54
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kuantitatif digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok
atau perilaku individu, meneliti tindakan dan bersifat mengukur atau memperkirakan, mengadakan evaluasi yang dilakukan kepada sejumlah individu.
Survey dalam penelitian ini berupa deskriptif merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu masalah penelitian yang intensif,
mendalam, mendetail dan komprehensif. Pada tipe penelitian ini, seorang atau suatu kelompok yang diteliti, permasalahannya ditelaah secara komperhensif
mendetail dan mendalam. Berbagai variabel di telaah dan ditelusuri, termasuk juga kemungkinan hubungan antara variabel yang ada.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kebun Bunut desa Berkah Sungai Bahar Jambi. Alasan peneliti lokasi ini karena di daerah ini merupakan kebun plasma
aktif yang dikelola PTPN VI Jambi yang menjadi sumber pendapatan petani binaan PTPN VI Jambi. Terlebih lagi peneliti mempunyai akses untuk
mendapatkan informasi dan data yang lebih akurat.
Universitas Sumatera Utara
55
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Menurut Burhan Bungin populasi penelitian merupakan keseluruhan universum dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan, udara, segala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian Bungin, 2009. Populasi
penelitian ini adalah seluruh petani plasma yaitu sebanyak 406 Kepala Keluarga yang ada di Kebun Bunut desa Berkah Jambi.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya, merupakan wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel
dimaksudkan sebagai representase dari seluruh populasi sehingga kesimpulan berlaku bagi keseluruhan populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan
yaitu teknik cluster random sampling. Teknik ini digunakan apabila populasinya menunjukan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada tingkatan
masing-masing kelompok atau rumpun yang ada Sanafiah,2007:36. Untuk itu peneliti memilih sampel dari petani kebun plasma sebanyak 406 kepala keluarga,
menggunakan rumus dari Taro Yamane, maka sampelnya : Rumus Perhitungan Sampel:
Keterangan: n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi d = Nilai presisi 10 0,1 dengan tingkat kepercayaan 90
Universitas Sumatera Utara
56
Pada lokasi penelitian di Kebun Bunut PTPN VI Jambi, petani plasma sebanyak 406 kepala keluarga. Jadi sampel yang diambil adalah:
1. Petani plasma:
,23
n = 80
Penelitian ini menggunakan korelasi dari Spearman, korelasi ini efektif bila sampel tidak lebih dari 30 responden. Maka dari 80 sampel yang di dapat
dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu SMA dan S1 sebanyak 26 orang dan untuk tingkat SD dan SMP sebannyak 54 Orang, untuk itu dilakukan
pemilihan sampel secara acakrandom dan didapat hasil SD dan SMP sebanyak 26 orang. Maka total sampelnya adalah 52 orang petani plasma.
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :
A. Teknik Pengumpulan Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber asli
tidak melalui media perantara. Data primer dapat berupa opini subjek orang secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda fisik,
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian dalam penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
57
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : a.
Kuesioner Kuesioner adalah pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan
yang tersusun secara dalam bentuk angket yang diberikan kepada responden dan diisi oleh responden. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
bersifat tertutup berdasarkan skala likert. Skala likert yaitu skala yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek,
dimana dalam angket diberikan pertanyaan sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara. Dengan adanya wawancara para petani dapat
menjawab sejauh mana keberhasilan sistem kebun plasma dalam meningkatkan kemandirian petani di Kebun Bunut desa Berkah Jambi.
B. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan
mengambil refrensi, dokumen, makalah, jurnal, serta bahan dari situs internet yang dianggap revelan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
58
tentunya yang berkaitan dengan fungsi kebun inti-plasma dalam pengembangan kemandirian petani.
3.3.4 Instrumen dan Aspek Pengukuran
A. Instrumen Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa
kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan tentang sistem kebun plasma terhadap kemandirian petani. Bagaimana
kemandirian petani setelah diberi pelatihan dan pembinaan, apakah mempengaruhi kemandirian mereka.
B. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dari penelitian didasarkan dari jawaban responden
terhadap pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan skor. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari 56 pertanyaan untuk petani plasma yang diberikan kebun
kelapa sawit plasma serta pelatihan dan pembinaan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemandirian petani. Pengukuran dilakukan menggunakan
instrumen yaitu dengan skala linkert dan skala ordinal. Skala Linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Skala ordinal yaitu jenis skala yang menunjukkan tingkatan-tingkatan tertentu, dengan ketentuan :
1. Sangat Setuju SS
: berpoin 5 2.
Setuju S : berpoin 4
3. Ragu-ragu R
: berpoin 3 4.
Tidak Setuju TS : berpoin 2
5. Sangat Tidak Setuju STS
: berpoin 1
Universitas Sumatera Utara
59
3.3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif peneliti dapat mengumpulkan data dari hasil kuesioner yang bersifat tak langsung terbuka. Data tersebut semua umumnya
masih dalam bentuk hasil penelitian langsung, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang diperoleh dari kepustakaan juga terlebih
dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokan menjadi satuan yang dikelola kemudian
dapat dilakukan interpretasi data mengaju pada tinjuan pustaka Faisal, 2007:275. Disini peneliti akan mengelompokan data-data yang diperoleh dilapangan
berdasarkan program yang diberikan dalam sistem kebun plasma dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemandirian petani, dari hasil penyebaran kuesioner yang
selanjutnya akan dipelajari, ditelaah dan di analisis secara deskriptif secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.
A. Pengolahan Proses pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai
berikut: 1.
Pengeditan Data Editing Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang
telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan
pengisian. 2.
Pengkodean Data Coding Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat pemasukan data, yaitu
Universitas Sumatera Utara
60
dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner
3. Pemasukkan Data Entry
Tahapan ini dilakukan dengan cara menghitung data secara statistik untuk diolah dan dianalisis menggunakan SPSS.
4. Pengecekan Data Cleaning
adalah pengecekan data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.
B. Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan dipresentasikan Singarimbun, 1995 : 263. Untuk menganalisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis tabel tunggal
dan analisis korelasional. 1. Analisis Tabel tunggal
Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori.
Singarimbun, 1995:266. 2. Analisis Korelasi
Analisa data statistik dengan menggunakan program SPSS 20.0 dengan melakukan analisis antara variabel-variabel sehingga dapat diketahui hubungan
antara sistem kebun plasma dalam pengembangan kemandirian petani kelapa
Universitas Sumatera Utara
61
sawit. Analisis korelasi yang digunakan adalah korelasi tata jenjang dari Spearman.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua variabel yang datanya berupa jenjang atau ranking Suharsimi, 2005:328.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat
Pada awalnya pembangunan kebun Plasma unit X desa Berkah di Sungai Bahar didasari oleh Surat Menteri Pertanian Nomor : 918MentanXI1981
tanggal 25 November 1981 serta Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK.I Jambi Nomor 274 tahun 1983, tentang pengadaan lahan eks HPH seluas 50.000 Ha yang
berlokasi di Desa Markanding dan Tanjung Lebar dimana PTP IV Gunung Pamela yang berkantor pusat di Tebing Tinggi Deli Medan ditunjuk sebagai
Pelaksanan Proyek Pembangunan Kebun Kelapa Sawit dengan pola PIR-SUS dan PIR-TRANS, maka pada tahun anggaran 19821983 dibangunlah beberapa Kebun
dengan Budi Daya Kelapa Sawit yang terdiri dari Kebun Inti dan Plasma yang mulai berproduksi tahun 1987.
