Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Korelasi Variabel Sistem Kebun Plasma Dengan Variabel Kemandirian Petani Kelapa Sawit

54

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kuantitatif digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu, meneliti tindakan dan bersifat mengukur atau memperkirakan, mengadakan evaluasi yang dilakukan kepada sejumlah individu. Survey dalam penelitian ini berupa deskriptif merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu masalah penelitian yang intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Pada tipe penelitian ini, seorang atau suatu kelompok yang diteliti, permasalahannya ditelaah secara komperhensif mendetail dan mendalam. Berbagai variabel di telaah dan ditelusuri, termasuk juga kemungkinan hubungan antara variabel yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kebun Bunut desa Berkah Sungai Bahar Jambi. Alasan peneliti lokasi ini karena di daerah ini merupakan kebun plasma aktif yang dikelola PTPN VI Jambi yang menjadi sumber pendapatan petani binaan PTPN VI Jambi. Terlebih lagi peneliti mempunyai akses untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih akurat. Universitas Sumatera Utara 55 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Menurut Burhan Bungin populasi penelitian merupakan keseluruhan universum dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan, udara, segala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian Bungin, 2009. Populasi penelitian ini adalah seluruh petani plasma yaitu sebanyak 406 Kepala Keluarga yang ada di Kebun Bunut desa Berkah Jambi.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya, merupakan wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representase dari seluruh populasi sehingga kesimpulan berlaku bagi keseluruhan populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik cluster random sampling. Teknik ini digunakan apabila populasinya menunjukan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang ada Sanafiah,2007:36. Untuk itu peneliti memilih sampel dari petani kebun plasma sebanyak 406 kepala keluarga, menggunakan rumus dari Taro Yamane, maka sampelnya : Rumus Perhitungan Sampel: Keterangan: n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi d = Nilai presisi 10 0,1 dengan tingkat kepercayaan 90 Universitas Sumatera Utara 56 Pada lokasi penelitian di Kebun Bunut PTPN VI Jambi, petani plasma sebanyak 406 kepala keluarga. Jadi sampel yang diambil adalah: 1. Petani plasma: ,23 n = 80 Penelitian ini menggunakan korelasi dari Spearman, korelasi ini efektif bila sampel tidak lebih dari 30 responden. Maka dari 80 sampel yang di dapat dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu SMA dan S1 sebanyak 26 orang dan untuk tingkat SD dan SMP sebannyak 54 Orang, untuk itu dilakukan pemilihan sampel secara acakrandom dan didapat hasil SD dan SMP sebanyak 26 orang. Maka total sampelnya adalah 52 orang petani plasma.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : A. Teknik Pengumpulan Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber asli tidak melalui media perantara. Data primer dapat berupa opini subjek orang secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda fisik, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian dalam penelitian tersebut. Universitas Sumatera Utara 57 Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : a. Kuesioner Kuesioner adalah pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan yang tersusun secara dalam bentuk angket yang diberikan kepada responden dan diisi oleh responden. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bersifat tertutup berdasarkan skala likert. Skala likert yaitu skala yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek, dimana dalam angket diberikan pertanyaan sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban. b. Wawancara Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara. Dengan adanya wawancara para petani dapat menjawab sejauh mana keberhasilan sistem kebun plasma dalam meningkatkan kemandirian petani di Kebun Bunut desa Berkah Jambi. B. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil refrensi, dokumen, makalah, jurnal, serta bahan dari situs internet yang dianggap revelan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini Universitas Sumatera Utara 58 tentunya yang berkaitan dengan fungsi kebun inti-plasma dalam pengembangan kemandirian petani.

3.3.4 Instrumen dan Aspek Pengukuran

A. Instrumen Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan tentang sistem kebun plasma terhadap kemandirian petani. Bagaimana kemandirian petani setelah diberi pelatihan dan pembinaan, apakah mempengaruhi kemandirian mereka. B. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dari penelitian didasarkan dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan skor. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari 56 pertanyaan untuk petani plasma yang diberikan kebun kelapa sawit plasma serta pelatihan dan pembinaan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemandirian petani. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen yaitu dengan skala linkert dan skala ordinal. Skala Linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ordinal yaitu jenis skala yang menunjukkan tingkatan-tingkatan tertentu, dengan ketentuan : 1. Sangat Setuju SS : berpoin 5 2. Setuju S : berpoin 4 3. Ragu-ragu R : berpoin 3 4. Tidak Setuju TS : berpoin 2 5. Sangat Tidak Setuju STS : berpoin 1 Universitas Sumatera Utara 59

3.3.5 Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif peneliti dapat mengumpulkan data dari hasil kuesioner yang bersifat tak langsung terbuka. Data tersebut semua umumnya masih dalam bentuk hasil penelitian langsung, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang diperoleh dari kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokan menjadi satuan yang dikelola kemudian dapat dilakukan interpretasi data mengaju pada tinjuan pustaka Faisal, 2007:275. Disini peneliti akan mengelompokan data-data yang diperoleh dilapangan berdasarkan program yang diberikan dalam sistem kebun plasma dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemandirian petani, dari hasil penyebaran kuesioner yang selanjutnya akan dipelajari, ditelaah dan di analisis secara deskriptif secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. A. Pengolahan Proses pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut: 1. Pengeditan Data Editing Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian. 2. Pengkodean Data Coding Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat pemasukan data, yaitu Universitas Sumatera Utara 60 dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner 3. Pemasukkan Data Entry Tahapan ini dilakukan dengan cara menghitung data secara statistik untuk diolah dan dianalisis menggunakan SPSS. 4. Pengecekan Data Cleaning adalah pengecekan data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. B. Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan Singarimbun, 1995 : 263. Untuk menganalisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis tabel tunggal dan analisis korelasional. 1. Analisis Tabel tunggal Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori. Singarimbun, 1995:266. 2. Analisis Korelasi Analisa data statistik dengan menggunakan program SPSS 20.0 dengan melakukan analisis antara variabel-variabel sehingga dapat diketahui hubungan antara sistem kebun plasma dalam pengembangan kemandirian petani kelapa Universitas Sumatera Utara 61 sawit. Analisis korelasi yang digunakan adalah korelasi tata jenjang dari Spearman. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua variabel yang datanya berupa jenjang atau ranking Suharsimi, 2005:328. Universitas Sumatera Utara 62

