang di kemukakan oleh Alex Inkeles, di mana manusia tradisional berubah menjadi manusia modern karena bekerja pada lembaga-lembaga kerja
modern, seperti misalnya pabrik-pabrik. Hal ini yang terjadi pada petani plasma, di mana petani sebelumnya tidak mengetahui cara mengelola kebun plasma dan
Universitas Sumatera Utara
90
belum pernah terjun dalam lembaga kerja, maka petani masuk pada lembaga- lembaga kerja yang harus memenuhi target dan petani mulai membentuk
kelompok tani secara bersama-sama dapat mengelola kebun plasma untuk mencapai target tersebut.
Tabel 31. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan X3 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SD dan SMP
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Pembinaan dan Pengembangan
Correlation Coefficient 1.000
.712 Sig. 2-tailed
. 000
N 26
26 Kemandirian
Kelompok Correlation Coefficient
.712 1000
Sig. 2-tailed .000
. N
26 26
.Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Tabel 32. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan X3 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SMA dan S1
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Pembinaan dan
Pengembanga n
Correlation Coefficient 1.000
.620 Sig. 2-tailed
. .001
N 26
26 Kemandirian
Kelompok Correlation Coefficient
.620 1.000
Sig. 2-tailed .001
. N
26 26
.Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Dari tabel 31 dan 32 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara
pembinaan dan pengembangan yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian kelompok petani kebun plasma. Petani menilai pembinaan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
91
perusahaan bermanfaat, seperti petani dapat mengatasi ketergantungan dalam hal pengelolaan kebun plasma. Dengan adanya pembinaan dan pengembangan oleh
pihak perusahaan, perusahaan membantu petani dalam pembentukkan kelompok, sehingga petani bisa percaya diri dan kritis kesadaran tentang apa yang terjadi di
masyarakat, penyebab dan dampak terhadap masyarakat dan alam serta kebutuhan untuk bersatu. Melalui proses ini masyarakat dapat secara mandiri dan mampu
melepaskan ketergantungan mereka dari pihak lain. Dari hasil dilapangan, petani sudah dapat membentuk kelompok sendiri
dan aktif berdiskusi mengenai masalah perkebunan yang dihadapi anggota kelompok. Petani saling bertukar informasi baik antar sesama petani dan juga
berkonsultasi dengan perusahaan mengenai cara penanaman, perawatan dan standarisasi operasional.
Kemandirian kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi petani untuk melepaskan ketergantungan mereka pada pihak lain. Dengan adanya
kelompok tani, petani plasma dapat sadar, percaya diri dan secara bersama-sama bisa menyelesaikan masalah apa yang dihadapi oleh petani, sehingga mereka bisa
meningkatkan kemampuan mereka dan melepaskan diri dari ketergantungan. Hal inilah yang telah tercapai oleh petani plasma pada tingkat pendidikan SD, SMP,
SMA dan S1, mereka mampu untuk mengorganisasikan diri untuk membentuk kelompok tani.
Terjadinya transformasi sosial pada petani plasma, di mana pada awalnya petani tidak memiliki kelompok, namun sekarang berubah dan memiliki
kelompok tani. Petani sadar akan pentingnya bersatu untuk kepentingan mereka. Hal inilah yang terjadi pada petani plasma di kebun Bununt Unit X Jambi
Universitas Sumatera Utara
92
Dengan mandiri petani secara kelompok, petani mampu mengambil keputusan sendiri dan di sini kelompok tani telah mampu melakukan pembagian
tugas di antara masing-masing pengurus yang ada, di dalam kelompok terdapat pengurus pada tiap-tiap bidang yang telah di bagi dengan jelas. Kelompok tani
juga telah mampu mengelola dan memanfaatkan seumber daya alam maupun yang ada dilingkungan. Mulai dari penentuan dan pengelolaannya yang menjadi pilihan
kelompok tani dan anggotanya melalui musyawarah dan demokratis.