Seiring perjalanan waktu saat ini Sungai Bahar telah mengalami pemekaran wilayah menjadi 3 tiga kecamatan yaitu kecamatan Bahar tengan,
Bahar Utara dan Bahar Selatan dan Unit X Desa Berkah merupakan salah satu desa di kecamatan Bahar Tengah kabupaten Muara Jambi propinsi jambi dengan
jarak+- 50 km dari pusat kota propinsi Jambi. Luas lahan kebun plasma Unit X di Sungai Bahar Kebun Bunut Jambi
seluas 842 Ha pada tahun 19861987. Curah hujan yang ada di Kebun Bunut Unit X jambi yaitu 2.227mmtahun rata-rata tahun 2009-2014 dan jenis tanah
Psammentic Pleudults podzolik kuning dan Typic Paleudults podzolik kuning.
Universitas Sumatera Utara
63
Asal petani yang berada di Unit X berasal dari transmigrasi pulau jawa dan penduduk lokal. Masing-masing petani yang terdaftar sebagai petani plasma
mendapat luas lahan pokok 2 Ha per kepala keluarga dan lahan pangan dan perumahan 0,5 Ha per kepala keluarga.
Setiap pembangunan yang dilakukan pemerintah pastinya mempunyai tujuan untuk kesejahteraan seluruh rakyat dan menghapuskan kesenjangan sosial.
Sehingga diharapkan masyarakat mampu secara mandiri dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada pun tujuan pembangunan Kebun Plasma Unit X
Sungai Bahar Jambi adalah: 1.
Sebagai sumber devisa Negara 2.
Memperluas lapangan kerja 3.
Menambah pendapatan masyarakat dan petani 4.
Meningkatkan produktifitas lahan
4.1.2 Kondisi dan Letak Geografis
Timur : berbatasan dengan Desa Nyogan Selatan : berbatasan dengan Jenang Unit III
Barat : berbatasan dengan Desa Marga Mulya Unit II Utara : berbatasan dengan Unit Usaha Bunut Inti
Universitas Sumatera Utara
64
4.1.3 Peta Kebun Plasma Unit X Kebun Bunut Sungai Bahar Jambi
Unit X
Universitas Sumatera Utara
65
4.1.4 Penduduk Kebun Bunut Jambi
Berdasarkan data statistik PTPN VI Jambi, Penduduk yang menempati Desa Kebun Bunut Sungai Bahar Jambi berdasarkan pendataan berjumlah 1711
jiwa yang terdiri dari 411 kepala keluarga dan 16 kelompok tani.
4.1.5 Jumlah GenderJenis Kelamin Desa Kebun Bunut Jambi
Jumlah penduduk di Desa Kebun Bunut jambi sebanyak 1711 jiwa yang terdiri atas 879 laki-laki dan 832 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 411 kepala keluarga. Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Frekuensi Persentasi
1 Laki-laki
879 51.3
2 Perempuan
832 48.7
Jumlah 1711
100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
4.1.6 Jenis Pekerjaan Desa Kebun Bunut Jambi
Masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi umunya berprofesi sebagai petani yang sudah menggunakan teknologi dalam sistem pertaniannya. Untuk
meningkatkan hasil produksi tanaman petani telah membentuk kelompok tani sehingga petani bisa terlepas dari tengkulak. Selain itu petani masyarakat Desa
Kebun Bunut Jambi ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil seperti guru, bidan dan sekdes dan juga wiraswasta seperti bengkel, supir dan serabutan.
Universitas Sumatera Utara
66
Keadaan penduduk Desa Kebun Bunut Jambi menurut mata pencaharian atau pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Kebun Bunut Jambi Berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 PetaniPekebun
Sawit 372 KK
2 Pegawai Negeri
Sipil -
2.1 Guru
18 KK 2.2
Bidan dan Sekdes
1 Jiwa
2.3 Sekdes
1 KK 3
Wiraswasta -
3.1 Bengkel
4KK 3.2
Supir 7KK
3.3 Serabutan
9KK Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
4.1.7 Tingkat Pendidikan Desa Kebun Bunut Jambi
Sebahagian besar penduduk Desa Kebun Bunut Jambi memilki latar belakang pendidikan SMP dan SMA, sangat sedikit yang melanjutkan pendidikan
ke tingkat yang lebih tinggi atau perguruan tinggi dikarenakan kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan untuk kehidupan lebih baik.
Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjadi petani setelah tamat dari SMP
Universitas Sumatera Utara
67
dan SMA. Selain itu jauhnya sekolah SMA yang berada diluar desa merupakan hambatan bagi masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi. Rendahnya kesadaran
penduduk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Frekuensi Persentasi
1 Sarjana S1
17 0.99
2 Diploma D3
19 1.11
3 SLTA Sederajat
189 11.04
4 SMP Sederajat
457 26.7
5 SD Sederajat
976 57.04
6 PAUD
53 3.09
Jumlah 1711
100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
4.1.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Desa Kebun Bunut Jambi
Sebahagian besar masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi menganut agama islam, sarana untuk melaksanakan peribadatan di Desa Kebun Bunut ini antara
lain terdapat Masjid 2 unit dan Mushalla sebanyak 17 unit, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik ditandai dengan adanya Majelis Ta’lim dan
Remaja Masjid. Selain agama islam ada juga penduduk yang memeluk agama Katholik dan Kristen Protestan yang hidup berdampingan dengan damai. Berikut
tabel Desa Kebun Bunut Jambi berdasarkan agama:
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 4. Desa Kebun Bunut Jambi Berdsarkan Agama
No Pemeluk Agama
Frekuensi Persentasi
1 Islam
1,687 98.5
2 Katholik
15 0.87
3 Kristen Protestan
9 0.52
Jumlah 1711
100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
4.1.9 Jenis Suku Desa Kebun Bunut Jambi
Mayoritas penduduk Desa Kebun Bunut Jambi adalah suku Jawa dengan adat istiadatnya. Selain itu suku seperti Batak, Melayu dan lainnya menempati
desa ini. Walaupun berbeda-beda hubungan antar suku di Desa Kebun Bunut Jambi cukup harmonis. Berikut tabel penduduk berdasarkan jenis suku:
Tabel 5. Penduduk Desa Kebun Bunut Jambi Berdasarkan Jenis Suku
No Jenis Suku
Frekuensi Persentasi
1 Jawa
1,240 72.4
2 Batak
70 4.09
3 Madura
25 1.46
4 Padang
5 0.29
5 Melayu
348 20.3
6 Aceh
8 0.46
7 SAD
8 0.46
8 Banjar
7 0.40
Jumlah 1711
100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
Universitas Sumatera Utara
69
4.1.10 Sarana Bangunan Kebun Bunut Jambi
Sarana umum di Desa Kebun Bunut Jambi sudah mulai lengkap dan perkembangan desa sendiri cukup berkembang pesat. Berikut sarana-sarana yang
ada di Desa Kebun Bunut Jambi:
Tabel 6. Sarana Umum di Desa Kebun Bunut Jambi
Bangunan Unit
Masjid 2
Mushalla 17
SMP Sederajat 1
SD 2
PAUD 1
Kantor Desa 1
Kantor KUD 1
Mini Market 1
Puskesmas Pembantu 1
Sanggar Kesenian 1
Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
4.1.11 Kelompok Tani
Terdapat 16 kelompok tani yang terdiri dari 406 kepala keluarga yang ada di Desa Kebun Bunut Unit X Jambi, dan masing-masing kelompok menghasilkan
produksi kebun plasma yang berbeda. Berikut nama-nama kelompok tani yang ada di Desa Kebun Bunut Unit X Jambi:
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 7. Kelompok Tani Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi
NO NAMA
KELOMPOK JUMLAH
KK LUAS HA
PRODUKSI PLASMA
PLASMA 1
Kel.Gawe Rejo 20
40 756,284
2 Kel.Sido
Mulyo.1 25
50 840,744
3 Kel.Sidomulyo.2
10 20
356,330 4
Kel.Handayani 23
46 751,556
5 Kel.Marga Jaya
23 46
755,852 6
Kel.Sumber Rezeki
26 52
834,832 7
Kel.Karya Mukti 25
50 738,222
8 Kel.Mekar jaya
28 56
890,231 9
Kel.Tri Mulya 24
48 824,794
10 Kel.Rahayu
30 60
960,423 11
Kel.Jaya Makmur
32 68
1,092,067 12
Kel.Sumber Agung
26 56
903,529 13
Kel.Sumber Jaya 24
48 811,034
14 Kel.Jadi Mulya
29 62
1,122,506 15
Kel.Harapan Sejati
23 50
871,850 16
Kel.Pelita Jaya 38
90 1,365,141
Jumlah 406
842 13,875,395
Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014
Universitas Sumatera Utara
71
4.2 Analisis Data
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket kuesioner kepada petani
plasma binaan PT Perkebunan Nusantara VI yang telah ditetapkan sebagai responden sebanyak 52 orang responden dan di bagi menjadi 26 orang tingkat SD
dan SMP dan 26 orang Tingkat SMA dan S1. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian
tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan.