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pada awalnya pembangunan kebun Plasma unit X desa Berkah di Sungai Bahar didasari oleh Surat Menteri Pertanian Nomor : 918MentanXI1981 tanggal 25 November 1981 serta Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK.I Jambi Nomor 274 tahun 1983, tentang pengadaan lahan eks HPH seluas 50.000 Ha yang berlokasi di Desa Markanding dan Tanjung Lebar dimana PTP IV Gunung Pamela yang berkantor pusat di Tebing Tinggi Deli Medan ditunjuk sebagai Pelaksanan Proyek Pembangunan Kebun Kelapa Sawit dengan pola PIR-SUS dan PIR-TRANS, maka pada tahun anggaran 19821983 dibangunlah beberapa Kebun dengan Budi Daya Kelapa Sawit yang terdiri dari Kebun Inti dan Plasma yang mulai berproduksi tahun 1987. Seiring perjalanan waktu saat ini Sungai Bahar telah mengalami pemekaran wilayah menjadi 3 tiga kecamatan yaitu kecamatan Bahar tengan, Bahar Utara dan Bahar Selatan dan Unit X Desa Berkah merupakan salah satu desa di kecamatan Bahar Tengah kabupaten Muara Jambi propinsi jambi dengan jarak+- 50 km dari pusat kota propinsi Jambi. Luas lahan kebun plasma Unit X di Sungai Bahar Kebun Bunut Jambi seluas 842 Ha pada tahun 19861987. Curah hujan yang ada di Kebun Bunut Unit X jambi yaitu 2.227mmtahun rata-rata tahun 2009-2014 dan jenis tanah Psammentic Pleudults podzolik kuning dan Typic Paleudults podzolik kuning. Universitas Sumatera Utara 63 Asal petani yang berada di Unit X berasal dari transmigrasi pulau jawa dan penduduk lokal. Masing-masing petani yang terdaftar sebagai petani plasma mendapat luas lahan pokok 2 Ha per kepala keluarga dan lahan pangan dan perumahan 0,5 Ha per kepala keluarga. Setiap pembangunan yang dilakukan pemerintah pastinya mempunyai tujuan untuk kesejahteraan seluruh rakyat dan menghapuskan kesenjangan sosial. Sehingga diharapkan masyarakat mampu secara mandiri dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada pun tujuan pembangunan Kebun Plasma Unit X Sungai Bahar Jambi adalah: 1. Sebagai sumber devisa Negara 2. Memperluas lapangan kerja 3. Menambah pendapatan masyarakat dan petani 4. Meningkatkan produktifitas lahan

4.1.2 Kondisi dan Letak Geografis

Timur : berbatasan dengan Desa Nyogan Selatan : berbatasan dengan Jenang Unit III Barat : berbatasan dengan Desa Marga Mulya Unit II Utara : berbatasan dengan Unit Usaha Bunut Inti Universitas Sumatera Utara 64

4.1.3 Peta Kebun Plasma Unit X Kebun Bunut Sungai Bahar Jambi

Unit X Universitas Sumatera Utara 65

4.1.4 Penduduk Kebun Bunut Jambi

Berdasarkan data statistik PTPN VI Jambi, Penduduk yang menempati Desa Kebun Bunut Sungai Bahar Jambi berdasarkan pendataan berjumlah 1711 jiwa yang terdiri dari 411 kepala keluarga dan 16 kelompok tani.

4.1.5 Jumlah GenderJenis Kelamin Desa Kebun Bunut Jambi

Jumlah penduduk di Desa Kebun Bunut jambi sebanyak 1711 jiwa yang terdiri atas 879 laki-laki dan 832 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 411 kepala keluarga. Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi 1 Laki-laki 879 51.3 2 Perempuan 832 48.7 Jumlah 1711 100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014

4.1.6 Jenis Pekerjaan Desa Kebun Bunut Jambi

Masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi umunya berprofesi sebagai petani yang sudah menggunakan teknologi dalam sistem pertaniannya. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman petani telah membentuk kelompok tani sehingga petani bisa terlepas dari tengkulak. Selain itu petani masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil seperti guru, bidan dan sekdes dan juga wiraswasta seperti bengkel, supir dan serabutan. Universitas Sumatera Utara 66 Keadaan penduduk Desa Kebun Bunut Jambi menurut mata pencaharian atau pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Kebun Bunut Jambi Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 PetaniPekebun Sawit 372 KK 2 Pegawai Negeri Sipil - 2.1 Guru 18 KK 2.2 Bidan dan Sekdes 1 Jiwa 2.3 Sekdes 1 KK 3 Wiraswasta - 3.1 Bengkel 4KK 3.2 Supir 7KK 3.3 Serabutan 9KK Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014

4.1.7 Tingkat Pendidikan Desa Kebun Bunut Jambi

Sebahagian besar penduduk Desa Kebun Bunut Jambi memilki latar belakang pendidikan SMP dan SMA, sangat sedikit yang melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau perguruan tinggi dikarenakan kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan untuk kehidupan lebih baik. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjadi petani setelah tamat dari SMP Universitas Sumatera Utara 67 dan SMA. Selain itu jauhnya sekolah SMA yang berada diluar desa merupakan hambatan bagi masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi. Rendahnya kesadaran penduduk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi 1 Sarjana S1 17 0.99 2 Diploma D3 19 1.11 3 SLTA Sederajat 189 11.04 4 SMP Sederajat 457 26.7 5 SD Sederajat 976 57.04 6 PAUD 53 3.09 Jumlah 1711 100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014