Tabel 33. Korelasi Teknologi X4 dengan Kemandirian Teknis Y1 Tingkat SD dan SMP
Teknologi Kemandirian
Teknis Spearman’s rho
Teknologi Correlation Coefficient
1000 423
Sig. 2-tailed .
.032 N
26 26
Kemandirian Teknis
Correlation Coefficient .423
1000 Sig. 2-tailed
.032 .
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.05 level 2-tailed
Tabel 34. Korelasi Teknologi X4 dengan Kemandirian Teknis Y1 Tingkat SMA dan S1
Teknologi Kemandirian
Teknis Spearman’s rho
Teknologi Correlation Coefficient
1.000 .631
Sig. 2-tailed .
.001 N
26 26
Kemandirian Teknis
Correlation Coefficient .631
1.000 Sig. 2-tailed
.001 .
N 26
26 .Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Universitas Sumatera Utara
93
Produktivitas pertanian merupakan sumber bagi pertumbuhan di sektor pertanian. Adapun peningkatan produksi pertanian dapat dicapai dengan
peningkatan penggunaan teknologi pertanian sehingga memungkinkan tercapainya peningkatan produksi dari faktor produksi yang tetap. Dengan
demikian pengembangan teknologi pertanian merupakan suatu langkah yang strategis bagi peningkatan produktivitas pertanian.
Dari tabel 33 dan 34 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara teknologi yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian teknis petani kebun plasma.
Perusahaan memberikan bantuan pengajaran kepada petani dalam mengelola kebun plasma mulai dari cara penanaman, pemeliharaan dan pemupukan tanaman.
Petani mampu menerapkan teknologi yang diajarkan oleh perusahaan dan mampu secara teknis dalam hal penanaman, pemupukan dan pemeliharaan tanaman.
Kemandirian teknis petani baik setelah mendapat pendidikan dan pelatihan oleh perusahaan sehingga petani mampu secara mandiri mengelola kebun plasma tanpa
didampingi pihak perusahaan. Petani dibina dan beri pengarahan bagaimana cara penerapan teknologi yang ada, sehingga petani benar-benar mampu dan mandiri
menerapkan teknologi yang telah diajarkan. Terjadinya difusi antara unsur-unsur perusahaan kepada patani melalui
proses pendidikan dan pelatihan. Petani dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam melaksanakan usahatani dengan mengembangkan
proses adopsi dan difusi teknologi pertanian yang sesuai dengan sumberdaya lokal di tingkat petani, sehingga dapat menunjang kemauan, pengetahuan dan
kemampuan petani. Di lapangan petani sudah mampu menggunakan teknologi
Universitas Sumatera Utara
94
yang diajarkan oleh pihak perusahaan. Selain itu petani juga sudah mampu membeli alat-alat teknologi yang diperlukan untuk mengelola kebun plasma.
Seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, faktor pendidikan dinilai mampu meningkatkan tingkat modernitas suatu kelompok masyarakat. selain itu
proses pendidikan informal dalam proses pendidikan akan mempercepat proses modernisasi. Seperti penggunaan teknologi, di mana petani diajarkan cara
penggunaan teknologi untuk pertanian, sehingga petani mampu untuk lebih modern dalam mengelola kebun plasma. Artinya petani sudah bisa menerima hal-
hal baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mereka dapat menjadi lebih modern.
Pembinaan petani plasma di Kebun Bunut Unit X tidak hanya dilakukan oleh pihak perusahaan saja tetapi juga dilakukan oleh pihak luar seperti dinas
pertanian, dimana petani di beri pendidikan informal melalui penyuluhan dan pengajaran khusus petani. Tidak hanya penggunaan teknologi tetapi petani juga di
dorong agar mampu mengelola permodalan, pemasaran dan pengelolaan tanaman. Perusahaan memberikan fasilitator yaitu pendamping untuk mengajarkan
pengelolaan kebun plasma kepada petani. Dalam penerapannya di lapangan petani dibiarkan mendominasi kegiatan pengelolaan kebun plasma. Pada awalanya
peranan pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan pelaksanaan kegiatan pada petani plasma
sendiri, sehingga petani mampu mengelola kebun plasma dan mandiri secara teknis dan terlepas dari ketergantungan.