Adapun data-data yang dianalisa pada bab ini adalah sebagai berikut :
4.2.1 Indentitas Responden 4.2.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kategori
Frekuensi Persentasi
1 Laki-laki
52 Orang 100
2 Perempuan
0 Orang Jumlah
52 Orang 100
Sumber Questioner, November 2014 Responden petani plasma seluruhnya adalah laki-laki, ini dikarenakan
mayoritas petani plasma adalah laki-laki. Kebun plasma diberikan perkepala keluarga sebesar 2 Ha per kepala keluarga. Ditambah lagi pekerjaan sebagai
petani sawit merupakan pekerjaan berat, mulai dari memupuk hingga memanen buah sawit yang beratnya mencapai 30 kg per tandan, jadi pekerjaan banyak di
dominasi kaum laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
72
Dari data yang ada di PTPN VI Jambi, Kebun Bunut Unit X pemilik lahan plasma adalah seluruhnya laki-laki. Desa ini juga termasuk plasma yang paling
berhasil, sehingga banyak petani yang mandiri perekonomiannya. Selain mengelola kebun plasma, banyak petani yang membuka usaha lain seperti
bengkel, kedai,grosir dan warung makan.
4.2.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Usia
No Umur
Frekuensi Persentase
1 29-34 tahun
8 15,38
2 35-40 tahun
9 17,30
3 41-46 tahun
10 19,23
4 47-51 tahun
9 17,30
5 52-56 tahun
13 25
6 57-62 tahun
2 3,84
7 63-68 tahun
1 1,92
Jumlah 52
100 Sumber Questioner, November 2014
Responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah petani plasma Kebun Bunut Unit X yang menjadi binaan PTPN VI Jambi dan terdaftar dan aktif
sebagai petani binaan. Dari tabel 9 terlihat bahwa usia petani yang menjadi responden 29-68 tahun. Adapun berdasarkan data diatas bahwa responden
kebanyakan responden berusia antara 41-56 tahun.
Universitas Sumatera Utara
73
4.2.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persentase
1 Tamat SD
18 34,61
2 Tamat SMP
8 15,38
3 Tamat SMA
24 46,15
4 Tamat D3
- -
5 Tamat S1
2 3,84
Jumlah 52
100 Sumber Questioner, November 2014
Dari data tabel 10 dapat dilihat bahwa kebanyakan petani plasma Kebun Bunut Unit X PTPN VI Jambi memiliki pendidikan rendah, dimana yang tamat
SD sebanyak 18 orang dan SMP sebanyak 8 orang, SMA sebanyak 24 orang. Untuk perguruan tinggi hanya 2 orang. Kebanyakan petani tidak mau melanjutkan
sekolah dikarenakan mereka lebih memilih untuk mengurus kebun plasma atau menjadi buruh panen di kebun lain, dikarenakan mereka merasa telah mampu
untuk mendapatkan uang sendiri tanpa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi untuk saat ini petani sudah banyak menyekolahkan anaknnya ke
jenjang yang lebih tinggi.
4.2.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan masyarakat di Kebun Bunut Unit X PTPN VI Jambi mayoritas sebagai petani. Ada juga petani yang membuka usaha lain disamping mengelola
kebun plasma, seperti membuka warung makan, kedai dan bengkel. Sebagian petani yang sudah berhasil dan memiliki penghasilan lebih ada yang
Universitas Sumatera Utara
74
mengupahkan orang untuk mengelola ladangnya. Petani yang berhasil ada juga yang sudah membeli lahan baru.
4.3 Tanggapan Responden Tentang Sistem Kebun Plasma Dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kelapa Sawit
Tanggapan responden tentang sistem kebun plasma dalam meningkatkan kemampuan petani dikategorikan menjadi Sembilan, yang terdiri dari manajemen,
permodalan, pembinaan dan pengembangan SDM, teknologi, pemasaran, kemandirian teknis, kemandirian sosial budaya, kemandirian keuangan dan
kemandirian kelompok. Kesembilan hal tersebut diukur berdasarkan bagaimana pelaksanaan sistem kebun plasma kepada petani apakah tinggi, sedang atau
rendah. Dalam pengukuran tersebut yang dimaksud yaitu bagaimana pembinaan yang dilakukan perusahaan kepada petani mulai dari memanajemen petani,
bagaimana modal yang telah diberikan kepada petani, bagaimana pembinaan dan pengembangan yang telah dilakukan perusahaan kepada petani, pelatihan
teknologi dan penerapannya dan bagaimana pemasaran hasilnya. Untuk dari petani akan dilihat bagaimana kemandirian petani setelah diberi pembinaan dan
pelatihan oleh perusahaan, mulai dari kemandirian teknis, kemandirian sosial dan budaya, kemandirian keuangan dan kemandirian kelompok. Konsep tinggi, sedang
atau rendah yang dimaksud dalam tabel-tabel dibawah ini adalah diukur berdasarkan banyak dan sedikitnya tanggapan responden yang bersifat positif
terhadap kegiatan pelatihan tersebut, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
75
4.3.1 Tanggapan Responden Tentang Sistem Kebun Plasma Dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kelapa Sawit di Tingkat SD dan
SMP Tabel 11. Data Responden Berdasarkan Manajemen Sistem Kebun Plasma
No Kategori Manajemen Sistem
Kebun Plasma Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
5 19.2
2 Sedang
21 80.8
3 Tinggi
- -
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Pada tabel 11 dapat dilihat sebanyak 19.2 menyatakan manajemen yang
dilakukan PTPN VI Jambi dalam sistem kebun plasma kepada petani dikategorikan rendah dan 80.8 reposponden menyatakan manajemen yang
dilakukan perusahaan kepada petani dalam kategori sedang. Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa manajemen yang dilakukan perusahaan PTPN VI Jambi kepada
petani plasma sudah cukup baik. Manajemen yang dilakukan perusahaan kepada petani mulai dari tata cara mengelola kebun plasma hingga membantu petani
dalam menyusun kelayakan dan standar operasional sudah berjalan cukup baik.
Tabel 12. Data Responden Berdasarkan Permodalan Sistem Kebun Plasma
No Kategori Permodalan Sistem
Kebun Plasma Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
7 26.9
2 Sedang
15 57.7
Universitas Sumatera Utara
76
3 Tinggi
4 15.4
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Dari tabel 12 dapat dilihat sebanyak 26.9 responden menyatkan bahwa
permodalan yang diberikan perusahaan PTPN VI Jambi kepada petani dikategorikan rendah. Perusahaan memberikan akses permodalan mulai dari
memberikan informasi sumber-sumber kredit dan akses informasi kepada petani. Sebanyak 57.7 jawaban responden dikategorikan sedang dan sebanyak 15.4
responden menyatakan permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani tinggi.