4.1.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Desa Kebun Bunut Jambi

Sebahagian besar masyarakat Desa Kebun Bunut Jambi menganut agama islam, sarana untuk melaksanakan peribadatan di Desa Kebun Bunut ini antara lain terdapat Masjid 2 unit dan Mushalla sebanyak 17 unit, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik ditandai dengan adanya Majelis Ta’lim dan Remaja Masjid. Selain agama islam ada juga penduduk yang memeluk agama Katholik dan Kristen Protestan yang hidup berdampingan dengan damai. Berikut tabel Desa Kebun Bunut Jambi berdasarkan agama: Universitas Sumatera Utara 68 Tabel 4. Desa Kebun Bunut Jambi Berdsarkan Agama No Pemeluk Agama Frekuensi Persentasi 1 Islam 1,687 98.5 2 Katholik 15 0.87 3 Kristen Protestan 9 0.52 Jumlah 1711 100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014

4.1.9 Jenis Suku Desa Kebun Bunut Jambi

Mayoritas penduduk Desa Kebun Bunut Jambi adalah suku Jawa dengan adat istiadatnya. Selain itu suku seperti Batak, Melayu dan lainnya menempati desa ini. Walaupun berbeda-beda hubungan antar suku di Desa Kebun Bunut Jambi cukup harmonis. Berikut tabel penduduk berdasarkan jenis suku: Tabel 5. Penduduk Desa Kebun Bunut Jambi Berdasarkan Jenis Suku No Jenis Suku Frekuensi Persentasi 1 Jawa 1,240 72.4 2 Batak 70 4.09 3 Madura 25 1.46 4 Padang 5 0.29 5 Melayu 348 20.3 6 Aceh 8 0.46 7 SAD 8 0.46 8 Banjar 7 0.40 Jumlah 1711 100 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014 Universitas Sumatera Utara 69

4.1.10 Sarana Bangunan Kebun Bunut Jambi

Sarana umum di Desa Kebun Bunut Jambi sudah mulai lengkap dan perkembangan desa sendiri cukup berkembang pesat. Berikut sarana-sarana yang ada di Desa Kebun Bunut Jambi: Tabel 6. Sarana Umum di Desa Kebun Bunut Jambi Bangunan Unit Masjid 2 Mushalla 17 SMP Sederajat 1 SD 2 PAUD 1 Kantor Desa 1 Kantor KUD 1 Mini Market 1 Puskesmas Pembantu 1 Sanggar Kesenian 1 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014

4.1.11 Kelompok Tani

Terdapat 16 kelompok tani yang terdiri dari 406 kepala keluarga yang ada di Desa Kebun Bunut Unit X Jambi, dan masing-masing kelompok menghasilkan produksi kebun plasma yang berbeda. Berikut nama-nama kelompok tani yang ada di Desa Kebun Bunut Unit X Jambi: Universitas Sumatera Utara 70 Tabel 7. Kelompok Tani Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi NO NAMA KELOMPOK JUMLAH KK LUAS HA PRODUKSI PLASMA PLASMA 1 Kel.Gawe Rejo 20 40 756,284 2 Kel.Sido Mulyo.1 25 50 840,744 3 Kel.Sidomulyo.2 10 20 356,330 4 Kel.Handayani 23 46 751,556 5 Kel.Marga Jaya 23 46 755,852 6 Kel.Sumber Rezeki 26 52 834,832 7 Kel.Karya Mukti 25 50 738,222 8 Kel.Mekar jaya 28 56 890,231 9 Kel.Tri Mulya 24 48 824,794 10 Kel.Rahayu 30 60 960,423 11 Kel.Jaya Makmur 32 68 1,092,067 12 Kel.Sumber Agung 26 56 903,529 13 Kel.Sumber Jaya 24 48 811,034 14 Kel.Jadi Mulya 29 62 1,122,506 15 Kel.Harapan Sejati 23 50 871,850 16 Kel.Pelita Jaya 38 90 1,365,141 Jumlah 406 842 13,875,395 Sumber Data Statistik Desa Kebun Bunut Unit X, October 2014 Universitas Sumatera Utara 71

4.2 Analisis Data

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket kuesioner kepada petani plasma binaan PT Perkebunan Nusantara VI yang telah ditetapkan sebagai responden sebanyak 52 orang responden dan di bagi menjadi 26 orang tingkat SD dan SMP dan 26 orang Tingkat SMA dan S1. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data-data yang dianalisa pada bab ini adalah sebagai berikut : 4.2.1 Indentitas Responden 4.2.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Kategori Frekuensi Persentasi 1 Laki-laki 52 Orang 100 2 Perempuan 0 Orang Jumlah 52 Orang 100 Sumber Questioner, November 2014 Responden petani plasma seluruhnya adalah laki-laki, ini dikarenakan mayoritas petani plasma adalah laki-laki. Kebun plasma diberikan perkepala keluarga sebesar 2 Ha per kepala keluarga. Ditambah lagi pekerjaan sebagai petani sawit merupakan pekerjaan berat, mulai dari memupuk hingga memanen buah sawit yang beratnya mencapai 30 kg per tandan, jadi pekerjaan banyak di dominasi kaum laki-laki. Universitas Sumatera Utara 72 Dari data yang ada di PTPN VI Jambi, Kebun Bunut Unit X pemilik lahan plasma adalah seluruhnya laki-laki. Desa ini juga termasuk plasma yang paling berhasil, sehingga banyak petani yang mandiri perekonomiannya. Selain mengelola kebun plasma, banyak petani yang membuka usaha lain seperti bengkel, kedai,grosir dan warung makan.