Universitas Sumatera Utara
95
Tabel 35. Korelasi Pemasaran X5 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SD dan SMP
Pemasaran Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Pemasaran Correlation Coefficient
1000 .393
Sig. 2-tailed .
.047 N
26 26
Kemandirian Keuangan
Correlation Coefficient .393
1000 Sig. 2-tailed
.047 .
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.05 level 2-tailed
Tabel 36. Korelasi Pemasaran X5 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SMA dan S1
Pemasaran Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Pemasaran Correlation Coefficient
1000. .540
Sig. 2-tailed .
.004 N
26 26
Kemandirian Keuangan
Correlation Coefficient .540
1.000 Sig. 2-tailed
.004 .
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Dari tabel 35 dan 36 dapat dilihat adanya korelasi yang signifikan antara sistem pemasaran yang dibantu kebun plasma terhadap kemandirian keuangan
petani plasma. Artinya perusahaan sering memberikan dan membantu akses pasar kepada petani kebun plasma, dimana perusahaan selalu memberikan bantuan
informasi pasar mengenai TBS, harga dan bibit. Dengan adanya bantuan dari perusahaan petani mampu mengembangkan jaringan usaha sesama petani dan
pihak-pihak lain. adanya jaringan usaha sesama petani, petani mampu membentuk
Universitas Sumatera Utara
96
koperasi sendiri dan petani juga mampu mengelola koperasi, dalam hal ini kemampuan petani sudah baik dalam memanajemen keuangan sendiri. Koperasi
yang dibentuk oleh petani mampu memenuhi kebutuhan petani dalam hal kebutuhan bahan baku petani seperti bibit dan pupuk.
Koperasi Unit Desa KUD adalah organisasi yang berbentuk sosial ekonomi dan merupakan wahana masyarakat pedesaan untuk mencapai harapan dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup, pada tataran sosial, ekonomi, dan budaya. Koperasi Unit Desa KUD merupakan lembaga ekonomi yang dapat membatu petani
dalam pengadaan sarana produksi pertanian, permodalan dan menjamin pemasaran produksi pertanian yang penyelenggaraannya berdasarkan sistem demokrasi dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka KUD adalah wahana para petani mencapai harapan agar dapat meningkatkan hasil
produksi pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup petani di pedesaan.
Potensi sumber daya manusia untuk mengelola koperasi. Koperasi Unit Desa yang penyelenggaraannya bersifat demokratis, dari petani, oleh petani dan
untuk petani tentunya memerlukan potensi sumberdaya manusia yang dapat mengelola KUD sesuai dengan sistem sosial dan ekonomi petani di pedesaan.
Pengelolaan KUD perlu diarahkan pada potensi sumberdaya lokal dan sistem usahatani yang ada di tingkat petani. Pola manajemen KUD ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kepedulian KUD terhadap kebutuhan petani dan tidak mengandalkan pola manajemen keuntungan yang tidak sesuai dengan kondisi
petani. Pada dimensi ini alangkah baiknya potensi SDM yang mengelola KUD perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
97
keuangan, pengelolaan potensi desa, dan pemahaman terhadap perilaku sosial ekonomi petani di pedesaan.
Dalam konsep kemandirian petani, petani telah mampu mandiri secara keuangan dimana petani mampu untuk membentuk koperasi sendiri dengan modal
dari petani sendiri, pengelolaannya dari petani sendiri dan manajemennya dari petani sendiri, sehingga dengan demikian petani bisa berbuat yang terbaik untuk
dirinya sendiri. Terlihat bahwa dengan adanya kebun plasma maka petani mendapatkan keuntungan dan dengan keuntungan tersebut maka petani mampu
memenuhi kebutuhan mereka, yang kemudian sesama petani mampu membentuk koperasi untuk kepentingan bersama.