Tabel 13. Data Responden Berdasarkan Pembinaan dan Pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma
No Kategori Pembinaan dan
pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
5 19.2
2 Sedang
17 65.4
3 Tinggi
4 15.4
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Sistem kebun plasma tentunya tidak terlepas dari bagaimana pembinaan
dan pengembangan SDM terhadap petani, diberikannya pelatihan kepada petani mulai dari cara penanaman, perawatan dan standar operasional. Pada tabel 13
dapat dilihat sebanyak 19.2 jawaban responden dikategorikan rendah dan
Universitas Sumatera Utara
77
sebanyak 65.4 jawaban responden dikategorikan sedang dengan pelatihan dan pembinaan yang diberikan perusahaan kepada petani. Sebanyak 15.4 jawaban
reaponden dikategorikan tinggi. Tabel 14. Data Responden Berdasarkan Teknologi Sistem Kebun Plasma
No Kategori Teknologi Sistem Kebun Plasma
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
6 23.1
2 Sedang
17 65.4
3 Tinggi
3 11.5
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Dalam hal pengelolaan kebun kelapa sawit pasti ada teknologi yang
digunakan untuk menunjang hasil produksi dan mutu tanaman, hal ini dilakukan perusahaan, dimana petani diberikan dan diajarkan untuk menggunakan teknologi
tepat guna sehingga hasil perkebunan plasma dapat maksimal dan petani dapat menerapkan teknologi yang diajarkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pada tabel 14 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden dikategorikan sedang, artinya
sebagian besar petani sudah mampu menggunakan dan menerapkan teknologi perkebunan yang diajarkan pihak perusahaan. Sebanyak 11.5 jawaban
responden dikategorikan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
78
Tabel 15. Data Responden Berdasarkan Pemasaran Sistem Kebun Plasma
No Kategori Pemasaran Sistem
Kebun Plasma Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
5 19.2
2 Sedang
18 69.2
3 Tinggi
3 11.5
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Perusahaan memberikan bantuan akses pasar kepada petani plasma agar
mempermudah petani dalam menjual hasil produksinya, mulai dari akses pasar, informasi pasar mengenai harga TBS, bibit dan pupuk hingga jaringan usaha
dengan pihak lain. pada tabel 15 dapat dilihat sebanyal 19.2 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 69.2 jawaban responden dikategorikan
sedang. Sebagian besar petani menjawab pemasaran yang diberikan kepada petani oleh perusahaan cukup baik. Sebanyak 11.5 reponden yang menyatakan bahwa
akses pasar yang diberikan perusahaan kepada petani sangat baik.
Tabel 16. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Teknis
No Kategori Kemandirian Teknis
Petani Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
8 30.8
2 Sedang
12 46.2
3 Tinggi
6 23.1
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014
Universitas Sumatera Utara
79
Pada awal diterapkannya sistem kebun plasma, petani diberikan pendidikan dan pelatihan oleh perusahaan PTPN VI Jambi agar nantinya petani
mampu mengelola kebun plasmanya sendiri. Petani juga diajarkan pelatihan teknis mulai dari menanam, memupuk dan merawat tanaman, tidak hanya itu
petani juga diajarkan cara menggunakan teknologi pertanian tepat guna. Dari tabel 16 dapat dilihat sebanyak 30.8 jawaban responden dikategorikan rendah dan
sebanyak 46.2 jawaban responden dikategorikan sedang. Sebagian besar petani cukup mampu dalam kemampuan teknisnya. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan keaktifan petani dalam belajar dan mengikuti pelatihan yang diberikan. Semakin tinggi motivasinya untuk berhasil maka semakin tinggi etos kerjanya
untuk mencapai hasil terbaik. Sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam kemampuan teknisnya.
Tabel 17. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Sosial Budaya Petani
No Kategori Kemandirian Sosial dan
Budaya Petani Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
3 11.5
2 Sedang
17 65.4
3 Tinggi
6 23.1
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Dengan adanya kebun plasma yang diberikan PTPN VI Jambi kepada
petani plasma di kebun Bunut Desa Berkah Unit X maka petani tergerak untuk bergotong royong dan membuat kelompok tani. Mereka saling membantu dalam
mengelola perkebunan kelapa sawit plasma mereka. Pada tabel 17 dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
80
sebanyak 11.5 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 65.4 di kategorikan sedang dan sebanyak 23.1 dikategorikan tinggi.
Tabel 18. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Keuangan Petani
No Kategori Kemandirian Keuangan
Petani Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
4 15.4
2 Sedang
17 65.4
3 Tinggi
5 19.2
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Adanya kebun plasma yang diberikan perusahaan kepada petani di kebun
Bunut Desa Berkah Unit X tentu melalui hasil kebun kelapa sawit plasma tersebut meningkatkan ekonomi petani, dengan adanya pendapatan tersebut meningkatkan
taraf hidup petani. Petani sudah mampu mengelola dan memanajemen keuangan mereka, bahkan bersama-sama melalui kelompok mereka dapat membentuk
koperasi. Dari tabel 18 dapat dilihat sebanyak 15.4 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden sedang dalam
kemandirian kelompok, sebanyak 19.2 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam kemandirian keuangan mereka.
Tabel 19. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Kelompok Petani
No Kategori Kemandirian Kelompok Petani
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
2 7.7
2 Sedang
20 76.9
Universitas Sumatera Utara
81
3 Tinggi
4 15.4
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Di dalam sistem kebun plasma perusahaan juga membantu petani dalam
pembentukan kelompok tani. Petani juga sadar akan perlunya sebuah kelompok tani agar mereka lebih mudah secara bersama-sama dalam mencapai tujuan
mereka di bidang perkebunan kelapa sawit. Dari tabel 19 dapat dilihat sebanyak 7.7 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 76.9 jawaban
responden dikategorikan sedang, dimana petani sudah mampu membentuk kelompok tani dan aktif berdiskusi dalam kelompok sehingga mereka dapat
mengatasi ketergantungan mereka dengan pihak lain. sebanyak 15.4 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam kemandirian kelompok.
4.3.2 Tanggapan Responden Tentang Sistem Kebun Plasma Dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kelapa Sawit di Tingkat SMA
Tabel 20. Data Responden Berdasarkan Manajemen Sistem Kebun Plasma
No Kategori Manajemen Sistem
Kebun Plasma Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
7 26.9
2 Sedang
14 53.8
3 Tinggi
5 19.2
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014
Universitas Sumatera Utara
82
Bagaimana manajemen yang dilakukan perusahaan PTPN VI Jambi dalam sistem kebun plasma yang diberikan kepada petani di Kebun Bunut Desa Berkah
Unit X. dari tabel 20 dapat dilihat sebanyak 26.9 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 53.8 jawaban responden di kategorikan
sedang. Sebanyak 19.2 jawaban responden yang di kategorikan tinggi, yang berarti manajemen yang diberikan oleh pihak perusahaan sudah baik.
Tabel 21. Data Responden Berdasarkan Permodalan Sistem Kebun Plasma
No Kategori Permodalan Sistem
Kebun Plasma Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
10 38.5
2 Sedang
10 38.5
3 Tinggi
6 23.1
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Sistem kebun plasma tentunya tidak terlepas tentang bagaimana pembinaa
dan pengembangan SDM terhadap petani, seperti diberikannya pelatihan kepada petani mulai dari cara penanaman, perawatan dan standar operasional. Dari tabel
21 dapat dilihat sebanyak 38.5 jawaban responden tergolong rendah dan sebanyak 38.5 jawaban responden dikategorikan sedang. Sebanyak 23.1
jawaban responden dikategorikan tinggi. Dari tabel dapat dilihat bahwa bantuan permodalan seperti informasi sumber-sumber kredit yang telah diberikan
perusahaan sudah baik. Namun sebagian petani masih ada yang belum mengerti bagaimana tata cara pengajuan permodalan, karena pihak perusahaan tidak secara
berkelanjutan memberikan pemahaman kepada petani.