4.2.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Usia

No Umur Frekuensi Persentase 1 29-34 tahun 8 15,38 2 35-40 tahun 9 17,30 3 41-46 tahun 10 19,23 4 47-51 tahun 9 17,30 5 52-56 tahun 13 25 6 57-62 tahun 2 3,84 7 63-68 tahun 1 1,92 Jumlah 52 100 Sumber Questioner, November 2014 Responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah petani plasma Kebun Bunut Unit X yang menjadi binaan PTPN VI Jambi dan terdaftar dan aktif sebagai petani binaan. Dari tabel 9 terlihat bahwa usia petani yang menjadi responden 29-68 tahun. Adapun berdasarkan data diatas bahwa responden kebanyakan responden berusia antara 41-56 tahun. Universitas Sumatera Utara 73 4.2.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase 1 Tamat SD 18 34,61 2 Tamat SMP 8 15,38 3 Tamat SMA 24 46,15 4 Tamat D3 - - 5 Tamat S1 2 3,84 Jumlah 52 100 Sumber Questioner, November 2014 Dari data tabel 10 dapat dilihat bahwa kebanyakan petani plasma Kebun Bunut Unit X PTPN VI Jambi memiliki pendidikan rendah, dimana yang tamat SD sebanyak 18 orang dan SMP sebanyak 8 orang, SMA sebanyak 24 orang. Untuk perguruan tinggi hanya 2 orang. Kebanyakan petani tidak mau melanjutkan sekolah dikarenakan mereka lebih memilih untuk mengurus kebun plasma atau menjadi buruh panen di kebun lain, dikarenakan mereka merasa telah mampu untuk mendapatkan uang sendiri tanpa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi untuk saat ini petani sudah banyak menyekolahkan anaknnya ke jenjang yang lebih tinggi.