Tabel 37. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SD dan SMP
Manajemen Kemandirian
Sosial dan Budaya
Spearman’s rho Manajemen
Correlation Coefficient 1.000
.138 Sig. 2-tailed
. 502
N 26
26 Kemandirian
Sosial dan Budaya
Correlation Coefficient .138
1000 Sig. 2-tailed
502 .
N 26
26
Dari tabel 37 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara manajemen dengan kemandirian sosial dan budaya petani pada petani plasma tingkat SD dan SMP
artinya petani pada tingkat pendidikan bawah kurang mampu memanajemen kebersamaan dan gotong royong antar sesama petani. Artinya terjadi disfungsi
seperti yang dikatakan Merton, dimana salah satu sistem ada yang tidak berjalan
Universitas Sumatera Utara
98
dengan baik sehingga menimbulkan gangguan dan efek pada sistem lain. artinya faktor pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam penerapan
manajemen yang diberikan perusahaan kepada petani. Pada tingkat SD dan SMP petani kurang mampu untuk menjalin hubungan antar sesama petani seperti
bergotong royong. Dalam konsep kemandirian petani, berarti pada tingkat pendidikan bawah
petani kurang sadar akan pentingnya kebutuhan untuk bersatu, di mana dengan bersatu petani dapat secara bersama-sama memenuhi kebutuhan mereka dan
dapat lebih kritis, percaya diri serta mandiri sehingga terlepas dari ketergantungan.
Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, di mana salah satu karakteristik manusia modern yaitu berorientasi ke masa depan daripada
masa lalu yang salah satunya adalah perencanaan dan pengorganisasian. Di mana petani diharapkan mampu untuk membentuk kerja sama dan gotong royong.
Tabel 38. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SMA dan S1
Manajemen Kemandirian
Sosial dan Budaya
Spearman’s rho Manajemen
Correlation Coefficient 1.000
.616 Sig. 2-tailed
. .001
N 26
26 Kemandirian
Sosial dan Budaya
Correlation Coefficient .616
1.000 Sig. 2-tailed
.001 .
N 26
26 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Universitas Sumatera Utara
99
Dari tabel 37 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara manajemen terhadap kemandirian sosial dan budaya petani plasma. Perusahaan memberikan
bantuan manajemen kepada petani untuk mengelola kebun plasma. Perusahaan membantu petani mulai dari penyusunan studi kelayakan, permodalan hingga tata
cara mengelola perkebunan plasma. Perusahaan membantu petani dalam pembentukan organisasi atau kelompok tani. Dalam hal ini antara sesama petani
dapat membentuk sebuah kelompok, di mana di dalam kelompok petani dapat berdiskusi, berkonsultasi dan bergotong royong mengenai perkebunan yang
mereka kelola. Dapat dilihat bahwa adanya korelasi yang jelas antara manajemen yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian sosial budaya petani.
Pada tingkat pendidikan SMA dan S1 petani mampu bergotong royong dan membentuk kelompok sendiri, sehingga petani mandiri dalam pengelolaan
kebun plasma mereka. Pada konsep kemandirian petani, dimana kemandirian sosial budaya terlihat dari kebersamaan petani dan saling memotivasi serta
merangsang petani untuk bercocok tanam secara kebersamaan. Artinya petani pada tingkat menengah atas telah memiliki perencanaan dan
pengoraganisasian diri seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles. Terlihat pada tingkat pendidikan menegah atas telah mampu untuk bekerjasama dan bergotong
royong untuk mewujudkan kemandirian sosial dan budaya.
Tabel 39. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SD dan SMP
Manajemen Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Manajemen Correlation Coefficient
1.000 .109
Sig. 2-tailed .