Universitas Sumatera Utara
83
Tabel 22. Data Responden Berdasarkan Pembinaan dan Pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma
No Kategori Pembinaan dan
pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
6 23.1
2 Sedang
17 65.4
3 Tinggi
3 11.5
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Sistem kebun plasma tentunya tidak terlepas tentang bagaimana
pembinaan dan pengembangan SDM terhadap petani, seperti diberikannya pelatihan kepada petani mulai dari cara penanaman, perawatan dan standar
operasional. Dari tabel 22 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden tergolong rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden tergolong sedang,
sebanyak 11.5 jawaban responden tergolong tinggi. Terlihat bahwa pembinaan
dan pengembangan yang dilakukan perusahaan kepada petani sudah baik. Tabel 23. Data Responden Berdasarkan Teknologi Sistem Kebun Plasma
No Kategori Teknologi Sistem Kebun Plasma
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
6 23.1
2 Sedang
14 53.8
3 Tinggi
6 23.1
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014
Universitas Sumatera Utara
84
Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit plasma tentu ada teknologi yang digunakan untuk menunjang produksi dan mutu tanaman, hal ini juga yang
diberikan dan diajarkan pihak perushaan kepada petani, sehingga petani mengerti dan dapat menggunakan teknologi guna mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dari tabel 23 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 53.8 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak
23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi. Tabel 24. Data Responden Berdasarkan Pemasaran Sistem Kebun Plasma
No Kategori Pemasaran Sistem
Kebun Plasma Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
4 15.4
2 Sedang
21 80.8
3 Tinggi
1 3.8
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Perusahaan memberikan akses pasar kepada petani plasma agar
mempermudah petani dalam menjual hasil produksinya, mulai dari akses pasar, informasi pasar mengenai harga TBS, bibit dan pupuk hingga jaringan usaha
dengan pihak lain. dari tabel 24 dapat dilihat sebanyak 15.4 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 80.8 jawaban responden dikategorikan
sedang, sebanyak 3.8 jawaban responden dikategorikan tinggi. Artinya pemasaran yang dilakukan perusahaan kepada petani sudah baik.
Universitas Sumatera Utara
85
Tabel 25. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Teknis
No Kategori Kemandirian Teknis
Petani Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
6 23.1
2 Sedang
17 65.4
3 Tinggi
3 11.5
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Pada awal diterapkannya sistem kebun plasma, petani deiberikan
pendidikan dan pelatihan oleh PTPN VI Jambi agar nantinya petani mampu mengelola kebunnya sendiri. Petani diajarkan pelatihan teknis mulai dari
menanam, memupuk dan merawat tanaman hingga menggunakan teknologi tepat guna. Dari tabel 25 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden di
kategorikan rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak 11.5 jawaban responden di kategorikan tinggi.
Tabel 26. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Sosial Budaya Petani
No Kategori Kemandirian Sosial dan
Budaya Petani Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
4 15.4
2 Sedang
16 61.5
3 Tinggi
6 23.1
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014
Universitas Sumatera Utara
86
Dengan adanya kebun plasma yang diberikan PTPN VI Jambi kepada petani plasma di Kebun Bunut Desa Berkah Unit X maka petani tergerak untuk
bergotong royong dan membuat kelompok tani. Mereka saling membantu dalam mengelola perkebunan kelapa sawit mereka. Sebanyak 15.4 jawaban responden
di kategorikan rendah dan sebanyak 61.5 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam
membangun gotong royong.
Tabel 27. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Keuangan Petani
No Kategori Kemandirian Keuangan
Petani Frekuensi
Persentasi
1 Rendah
6 23.1
2 Sedang
15 57.7
3 Tinggi
5 19.2
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Adanya kebun plasma yang diberikan perusahaan kepada petani di kebun
Bunut Desa Berkah Unit X tentu melalui hasil kebun kelapa sawit plasma tersebut meningkatkan ekonomi petani, dengan adanya pendapatan tersebut meningkatkan
taraf hidup petani. Petani sudah mampu mengelola dan memanajemen keuangan mereka, bahkan bersama-sama melalui kelompok mereka dapat membentuk
koperasi. Dari tabel 27 dapat dilihatsebanyak 23.1 responden tergolong rendah dan sebanyak 57.7 jawaban responden tergolong sedang, sebanyak 19.2
jawaban responden tergolong tinggi. Petani sudah mampu memanajemen
Universitas Sumatera Utara
87
keuangan sendiri sera mereka sudah mampu membentuk koperasi untuk keperluan bersama.
Tabel 28. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Kelompok Petani
No Kategori Kemandirian Kelompok Petani
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
6 23.1
2 Sedang
16 61.5
3 Tinggi
4 15.4
4 Total
26 100
Sumber: Kuesioner, November 2014 Di dalam sistem kebun plasma perusahaan juga membantu petani dalam
pembentukan kelompok tani. Petani juga sadar akan perlunya sebuah kelompok tani agar mereka lebih mudah secara bersama-sama dalam mencapai tujuan
mereka di bidang perkebunan kelapa sawit. Dari tabel 28 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 61.5 jawaban
reponden di kategorikan sedang, sebanyak 15.4 jawaban responden di kategorikan tinggi. Artinya petani sudah mampu membentuk kelompok sendiri
dan aktif berdiskusi di dalam kelompok.
Universitas Sumatera Utara
88
4.4 Korelasi Variabel Sistem Kebun Plasma Dengan Variabel Kemandirian Petani Kelapa Sawit
Tabel 29. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan SDM X3 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SD dan SMP
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Sosial Budaya
Spearman’s rho Pembinaan dan
Pengembangan Correlation Coefficient
1000 .689
Sig. 2-tailed .
.000 N
26 26
Kemandirian Sosial dan
Budaya Correlation Coefficient
.689 1000
Sig. 2-tailed .000
. N
26 26
.Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed
Tabel 30. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan SDM X3 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SMA dan S1
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Sosial Budaya
Spearman’s rho Pembinaan dan
Pengembangan Correlation Coefficient
1.000 .678
Sig. 2-tailed .
.000 N
26 26
Kemandirian Sosial dan
Budaya Correlation Coefficient
.678 1.000
Sig. 2-tailed .000
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed
Dari tabel 29 dan 30 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara pembinaan dan pengembangan yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian
sosial budaya petani kebun plasma. Pihak perusahaan melakukan pelatihan dan
Universitas Sumatera Utara
89
pembinaan kepada petani guna pengembangan SDM dalam meningkatkan kemampuannya di bidang pertanian, dimana petani mampu meningkatkan
kemampuannya dalam penanaman dan perawatan tanaman. Dalam pengembangan SDM petani mampu membangun gotong royong sesama petani seperti
membentuk kelompok dan koperasi. Dalam kelompok, petani melakukan diskusi sesama petani dan berkonsultasi dengan pihak perusahaan untuk menyelesaikan
masalah yang diahadapi sesama petani, sehingga hal ini mempermudah petani untuk menyelesaikan masalah.
Pada konsep kemandirian petani, di mana petani diaharapkan mandiri secara sosial dan budaya, hendaknya petani di dorong untuk membentuk
kelompok tani yang kuat dan secara bersama-sama dapat bergotong royong dalam kebersamaan petani dan memotivasi serta merangsang petani untuk bercocok
tanam secara kebersamaan. Hal inilah yang sudah terwujud pada petani plasma kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi. Dimana mereka telah mampu secara
bersama-sama bergotong royong dalam pengelolaan kebun plasma. Dalam hal pembinaan dan pengembangan terjadi transformasi nilai kepada
petani, di mana dengan adanya kebun plasma dan petani dibina maka terbentuklah kemandirian sosial budaya yang berupa gotong royong dan pembentukan
kelompok tani yang sebelumnya tidak ada. Dengan adanya kerja sama antar sesama petani maka permasalahan mengenai kebun plasma dapat diatasi bersama.