4.2.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan masyarakat di Kebun Bunut Unit X PTPN VI Jambi mayoritas sebagai petani. Ada juga petani yang membuka usaha lain disamping mengelola kebun plasma, seperti membuka warung makan, kedai dan bengkel. Sebagian petani yang sudah berhasil dan memiliki penghasilan lebih ada yang Universitas Sumatera Utara 74 mengupahkan orang untuk mengelola ladangnya. Petani yang berhasil ada juga yang sudah membeli lahan baru. 4.3 Tanggapan Responden Tentang Sistem Kebun Plasma Dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kelapa Sawit Tanggapan responden tentang sistem kebun plasma dalam meningkatkan kemampuan petani dikategorikan menjadi Sembilan, yang terdiri dari manajemen, permodalan, pembinaan dan pengembangan SDM, teknologi, pemasaran, kemandirian teknis, kemandirian sosial budaya, kemandirian keuangan dan kemandirian kelompok. Kesembilan hal tersebut diukur berdasarkan bagaimana pelaksanaan sistem kebun plasma kepada petani apakah tinggi, sedang atau rendah. Dalam pengukuran tersebut yang dimaksud yaitu bagaimana pembinaan yang dilakukan perusahaan kepada petani mulai dari memanajemen petani, bagaimana modal yang telah diberikan kepada petani, bagaimana pembinaan dan pengembangan yang telah dilakukan perusahaan kepada petani, pelatihan teknologi dan penerapannya dan bagaimana pemasaran hasilnya. Untuk dari petani akan dilihat bagaimana kemandirian petani setelah diberi pembinaan dan pelatihan oleh perusahaan, mulai dari kemandirian teknis, kemandirian sosial dan budaya, kemandirian keuangan dan kemandirian kelompok. Konsep tinggi, sedang atau rendah yang dimaksud dalam tabel-tabel dibawah ini adalah diukur berdasarkan banyak dan sedikitnya tanggapan responden yang bersifat positif terhadap kegiatan pelatihan tersebut, yaitu sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 75 4.3.1 Tanggapan Responden Tentang Sistem Kebun Plasma Dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kelapa Sawit di Tingkat SD dan SMP Tabel 11. Data Responden Berdasarkan Manajemen Sistem Kebun Plasma No Kategori Manajemen Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 5 19.2 2 Sedang 21 80.8 3 Tinggi - - 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Pada tabel 11 dapat dilihat sebanyak 19.2 menyatakan manajemen yang dilakukan PTPN VI Jambi dalam sistem kebun plasma kepada petani dikategorikan rendah dan 80.8 reposponden menyatakan manajemen yang dilakukan perusahaan kepada petani dalam kategori sedang. Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa manajemen yang dilakukan perusahaan PTPN VI Jambi kepada petani plasma sudah cukup baik. Manajemen yang dilakukan perusahaan kepada petani mulai dari tata cara mengelola kebun plasma hingga membantu petani dalam menyusun kelayakan dan standar operasional sudah berjalan cukup baik. Tabel 12. Data Responden Berdasarkan Permodalan Sistem Kebun Plasma No Kategori Permodalan Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 7 26.9 2 Sedang 15 57.7 Universitas Sumatera Utara 76 3 Tinggi 4 15.4 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Dari tabel 12 dapat dilihat sebanyak 26.9 responden menyatkan bahwa permodalan yang diberikan perusahaan PTPN VI Jambi kepada petani dikategorikan rendah. Perusahaan memberikan akses permodalan mulai dari memberikan informasi sumber-sumber kredit dan akses informasi kepada petani. Sebanyak 57.7 jawaban responden dikategorikan sedang dan sebanyak 15.4 responden menyatakan permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani tinggi. Tabel 13. Data Responden Berdasarkan Pembinaan dan Pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma No Kategori Pembinaan dan pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 5 19.2 2 Sedang 17 65.4 3 Tinggi 4 15.4 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Sistem kebun plasma tentunya tidak terlepas dari bagaimana pembinaan dan pengembangan SDM terhadap petani, diberikannya pelatihan kepada petani mulai dari cara penanaman, perawatan dan standar operasional. Pada tabel 13 dapat dilihat sebanyak 19.2 jawaban responden dikategorikan rendah dan Universitas Sumatera Utara 77 sebanyak 65.4 jawaban responden dikategorikan sedang dengan pelatihan dan pembinaan yang diberikan perusahaan kepada petani. Sebanyak 15.4 jawaban reaponden dikategorikan tinggi. Tabel 14. Data Responden Berdasarkan Teknologi Sistem Kebun Plasma No Kategori Teknologi Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 6 23.1 2 Sedang 17 65.4 3 Tinggi 3 11.5 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Dalam hal pengelolaan kebun kelapa sawit pasti ada teknologi yang digunakan untuk menunjang hasil produksi dan mutu tanaman, hal ini dilakukan perusahaan, dimana petani diberikan dan diajarkan untuk menggunakan teknologi tepat guna sehingga hasil perkebunan plasma dapat maksimal dan petani dapat menerapkan teknologi yang diajarkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada tabel 14 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden dikategorikan sedang, artinya sebagian besar petani sudah mampu menggunakan dan menerapkan teknologi perkebunan yang diajarkan pihak perusahaan. Sebanyak 11.5 jawaban responden dikategorikan tinggi. Universitas Sumatera Utara 78 Tabel 15. Data Responden Berdasarkan Pemasaran Sistem Kebun Plasma No Kategori Pemasaran Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 5 19.2 2 Sedang 18 69.2 3 Tinggi 3 11.5 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Perusahaan memberikan bantuan akses pasar kepada petani plasma agar mempermudah petani dalam menjual hasil produksinya, mulai dari akses pasar, informasi pasar mengenai harga TBS, bibit dan pupuk hingga jaringan usaha dengan pihak lain. pada tabel 15 dapat dilihat sebanyal 19.2 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 69.2 jawaban responden dikategorikan sedang. Sebagian besar petani menjawab pemasaran yang diberikan kepada petani oleh perusahaan cukup baik. Sebanyak 11.5 reponden yang menyatakan bahwa akses pasar yang diberikan perusahaan kepada petani sangat baik. Tabel 16. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Teknis No Kategori Kemandirian Teknis Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 8 30.8 2 Sedang 12 46.2 3 Tinggi 6 23.1 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Universitas Sumatera Utara 79 Pada awal diterapkannya sistem kebun plasma, petani diberikan pendidikan dan pelatihan oleh perusahaan PTPN VI Jambi agar nantinya petani mampu mengelola kebun plasmanya sendiri. Petani juga diajarkan pelatihan teknis mulai dari menanam, memupuk dan merawat tanaman, tidak hanya itu petani juga diajarkan cara menggunakan teknologi pertanian tepat guna. Dari tabel 16 dapat dilihat sebanyak 30.8 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 46.2 jawaban responden dikategorikan sedang. Sebagian besar petani cukup mampu dalam kemampuan teknisnya. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan keaktifan petani dalam belajar dan mengikuti pelatihan yang diberikan. Semakin tinggi motivasinya untuk berhasil maka semakin tinggi etos kerjanya untuk mencapai hasil terbaik. Sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam kemampuan teknisnya. Tabel 17. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Sosial Budaya Petani No Kategori Kemandirian Sosial dan Budaya Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 3 11.5 2 Sedang 17 65.4 3 Tinggi 6 23.1 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Dengan adanya kebun plasma yang diberikan PTPN VI Jambi kepada petani plasma di kebun Bunut Desa Berkah Unit X maka petani tergerak untuk bergotong royong dan membuat kelompok tani. Mereka saling membantu dalam mengelola perkebunan kelapa sawit plasma mereka. Pada tabel 17 dapat dilihat Universitas Sumatera Utara 80 sebanyak 11.5 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 65.4 di kategorikan sedang dan sebanyak 23.1 dikategorikan tinggi. Tabel 18. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Keuangan Petani No Kategori Kemandirian Keuangan Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 4 15.4 2 Sedang 17 65.4 3 Tinggi 5 19.2 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Adanya kebun plasma yang diberikan perusahaan kepada petani di kebun Bunut Desa Berkah Unit X tentu melalui hasil kebun kelapa sawit plasma tersebut meningkatkan ekonomi petani, dengan adanya pendapatan tersebut meningkatkan taraf hidup petani. Petani sudah mampu mengelola dan memanajemen keuangan mereka, bahkan bersama-sama melalui kelompok mereka dapat membentuk koperasi. Dari tabel 18 dapat dilihat sebanyak 15.4 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden sedang dalam kemandirian kelompok, sebanyak 19.2 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam kemandirian keuangan mereka. Tabel 19. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Kelompok Petani No Kategori Kemandirian Kelompok Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 2 7.7 2 Sedang 20 76.9 Universitas Sumatera Utara 81 3 Tinggi 4 15.4 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Di dalam sistem kebun plasma perusahaan juga membantu petani dalam pembentukan kelompok tani. Petani juga sadar akan perlunya sebuah kelompok tani agar mereka lebih mudah secara bersama-sama dalam mencapai tujuan mereka di bidang perkebunan kelapa sawit. Dari tabel 19 dapat dilihat sebanyak 7.7 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 76.9 jawaban responden dikategorikan sedang, dimana petani sudah mampu membentuk kelompok tani dan aktif berdiskusi dalam kelompok sehingga mereka dapat mengatasi ketergantungan mereka dengan pihak lain. sebanyak 15.4 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam kemandirian kelompok. 4.3.2 Tanggapan Responden Tentang Sistem Kebun Plasma Dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kelapa Sawit di Tingkat SMA Tabel 20. Data Responden Berdasarkan Manajemen Sistem Kebun Plasma No Kategori Manajemen Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 7 26.9 2 Sedang 14 53.8 3 Tinggi 5 19.2 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Universitas Sumatera Utara 82 Bagaimana manajemen yang dilakukan perusahaan PTPN VI Jambi dalam sistem kebun plasma yang diberikan kepada petani di Kebun Bunut Desa Berkah Unit X. dari tabel 20 dapat dilihat sebanyak 26.9 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 53.8 jawaban responden di kategorikan sedang. Sebanyak 19.2 jawaban responden yang di kategorikan tinggi, yang berarti manajemen yang diberikan oleh pihak perusahaan sudah baik. Tabel 21. Data Responden Berdasarkan Permodalan Sistem Kebun Plasma No Kategori Permodalan Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 10 38.5 2 Sedang 10 38.5 3 Tinggi 6 23.1 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Sistem kebun plasma tentunya tidak terlepas tentang bagaimana pembinaa dan pengembangan SDM terhadap petani, seperti diberikannya pelatihan kepada petani mulai dari cara penanaman, perawatan dan standar operasional. Dari tabel 21 dapat dilihat sebanyak 38.5 jawaban responden tergolong rendah dan sebanyak 38.5 jawaban responden dikategorikan sedang. Sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi. Dari tabel dapat dilihat bahwa bantuan permodalan seperti informasi sumber-sumber kredit yang telah diberikan perusahaan sudah baik. Namun sebagian petani masih ada yang belum mengerti bagaimana tata cara pengajuan permodalan, karena pihak perusahaan tidak secara berkelanjutan memberikan pemahaman kepada petani. Universitas Sumatera Utara 83 Tabel 22. Data Responden Berdasarkan Pembinaan dan Pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma No Kategori Pembinaan dan pengembangan SDM Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 6 23.1 2 Sedang 17 65.4 3 Tinggi 3 11.5 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Sistem kebun plasma tentunya tidak terlepas tentang bagaimana pembinaan dan pengembangan SDM terhadap petani, seperti diberikannya pelatihan kepada petani mulai dari cara penanaman, perawatan dan standar operasional. Dari tabel 22 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden tergolong rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden tergolong sedang, sebanyak 11.5 jawaban responden tergolong tinggi. Terlihat bahwa pembinaan dan pengembangan yang dilakukan perusahaan kepada petani sudah baik. Tabel 23. Data Responden Berdasarkan Teknologi Sistem Kebun Plasma No Kategori Teknologi Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 6 23.1 2 Sedang 14 53.8 3 Tinggi 6 23.1 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Universitas Sumatera Utara 84 Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit plasma tentu ada teknologi yang digunakan untuk menunjang produksi dan mutu tanaman, hal ini juga yang diberikan dan diajarkan pihak perushaan kepada petani, sehingga petani mengerti dan dapat menggunakan teknologi guna mendapatkan hasil yang memuaskan. Dari tabel 23 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 53.8 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi. Tabel 24. Data Responden Berdasarkan Pemasaran Sistem Kebun Plasma No Kategori Pemasaran Sistem Kebun Plasma Frekuensi Persentasi 1 Rendah 4 15.4 2 Sedang 21 80.8 3 Tinggi 1 3.8 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Perusahaan memberikan akses pasar kepada petani plasma agar mempermudah petani dalam menjual hasil produksinya, mulai dari akses pasar, informasi pasar mengenai harga TBS, bibit dan pupuk hingga jaringan usaha dengan pihak lain. dari tabel 24 dapat dilihat sebanyak 15.4 jawaban responden dikategorikan rendah dan sebanyak 80.8 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak 3.8 jawaban responden dikategorikan tinggi. Artinya pemasaran yang dilakukan perusahaan kepada petani sudah baik. Universitas Sumatera Utara 85 Tabel 25. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Teknis No Kategori Kemandirian Teknis Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 6 23.1 2 Sedang 17 65.4 3 Tinggi 3 11.5 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Pada awal diterapkannya sistem kebun plasma, petani deiberikan pendidikan dan pelatihan oleh PTPN VI Jambi agar nantinya petani mampu mengelola kebunnya sendiri. Petani diajarkan pelatihan teknis mulai dari menanam, memupuk dan merawat tanaman hingga menggunakan teknologi tepat guna. Dari tabel 25 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 65.4 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak 11.5 jawaban responden di kategorikan tinggi. Tabel 26. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Sosial Budaya Petani No Kategori Kemandirian Sosial dan Budaya Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 4 15.4 2 Sedang 16 61.5 3 Tinggi 6 23.1 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Universitas Sumatera Utara 86 Dengan adanya kebun plasma yang diberikan PTPN VI Jambi kepada petani plasma di Kebun Bunut Desa Berkah Unit X maka petani tergerak untuk bergotong royong dan membuat kelompok tani. Mereka saling membantu dalam mengelola perkebunan kelapa sawit mereka. Sebanyak 15.4 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 61.5 jawaban responden dikategorikan sedang, sebanyak 23.1 jawaban responden dikategorikan tinggi dalam membangun gotong royong. Tabel 27. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Keuangan Petani No Kategori Kemandirian Keuangan Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 6 23.1 2 Sedang 15 57.7 3 Tinggi 5 19.2 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Adanya kebun plasma yang diberikan perusahaan kepada petani di kebun Bunut Desa Berkah Unit X tentu melalui hasil kebun kelapa sawit plasma tersebut meningkatkan ekonomi petani, dengan adanya pendapatan tersebut meningkatkan taraf hidup petani. Petani sudah mampu mengelola dan memanajemen keuangan mereka, bahkan bersama-sama melalui kelompok mereka dapat membentuk koperasi. Dari tabel 27 dapat dilihatsebanyak 23.1 responden tergolong rendah dan sebanyak 57.7 jawaban responden tergolong sedang, sebanyak 19.2 jawaban responden tergolong tinggi. Petani sudah mampu memanajemen Universitas Sumatera Utara 87 keuangan sendiri sera mereka sudah mampu membentuk koperasi untuk keperluan bersama. Tabel 28. Data Responden Berdasarkan Kemandirian Kelompok Petani No Kategori Kemandirian Kelompok Petani Frekuensi Persentasi 1 Rendah 6 23.1 2 Sedang 16 61.5 3 Tinggi 4 15.4 4 Total 26 100 Sumber: Kuesioner, November 2014 Di dalam sistem kebun plasma perusahaan juga membantu petani dalam pembentukan kelompok tani. Petani juga sadar akan perlunya sebuah kelompok tani agar mereka lebih mudah secara bersama-sama dalam mencapai tujuan mereka di bidang perkebunan kelapa sawit. Dari tabel 28 dapat dilihat sebanyak 23.1 jawaban responden di kategorikan rendah dan sebanyak 61.5 jawaban reponden di kategorikan sedang, sebanyak 15.4 jawaban responden di kategorikan tinggi. Artinya petani sudah mampu membentuk kelompok sendiri dan aktif berdiskusi di dalam kelompok. Universitas Sumatera Utara 88