.597 N
26 26
Universitas Sumatera Utara
100
Kemandirian Kelompok
Correlation Coefficient .109
.1000 Sig. 2-tailed
.597 .
N 26
26
Dari tabel 39 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara manajemen dengan kemandirian kelompok pada tingkat SD dan SMP. Artinya pada tingkatan bawah
petani kurang mampu memanajemen untuk membentuk kelompok sendiri. Artinya terjadi disfungsi seperti pada teori Merton jika susatu sistem tidak
berjalan dengan semestinya maka akan menimbulkan suatu yang negatif hal ini yang disebut disfungsional mempercepat kehancuran. Hal ini yang terjadi pada
petani plasma di tingkat pendidikan SD dan SMP, dimana mereka tidak mampu mandiri secara kelompok, sehingga perlu dibina secara terus menerus oleh pihak
perusahaan baik melalui pendidikan atau pun dampingan. Pada teori Alex Inkeles, menyatakan bagaimanapun juga, manusia bisa
diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tak ada manusia yang tetap menjadi manusia tradisional dalam pandangan dan
kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional”. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang
bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai usia dewasa. Hal inilah yang perlu dilakukan pihak perusahaan kepada petani, dimana
petani harus dibina dan diberikan pendidikan secara terus menerus agar petani mampu mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan.
kemandirian manajemen kemampuan membuat perencanaan, melaksanakan yang sesuai rencana, mengevaluasi, dan menerapkan prinsip
efisiensi dalam beragribisnis, kemandirian sosial kemampuan berintraksi sosial
Universitas Sumatera Utara
101
dan menjalin kerjasama saling menguntungkan sesama petani, antarkelompok tani, dan dengan kelembagaan agribisnis lainnya, dan kemandirian
pengembangan diri kemampuan memanfaatkan informasi, media, tenaga penyuluh, dan pelatihan serta kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain
termasuk kategori “rendah”. Hal inilah yang harus lebih diperhatikan pada petani yang berpindidikan rendah sehingga petani bisa lebih paham dan mampu untuk
memanajemen diri dan dapat beroganisasi.
Tabel 40. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SMA dan S1
Manajemen Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Manajemen Correlation Coefficient
1.000 .621
Sig. 2-tailed .
.001 N
26 26
Kemandirian Kelompok
Correlation Coefficient .621
1.000 Sig. 2-tailed
.001 .
N 26
26 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Dari tabel 40 diatas dapat dilihat korelasi yang signifikan antara
manajemen terhadap kemandirian kelompok. Dalam manajemen yang diberikan oleh perusahaan, perusahaan tidak hanya sekedar membantu petani dalam
permodalan dan tata cara mengelola kebun plasma sesuai dengan standar operasional, tetapi perusahaan juga membantu petani dalam pembentukan
organisasi atau kelompok tani. Telihat dari hal ini sangat berkorelasi terhadap kemandirian kelompok tani, dimana petani telah mampu membentuk sebuah
kelompok tani, di dalam kelompok itu petani aktif berdiskusi dan bertukar informasi antar sesama kelompok tani. Petani juga berkonsultasi dengan
Universitas Sumatera Utara
102
perusahaan dan juga mengembangkan jaringan dengan pihak-pihak lain guna mempermudah petani dalam menyelasaikan masalah yang dihadapi dalam
mengelola perkebunan mereka. Artinya manajemen yang diberikan perusahaan kepada petani plasma pada
tingkat SMA dan S1 telah mampu membentuk kelompok tani secara mandiri, dimana mereka mampu untuk mengorganisasikan diri untuk membentuk
komunitas, mereka sadar akan pentingnya sebuah kelompok dalam pengelolaan perkebunan mereka, sehingga mereka dapat melepaskan ketergantungan mereka
dari pihak lain. Seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles bahwa manusia modern
memiliki karakteristik menerima hal-hal baru, berorientasi pada masa depan daripada masa lalu, lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki
perencanaan dan pengorganisasian. Artinya petani pada tingkat menengah atas telah mampu memanajemen diri dan sadar akan pentingnya sebuah kelompok,
dengan itu petani membantuk sebuah kelompok, artinya petani telah memiliki kesadaran dan percaya diri akan pentingnya untuk bersatu, sehingga petani dapat
melepaskan diri dari pihak lain. di dalam kelompok itu petani dapat berdiskusi dan berkonsultasi tentang masalah apa yang dihadapi dan bagaimana cara
penanganannya. Dengan ini petani dapat berkembang dan produktif sehingga menjadi modern dan terwujudnya kemandirian kelompok.