Seperti yang di kemukakan oleh Alex Inkeles, di mana manusia tradisional berubah menjadi manusia modern karena bekerja pada lembaga-lembaga kerja
modern, seperti misalnya pabrik-pabrik. Hal ini yang terjadi pada petani plasma, di mana petani sebelumnya tidak mengetahui cara mengelola kebun plasma dan
Universitas Sumatera Utara
90
belum pernah terjun dalam lembaga kerja, maka petani masuk pada lembaga- lembaga kerja yang harus memenuhi target dan petani mulai membentuk
kelompok tani secara bersama-sama dapat mengelola kebun plasma untuk mencapai target tersebut.
Tabel 31. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan X3 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SD dan SMP
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Pembinaan dan Pengembangan
Correlation Coefficient 1.000
.712 Sig. 2-tailed
. 000
N 26
26 Kemandirian
Kelompok Correlation Coefficient
.712 1000
Sig. 2-tailed .000
. N
26 26
.Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Tabel 32. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan X3 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SMA dan S1
Pembinaan dan
Pengembangan Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Pembinaan dan
Pengembanga n
Correlation Coefficient 1.000
.620 Sig. 2-tailed
. .001
N 26
26 Kemandirian
Kelompok Correlation Coefficient
.620 1.000
Sig. 2-tailed .001
. N
26 26
.Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Dari tabel 31 dan 32 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara
pembinaan dan pengembangan yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian kelompok petani kebun plasma. Petani menilai pembinaan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
91
perusahaan bermanfaat, seperti petani dapat mengatasi ketergantungan dalam hal pengelolaan kebun plasma. Dengan adanya pembinaan dan pengembangan oleh
pihak perusahaan, perusahaan membantu petani dalam pembentukkan kelompok, sehingga petani bisa percaya diri dan kritis kesadaran tentang apa yang terjadi di
masyarakat, penyebab dan dampak terhadap masyarakat dan alam serta kebutuhan untuk bersatu. Melalui proses ini masyarakat dapat secara mandiri dan mampu
melepaskan ketergantungan mereka dari pihak lain. Dari hasil dilapangan, petani sudah dapat membentuk kelompok sendiri
dan aktif berdiskusi mengenai masalah perkebunan yang dihadapi anggota kelompok. Petani saling bertukar informasi baik antar sesama petani dan juga
berkonsultasi dengan perusahaan mengenai cara penanaman, perawatan dan standarisasi operasional.
Kemandirian kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi petani untuk melepaskan ketergantungan mereka pada pihak lain. Dengan adanya
kelompok tani, petani plasma dapat sadar, percaya diri dan secara bersama-sama bisa menyelesaikan masalah apa yang dihadapi oleh petani, sehingga mereka bisa
meningkatkan kemampuan mereka dan melepaskan diri dari ketergantungan. Hal inilah yang telah tercapai oleh petani plasma pada tingkat pendidikan SD, SMP,
SMA dan S1, mereka mampu untuk mengorganisasikan diri untuk membentuk kelompok tani.
Terjadinya transformasi sosial pada petani plasma, di mana pada awalnya petani tidak memiliki kelompok, namun sekarang berubah dan memiliki
kelompok tani. Petani sadar akan pentingnya bersatu untuk kepentingan mereka. Hal inilah yang terjadi pada petani plasma di kebun Bununt Unit X Jambi
Universitas Sumatera Utara
92
Dengan mandiri petani secara kelompok, petani mampu mengambil keputusan sendiri dan di sini kelompok tani telah mampu melakukan pembagian
tugas di antara masing-masing pengurus yang ada, di dalam kelompok terdapat pengurus pada tiap-tiap bidang yang telah di bagi dengan jelas. Kelompok tani
juga telah mampu mengelola dan memanfaatkan seumber daya alam maupun yang ada dilingkungan. Mulai dari penentuan dan pengelolaannya yang menjadi pilihan
kelompok tani dan anggotanya melalui musyawarah dan demokratis.
Tabel 33. Korelasi Teknologi X4 dengan Kemandirian Teknis Y1 Tingkat SD dan SMP
Teknologi Kemandirian
Teknis Spearman’s rho
Teknologi Correlation Coefficient
1000 423
Sig. 2-tailed .
.032 N
26 26
Kemandirian Teknis
Correlation Coefficient .423
1000 Sig. 2-tailed
.032 .
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.05 level 2-tailed
Tabel 34. Korelasi Teknologi X4 dengan Kemandirian Teknis Y1 Tingkat SMA dan S1
Teknologi Kemandirian
Teknis Spearman’s rho
Teknologi Correlation Coefficient
1.000 .631
Sig. 2-tailed .
.001 N
26 26
Kemandirian Teknis
Correlation Coefficient .631
1.000 Sig. 2-tailed
.001 .
N 26
26 .Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Universitas Sumatera Utara
93
Produktivitas pertanian merupakan sumber bagi pertumbuhan di sektor pertanian. Adapun peningkatan produksi pertanian dapat dicapai dengan
peningkatan penggunaan teknologi pertanian sehingga memungkinkan tercapainya peningkatan produksi dari faktor produksi yang tetap. Dengan
demikian pengembangan teknologi pertanian merupakan suatu langkah yang strategis bagi peningkatan produktivitas pertanian.
Dari tabel 33 dan 34 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara teknologi yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian teknis petani kebun plasma.
Perusahaan memberikan bantuan pengajaran kepada petani dalam mengelola kebun plasma mulai dari cara penanaman, pemeliharaan dan pemupukan tanaman.
Petani mampu menerapkan teknologi yang diajarkan oleh perusahaan dan mampu secara teknis dalam hal penanaman, pemupukan dan pemeliharaan tanaman.
Kemandirian teknis petani baik setelah mendapat pendidikan dan pelatihan oleh perusahaan sehingga petani mampu secara mandiri mengelola kebun plasma tanpa
didampingi pihak perusahaan. Petani dibina dan beri pengarahan bagaimana cara penerapan teknologi yang ada, sehingga petani benar-benar mampu dan mandiri
menerapkan teknologi yang telah diajarkan. Terjadinya difusi antara unsur-unsur perusahaan kepada patani melalui
proses pendidikan dan pelatihan. Petani dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam melaksanakan usahatani dengan mengembangkan
proses adopsi dan difusi teknologi pertanian yang sesuai dengan sumberdaya lokal di tingkat petani, sehingga dapat menunjang kemauan, pengetahuan dan
kemampuan petani. Di lapangan petani sudah mampu menggunakan teknologi
Universitas Sumatera Utara
94
yang diajarkan oleh pihak perusahaan. Selain itu petani juga sudah mampu membeli alat-alat teknologi yang diperlukan untuk mengelola kebun plasma.
Seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, faktor pendidikan dinilai mampu meningkatkan tingkat modernitas suatu kelompok masyarakat. selain itu
proses pendidikan informal dalam proses pendidikan akan mempercepat proses modernisasi. Seperti penggunaan teknologi, di mana petani diajarkan cara
penggunaan teknologi untuk pertanian, sehingga petani mampu untuk lebih modern dalam mengelola kebun plasma. Artinya petani sudah bisa menerima hal-
hal baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mereka dapat menjadi lebih modern.