4.4 Korelasi Variabel Sistem Kebun Plasma Dengan Variabel Kemandirian Petani Kelapa Sawit

Tabel 29. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan SDM X3 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SD dan SMP Pembinaan dan Pengembangan Kemandirian Sosial Budaya Spearman’s rho Pembinaan dan Pengembangan Correlation Coefficient 1000 .689 Sig. 2-tailed . .000 N 26 26 Kemandirian Sosial dan Budaya Correlation Coefficient .689 1000 Sig. 2-tailed .000 . N 26 26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed Tabel 30. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan SDM X3 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SMA dan S1 Pembinaan dan Pengembangan Kemandirian Sosial Budaya Spearman’s rho Pembinaan dan Pengembangan Correlation Coefficient 1.000 .678 Sig. 2-tailed . .000 N 26 26 Kemandirian Sosial dan Budaya Correlation Coefficient .678 1.000 Sig. 2-tailed .000 N 26 26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed Dari tabel 29 dan 30 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara pembinaan dan pengembangan yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian sosial budaya petani kebun plasma. Pihak perusahaan melakukan pelatihan dan Universitas Sumatera Utara 89 pembinaan kepada petani guna pengembangan SDM dalam meningkatkan kemampuannya di bidang pertanian, dimana petani mampu meningkatkan kemampuannya dalam penanaman dan perawatan tanaman. Dalam pengembangan SDM petani mampu membangun gotong royong sesama petani seperti membentuk kelompok dan koperasi. Dalam kelompok, petani melakukan diskusi sesama petani dan berkonsultasi dengan pihak perusahaan untuk menyelesaikan masalah yang diahadapi sesama petani, sehingga hal ini mempermudah petani untuk menyelesaikan masalah. Pada konsep kemandirian petani, di mana petani diaharapkan mandiri secara sosial dan budaya, hendaknya petani di dorong untuk membentuk kelompok tani yang kuat dan secara bersama-sama dapat bergotong royong dalam kebersamaan petani dan memotivasi serta merangsang petani untuk bercocok tanam secara kebersamaan. Hal inilah yang sudah terwujud pada petani plasma kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi. Dimana mereka telah mampu secara bersama-sama bergotong royong dalam pengelolaan kebun plasma. Dalam hal pembinaan dan pengembangan terjadi transformasi nilai kepada petani, di mana dengan adanya kebun plasma dan petani dibina maka terbentuklah kemandirian sosial budaya yang berupa gotong royong dan pembentukan kelompok tani yang sebelumnya tidak ada. Dengan adanya kerja sama antar sesama petani maka permasalahan mengenai kebun plasma dapat diatasi bersama. Seperti yang di kemukakan oleh Alex Inkeles, di mana manusia tradisional berubah menjadi manusia modern karena bekerja pada lembaga-lembaga kerja modern, seperti misalnya pabrik-pabrik. Hal ini yang terjadi pada petani plasma, di mana petani sebelumnya tidak mengetahui cara mengelola kebun plasma dan Universitas Sumatera Utara 90 belum pernah terjun dalam lembaga kerja, maka petani masuk pada lembaga- lembaga kerja yang harus memenuhi target dan petani mulai membentuk kelompok tani secara bersama-sama dapat mengelola kebun plasma untuk mencapai target tersebut. Tabel 31. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan X3 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SD dan SMP Pembinaan dan Pengembangan Kemandirian Kelompok Spearman’s rho Pembinaan dan Pengembangan Correlation Coefficient 1.000 .712 Sig. 2-tailed . 000 N 26 26 Kemandirian Kelompok Correlation Coefficient .712 1000 Sig. 2-tailed .000 . N 26 26 .Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Tabel 32. Korelasi Pembinaan dan Pengembangan X3 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SMA dan S1 Pembinaan dan Pengembangan Kemandirian Kelompok Spearman’s rho Pembinaan dan Pengembanga n Correlation Coefficient 1.000 .620 Sig. 2-tailed . .001 N 26 26 Kemandirian Kelompok Correlation Coefficient .620 1.000 Sig. 2-tailed .001 . N 26 26 .Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Dari tabel 31 dan 32 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara pembinaan dan pengembangan yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian kelompok petani kebun plasma. Petani menilai pembinaan yang dilakukan Universitas Sumatera Utara 91 perusahaan bermanfaat, seperti petani dapat mengatasi ketergantungan dalam hal pengelolaan kebun plasma. Dengan adanya pembinaan dan pengembangan oleh pihak perusahaan, perusahaan membantu petani dalam pembentukkan kelompok, sehingga petani bisa percaya diri dan kritis kesadaran tentang apa yang terjadi di masyarakat, penyebab dan dampak terhadap masyarakat dan alam serta kebutuhan untuk bersatu. Melalui proses ini masyarakat dapat secara mandiri dan mampu melepaskan ketergantungan mereka dari pihak lain. Dari hasil dilapangan, petani sudah dapat membentuk kelompok sendiri dan aktif berdiskusi mengenai masalah perkebunan yang dihadapi anggota kelompok. Petani saling bertukar informasi baik antar sesama petani dan juga berkonsultasi dengan perusahaan mengenai cara penanaman, perawatan dan standarisasi operasional. Kemandirian kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi petani untuk melepaskan ketergantungan mereka pada pihak lain. Dengan adanya kelompok tani, petani plasma dapat sadar, percaya diri dan secara bersama-sama bisa menyelesaikan masalah apa yang dihadapi oleh petani, sehingga mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka dan melepaskan diri dari ketergantungan. Hal inilah yang telah tercapai oleh petani plasma pada tingkat pendidikan SD, SMP, SMA dan S1, mereka mampu untuk mengorganisasikan diri untuk membentuk kelompok tani. Terjadinya transformasi sosial pada petani plasma, di mana pada awalnya petani tidak memiliki kelompok, namun sekarang berubah dan memiliki kelompok tani. Petani sadar akan pentingnya bersatu untuk kepentingan mereka. Hal inilah yang terjadi pada petani plasma di kebun Bununt Unit X Jambi