Transformasi nilai yang terjadi antara nilai pengajaran dan dampaknya kepada petani, di mana petani yang sebelumnya tidak ada kelompok tani, melalui
pendidikan dan pengalaman yang di dapat, petani sadar akan pentingnya bersatu,
Universitas Sumatera Utara
103
maka petani membentuk kelompok tani dan mampu melepaskan diri dari ketergantungan.
Tabel 41. Korelasi Permodalan X2 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SD dan SMP
Permodalan Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Permodalan Correlation Coefficient
1000 .057
Sig. 2-tailed .
783 N
26 26
Kemandirian Keuangan
Correlation Coefficient .057
1.000 Sig. 2-tailed
783 .
N 26
26
Tabel 42. Korelasi Permodalan X2 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SMA dan S1
Permodalan Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Permodalan Correlation Coefficient
1.000 .138
Sig. 2-tailed .113
N 26
26 Kemandirian
Keuangan Correlation Coefficient
.318 1.000
Sig. 2-tailed .113
N 26
26
Dari tabel 41 dan 42 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani plasma di tingkat SD dan SMP. Artinya
pada tingkat pendidikan bawah, petani kurang mampu untuk mengelola modal yang diberikan oleh pihak perusahaan. Selain itu perusahaan yang kadang-kadang
Universitas Sumatera Utara
104
hanya memberikan tata cara peminjaman modal tanpa di damping membuat petani kurang paham.
Hal ini banyak yang menyebabkan petani menjual lahannya karena lebih tergiur untuk menjual lahan plasmanya, tetapi pada akhirnya kembali menjadi
tidak berdaya dan menjadi buruh karena tidak mampu mengelola keuangan mereka.
Dalam konsep kemandirian petani, kegagalan petani dalam kemandirian keuangan, dimana petani tidak mampu dalam pengelolaan modal karena
pemerintah atau pun pihak perusahaan tidak memanajemen keuangan petani secara berkelanjutan. Padahal manajemen keuangan petani sangat penting untuk
ditindaklanjuti demi kesejahteraan dan kemakmuran petani. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini yang dibantu dengan penyuluh pertanian diharapkan
mendorong petani untuk membuat koperasi sendiri dengan modal dari petani sendiri, pengelolaannya dari petani sendiri dan manajemennya dari petani sendiri
dengan demikian petani bisa buat yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Robert K Merton, dimana suatu institusi dalam hal ini perusahaan PTPN VI jambi merupakan suatu sistem yang terdiri atas
bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa
perubahan pula terhadap bagian lain. seperti pada permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani plasma baik berupa lahan atau pun lainnya, dimana
tidak adanya korelasi pada hal ini dengan kemandirian keuangan petani. Artinya disini terjadi disfungsi, hal ini yang membuat sistem tidak berjalan semestinya dan
Universitas Sumatera Utara
105
berakibat negatif pada bagaian lain. hal ini berdampak dimana petani tidak mampu dalam pengeloaan modal, dimana banyak petani yang menjual lahan
plasmanya dan kemudian tidak dapat mengelola keuangan tersebut dengan baik.
4.5 Pembahasan