Pembinaan petani plasma di Kebun Bunut Unit X tidak hanya dilakukan oleh pihak perusahaan saja tetapi juga dilakukan oleh pihak luar seperti dinas
pertanian, dimana petani di beri pendidikan informal melalui penyuluhan dan pengajaran khusus petani. Tidak hanya penggunaan teknologi tetapi petani juga di
dorong agar mampu mengelola permodalan, pemasaran dan pengelolaan tanaman. Perusahaan memberikan fasilitator yaitu pendamping untuk mengajarkan
pengelolaan kebun plasma kepada petani. Dalam penerapannya di lapangan petani dibiarkan mendominasi kegiatan pengelolaan kebun plasma. Pada awalanya
peranan pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan pelaksanaan kegiatan pada petani plasma
sendiri, sehingga petani mampu mengelola kebun plasma dan mandiri secara teknis dan terlepas dari ketergantungan.
Universitas Sumatera Utara
95
Tabel 35. Korelasi Pemasaran X5 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SD dan SMP
Pemasaran Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Pemasaran Correlation Coefficient
1000 .393
Sig. 2-tailed .
.047 N
26 26
Kemandirian Keuangan
Correlation Coefficient .393
1000 Sig. 2-tailed
.047 .
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.05 level 2-tailed
Tabel 36. Korelasi Pemasaran X5 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SMA dan S1
Pemasaran Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Pemasaran Correlation Coefficient
1000. .540
Sig. 2-tailed .
.004 N
26 26
Kemandirian Keuangan
Correlation Coefficient .540
1.000 Sig. 2-tailed
.004 .
N 26
26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Dari tabel 35 dan 36 dapat dilihat adanya korelasi yang signifikan antara sistem pemasaran yang dibantu kebun plasma terhadap kemandirian keuangan
petani plasma. Artinya perusahaan sering memberikan dan membantu akses pasar kepada petani kebun plasma, dimana perusahaan selalu memberikan bantuan
informasi pasar mengenai TBS, harga dan bibit. Dengan adanya bantuan dari perusahaan petani mampu mengembangkan jaringan usaha sesama petani dan
pihak-pihak lain. adanya jaringan usaha sesama petani, petani mampu membentuk
Universitas Sumatera Utara
96
koperasi sendiri dan petani juga mampu mengelola koperasi, dalam hal ini kemampuan petani sudah baik dalam memanajemen keuangan sendiri. Koperasi
yang dibentuk oleh petani mampu memenuhi kebutuhan petani dalam hal kebutuhan bahan baku petani seperti bibit dan pupuk.
Koperasi Unit Desa KUD adalah organisasi yang berbentuk sosial ekonomi dan merupakan wahana masyarakat pedesaan untuk mencapai harapan dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup, pada tataran sosial, ekonomi, dan budaya. Koperasi Unit Desa KUD merupakan lembaga ekonomi yang dapat membatu petani
dalam pengadaan sarana produksi pertanian, permodalan dan menjamin pemasaran produksi pertanian yang penyelenggaraannya berdasarkan sistem demokrasi dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka KUD adalah wahana para petani mencapai harapan agar dapat meningkatkan hasil
produksi pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup petani di pedesaan.
Potensi sumber daya manusia untuk mengelola koperasi. Koperasi Unit Desa yang penyelenggaraannya bersifat demokratis, dari petani, oleh petani dan
untuk petani tentunya memerlukan potensi sumberdaya manusia yang dapat mengelola KUD sesuai dengan sistem sosial dan ekonomi petani di pedesaan.
Pengelolaan KUD perlu diarahkan pada potensi sumberdaya lokal dan sistem usahatani yang ada di tingkat petani. Pola manajemen KUD ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kepedulian KUD terhadap kebutuhan petani dan tidak mengandalkan pola manajemen keuntungan yang tidak sesuai dengan kondisi
petani. Pada dimensi ini alangkah baiknya potensi SDM yang mengelola KUD perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
97
keuangan, pengelolaan potensi desa, dan pemahaman terhadap perilaku sosial ekonomi petani di pedesaan.
Dalam konsep kemandirian petani, petani telah mampu mandiri secara keuangan dimana petani mampu untuk membentuk koperasi sendiri dengan modal
dari petani sendiri, pengelolaannya dari petani sendiri dan manajemennya dari petani sendiri, sehingga dengan demikian petani bisa berbuat yang terbaik untuk
dirinya sendiri. Terlihat bahwa dengan adanya kebun plasma maka petani mendapatkan keuntungan dan dengan keuntungan tersebut maka petani mampu
memenuhi kebutuhan mereka, yang kemudian sesama petani mampu membentuk koperasi untuk kepentingan bersama.
Tabel 37. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SD dan SMP
Manajemen Kemandirian
Sosial dan Budaya
Spearman’s rho Manajemen
Correlation Coefficient 1.000
.138 Sig. 2-tailed
. 502
N 26
26 Kemandirian
Sosial dan Budaya
Correlation Coefficient .138
1000 Sig. 2-tailed
502 .
N 26
26
Dari tabel 37 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara manajemen dengan kemandirian sosial dan budaya petani pada petani plasma tingkat SD dan SMP
artinya petani pada tingkat pendidikan bawah kurang mampu memanajemen kebersamaan dan gotong royong antar sesama petani. Artinya terjadi disfungsi
seperti yang dikatakan Merton, dimana salah satu sistem ada yang tidak berjalan
Universitas Sumatera Utara
98
dengan baik sehingga menimbulkan gangguan dan efek pada sistem lain. artinya faktor pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam penerapan
manajemen yang diberikan perusahaan kepada petani. Pada tingkat SD dan SMP petani kurang mampu untuk menjalin hubungan antar sesama petani seperti
bergotong royong. Dalam konsep kemandirian petani, berarti pada tingkat pendidikan bawah
petani kurang sadar akan pentingnya kebutuhan untuk bersatu, di mana dengan bersatu petani dapat secara bersama-sama memenuhi kebutuhan mereka dan
dapat lebih kritis, percaya diri serta mandiri sehingga terlepas dari ketergantungan.
Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, di mana salah satu karakteristik manusia modern yaitu berorientasi ke masa depan daripada
masa lalu yang salah satunya adalah perencanaan dan pengorganisasian. Di mana petani diharapkan mampu untuk membentuk kerja sama dan gotong royong.
Tabel 38. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SMA dan S1
Manajemen Kemandirian
Sosial dan Budaya
Spearman’s rho Manajemen
Correlation Coefficient 1.000
.616 Sig. 2-tailed
. .001
N 26
26 Kemandirian
Sosial dan Budaya
Correlation Coefficient .616
1.000 Sig. 2-tailed
.001 .
N 26
26 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Universitas Sumatera Utara
99
Dari tabel 37 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara manajemen terhadap kemandirian sosial dan budaya petani plasma. Perusahaan memberikan
bantuan manajemen kepada petani untuk mengelola kebun plasma. Perusahaan membantu petani mulai dari penyusunan studi kelayakan, permodalan hingga tata
cara mengelola perkebunan plasma. Perusahaan membantu petani dalam pembentukan organisasi atau kelompok tani. Dalam hal ini antara sesama petani
dapat membentuk sebuah kelompok, di mana di dalam kelompok petani dapat berdiskusi, berkonsultasi dan bergotong royong mengenai perkebunan yang
mereka kelola. Dapat dilihat bahwa adanya korelasi yang jelas antara manajemen yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian sosial budaya petani.
Pada tingkat pendidikan SMA dan S1 petani mampu bergotong royong dan membentuk kelompok sendiri, sehingga petani mandiri dalam pengelolaan
kebun plasma mereka. Pada konsep kemandirian petani, dimana kemandirian sosial budaya terlihat dari kebersamaan petani dan saling memotivasi serta
merangsang petani untuk bercocok tanam secara kebersamaan. Artinya petani pada tingkat menengah atas telah memiliki perencanaan dan
pengoraganisasian diri seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles. Terlihat pada tingkat pendidikan menegah atas telah mampu untuk bekerjasama dan bergotong
royong untuk mewujudkan kemandirian sosial dan budaya.
Tabel 39. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SD dan SMP
Manajemen Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Manajemen Correlation Coefficient
1.000 .109
Sig. 2-tailed .
.597 N
26 26
Universitas Sumatera Utara
100
Kemandirian Kelompok
Correlation Coefficient .109
.1000 Sig. 2-tailed
.597 .
N 26
26
Dari tabel 39 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara manajemen dengan kemandirian kelompok pada tingkat SD dan SMP. Artinya pada tingkatan bawah
petani kurang mampu memanajemen untuk membentuk kelompok sendiri. Artinya terjadi disfungsi seperti pada teori Merton jika susatu sistem tidak
berjalan dengan semestinya maka akan menimbulkan suatu yang negatif hal ini yang disebut disfungsional mempercepat kehancuran. Hal ini yang terjadi pada
petani plasma di tingkat pendidikan SD dan SMP, dimana mereka tidak mampu mandiri secara kelompok, sehingga perlu dibina secara terus menerus oleh pihak
perusahaan baik melalui pendidikan atau pun dampingan. Pada teori Alex Inkeles, menyatakan bagaimanapun juga, manusia bisa
diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tak ada manusia yang tetap menjadi manusia tradisional dalam pandangan dan
kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional”. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang
bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai usia dewasa. Hal inilah yang perlu dilakukan pihak perusahaan kepada petani, dimana
petani harus dibina dan diberikan pendidikan secara terus menerus agar petani mampu mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan.
kemandirian manajemen kemampuan membuat perencanaan, melaksanakan yang sesuai rencana, mengevaluasi, dan menerapkan prinsip
efisiensi dalam beragribisnis, kemandirian sosial kemampuan berintraksi sosial
Universitas Sumatera Utara
101
dan menjalin kerjasama saling menguntungkan sesama petani, antarkelompok tani, dan dengan kelembagaan agribisnis lainnya, dan kemandirian
pengembangan diri kemampuan memanfaatkan informasi, media, tenaga penyuluh, dan pelatihan serta kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain
termasuk kategori “rendah”. Hal inilah yang harus lebih diperhatikan pada petani yang berpindidikan rendah sehingga petani bisa lebih paham dan mampu untuk
memanajemen diri dan dapat beroganisasi.
Tabel 40. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SMA dan S1
Manajemen Kemandirian
Kelompok Spearman’s rho
Manajemen Correlation Coefficient
1.000 .621
Sig. 2-tailed .
.001 N
26 26
Kemandirian Kelompok
Correlation Coefficient .621
1.000 Sig. 2-tailed
.001 .
N 26
26 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Dari tabel 40 diatas dapat dilihat korelasi yang signifikan antara
manajemen terhadap kemandirian kelompok. Dalam manajemen yang diberikan oleh perusahaan, perusahaan tidak hanya sekedar membantu petani dalam
permodalan dan tata cara mengelola kebun plasma sesuai dengan standar operasional, tetapi perusahaan juga membantu petani dalam pembentukan
organisasi atau kelompok tani. Telihat dari hal ini sangat berkorelasi terhadap kemandirian kelompok tani, dimana petani telah mampu membentuk sebuah
kelompok tani, di dalam kelompok itu petani aktif berdiskusi dan bertukar informasi antar sesama kelompok tani. Petani juga berkonsultasi dengan
Universitas Sumatera Utara
102
perusahaan dan juga mengembangkan jaringan dengan pihak-pihak lain guna mempermudah petani dalam menyelasaikan masalah yang dihadapi dalam
mengelola perkebunan mereka. Artinya manajemen yang diberikan perusahaan kepada petani plasma pada
tingkat SMA dan S1 telah mampu membentuk kelompok tani secara mandiri, dimana mereka mampu untuk mengorganisasikan diri untuk membentuk
komunitas, mereka sadar akan pentingnya sebuah kelompok dalam pengelolaan perkebunan mereka, sehingga mereka dapat melepaskan ketergantungan mereka
dari pihak lain. Seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles bahwa manusia modern
memiliki karakteristik menerima hal-hal baru, berorientasi pada masa depan daripada masa lalu, lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki
perencanaan dan pengorganisasian. Artinya petani pada tingkat menengah atas telah mampu memanajemen diri dan sadar akan pentingnya sebuah kelompok,
dengan itu petani membantuk sebuah kelompok, artinya petani telah memiliki kesadaran dan percaya diri akan pentingnya untuk bersatu, sehingga petani dapat
melepaskan diri dari pihak lain. di dalam kelompok itu petani dapat berdiskusi dan berkonsultasi tentang masalah apa yang dihadapi dan bagaimana cara
penanganannya. Dengan ini petani dapat berkembang dan produktif sehingga menjadi modern dan terwujudnya kemandirian kelompok.
Transformasi nilai yang terjadi antara nilai pengajaran dan dampaknya kepada petani, di mana petani yang sebelumnya tidak ada kelompok tani, melalui
pendidikan dan pengalaman yang di dapat, petani sadar akan pentingnya bersatu,
Universitas Sumatera Utara
103
maka petani membentuk kelompok tani dan mampu melepaskan diri dari ketergantungan.
Tabel 41. Korelasi Permodalan X2 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SD dan SMP
Permodalan Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Permodalan Correlation Coefficient
1000 .057
Sig. 2-tailed .
783 N
26 26
Kemandirian Keuangan
Correlation Coefficient .057
1.000 Sig. 2-tailed
783 .
N 26
26
Tabel 42. Korelasi Permodalan X2 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SMA dan S1
Permodalan Kemandirian
Keuangan Spearman’s rho
Permodalan Correlation Coefficient
1.000 .138
Sig. 2-tailed .113
N 26
26 Kemandirian
Keuangan Correlation Coefficient
.318 1.000
Sig. 2-tailed .113
N 26
26
Dari tabel 41 dan 42 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani plasma di tingkat SD dan SMP. Artinya
pada tingkat pendidikan bawah, petani kurang mampu untuk mengelola modal yang diberikan oleh pihak perusahaan. Selain itu perusahaan yang kadang-kadang
Universitas Sumatera Utara
104
hanya memberikan tata cara peminjaman modal tanpa di damping membuat petani kurang paham.
Hal ini banyak yang menyebabkan petani menjual lahannya karena lebih tergiur untuk menjual lahan plasmanya, tetapi pada akhirnya kembali menjadi
tidak berdaya dan menjadi buruh karena tidak mampu mengelola keuangan mereka.
Dalam konsep kemandirian petani, kegagalan petani dalam kemandirian keuangan, dimana petani tidak mampu dalam pengelolaan modal karena
pemerintah atau pun pihak perusahaan tidak memanajemen keuangan petani secara berkelanjutan. Padahal manajemen keuangan petani sangat penting untuk
ditindaklanjuti demi kesejahteraan dan kemakmuran petani. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini yang dibantu dengan penyuluh pertanian diharapkan
mendorong petani untuk membuat koperasi sendiri dengan modal dari petani sendiri, pengelolaannya dari petani sendiri dan manajemennya dari petani sendiri
dengan demikian petani bisa buat yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Robert K Merton, dimana suatu institusi dalam hal ini perusahaan PTPN VI jambi merupakan suatu sistem yang terdiri atas
bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa
perubahan pula terhadap bagian lain. seperti pada permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani plasma baik berupa lahan atau pun lainnya, dimana
tidak adanya korelasi pada hal ini dengan kemandirian keuangan petani. Artinya disini terjadi disfungsi, hal ini yang membuat sistem tidak berjalan semestinya dan
Universitas Sumatera Utara
105
berakibat negatif pada bagaian lain. hal ini berdampak dimana petani tidak mampu dalam pengeloaan modal, dimana banyak petani yang menjual lahan
plasmanya dan kemudian tidak dapat mengelola keuangan tersebut dengan baik.
4.5 Pembahasan