Universitas Sumatera Utara 92 Dengan mandiri petani secara kelompok, petani mampu mengambil keputusan sendiri dan di sini kelompok tani telah mampu melakukan pembagian tugas di antara masing-masing pengurus yang ada, di dalam kelompok terdapat pengurus pada tiap-tiap bidang yang telah di bagi dengan jelas. Kelompok tani juga telah mampu mengelola dan memanfaatkan seumber daya alam maupun yang ada dilingkungan. Mulai dari penentuan dan pengelolaannya yang menjadi pilihan kelompok tani dan anggotanya melalui musyawarah dan demokratis. Tabel 33. Korelasi Teknologi X4 dengan Kemandirian Teknis Y1 Tingkat SD dan SMP Teknologi Kemandirian Teknis Spearman’s rho Teknologi Correlation Coefficient 1000 423 Sig. 2-tailed . .032 N 26 26 Kemandirian Teknis Correlation Coefficient .423 1000 Sig. 2-tailed .032 . N 26 26 .Coerrelation is significant at the 0.05 level 2-tailed Tabel 34. Korelasi Teknologi X4 dengan Kemandirian Teknis Y1 Tingkat SMA dan S1 Teknologi Kemandirian Teknis Spearman’s rho Teknologi Correlation Coefficient 1.000 .631 Sig. 2-tailed . .001 N 26 26 Kemandirian Teknis Correlation Coefficient .631 1.000 Sig. 2-tailed .001 . N 26 26 .Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Universitas Sumatera Utara 93 Produktivitas pertanian merupakan sumber bagi pertumbuhan di sektor pertanian. Adapun peningkatan produksi pertanian dapat dicapai dengan peningkatan penggunaan teknologi pertanian sehingga memungkinkan tercapainya peningkatan produksi dari faktor produksi yang tetap. Dengan demikian pengembangan teknologi pertanian merupakan suatu langkah yang strategis bagi peningkatan produktivitas pertanian. Dari tabel 33 dan 34 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara teknologi yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian teknis petani kebun plasma. Perusahaan memberikan bantuan pengajaran kepada petani dalam mengelola kebun plasma mulai dari cara penanaman, pemeliharaan dan pemupukan tanaman. Petani mampu menerapkan teknologi yang diajarkan oleh perusahaan dan mampu secara teknis dalam hal penanaman, pemupukan dan pemeliharaan tanaman. Kemandirian teknis petani baik setelah mendapat pendidikan dan pelatihan oleh perusahaan sehingga petani mampu secara mandiri mengelola kebun plasma tanpa didampingi pihak perusahaan. Petani dibina dan beri pengarahan bagaimana cara penerapan teknologi yang ada, sehingga petani benar-benar mampu dan mandiri menerapkan teknologi yang telah diajarkan. Terjadinya difusi antara unsur-unsur perusahaan kepada patani melalui proses pendidikan dan pelatihan. Petani dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam melaksanakan usahatani dengan mengembangkan proses adopsi dan difusi teknologi pertanian yang sesuai dengan sumberdaya lokal di tingkat petani, sehingga dapat menunjang kemauan, pengetahuan dan kemampuan petani. Di lapangan petani sudah mampu menggunakan teknologi Universitas Sumatera Utara 94 yang diajarkan oleh pihak perusahaan. Selain itu petani juga sudah mampu membeli alat-alat teknologi yang diperlukan untuk mengelola kebun plasma. Seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, faktor pendidikan dinilai mampu meningkatkan tingkat modernitas suatu kelompok masyarakat. selain itu proses pendidikan informal dalam proses pendidikan akan mempercepat proses modernisasi. Seperti penggunaan teknologi, di mana petani diajarkan cara penggunaan teknologi untuk pertanian, sehingga petani mampu untuk lebih modern dalam mengelola kebun plasma. Artinya petani sudah bisa menerima hal- hal baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mereka dapat menjadi lebih modern. Pembinaan petani plasma di Kebun Bunut Unit X tidak hanya dilakukan oleh pihak perusahaan saja tetapi juga dilakukan oleh pihak luar seperti dinas pertanian, dimana petani di beri pendidikan informal melalui penyuluhan dan pengajaran khusus petani. Tidak hanya penggunaan teknologi tetapi petani juga di dorong agar mampu mengelola permodalan, pemasaran dan pengelolaan tanaman. Perusahaan memberikan fasilitator yaitu pendamping untuk mengajarkan pengelolaan kebun plasma kepada petani. Dalam penerapannya di lapangan petani dibiarkan mendominasi kegiatan pengelolaan kebun plasma. Pada awalanya peranan pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan pelaksanaan kegiatan pada petani plasma sendiri, sehingga petani mampu mengelola kebun plasma dan mandiri secara teknis dan terlepas dari ketergantungan. Universitas Sumatera Utara 95 Tabel 35. Korelasi Pemasaran X5 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SD dan SMP Pemasaran Kemandirian Keuangan Spearman’s rho Pemasaran Correlation Coefficient 1000 .393 Sig. 2-tailed . .047 N 26 26 Kemandirian Keuangan Correlation Coefficient .393 1000 Sig. 2-tailed .047 . N 26 26 .Coerrelation is significant at the 0.05 level 2-tailed Tabel 36. Korelasi Pemasaran X5 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SMA dan S1 Pemasaran Kemandirian Keuangan Spearman’s rho Pemasaran Correlation Coefficient 1000. .540 Sig. 2-tailed . .004 N 26 26 Kemandirian Keuangan Correlation Coefficient .540 1.000 Sig. 2-tailed .004 . N 26 26 .Coerrelation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Dari tabel 35 dan 36 dapat dilihat adanya korelasi yang signifikan antara sistem pemasaran yang dibantu kebun plasma terhadap kemandirian keuangan petani plasma. Artinya perusahaan sering memberikan dan membantu akses pasar kepada petani kebun plasma, dimana perusahaan selalu memberikan bantuan informasi pasar mengenai TBS, harga dan bibit. Dengan adanya bantuan dari perusahaan petani mampu mengembangkan jaringan usaha sesama petani dan pihak-pihak lain. adanya jaringan usaha sesama petani, petani mampu membentuk Universitas Sumatera Utara 96 koperasi sendiri dan petani juga mampu mengelola koperasi, dalam hal ini kemampuan petani sudah baik dalam memanajemen keuangan sendiri. Koperasi yang dibentuk oleh petani mampu memenuhi kebutuhan petani dalam hal kebutuhan bahan baku petani seperti bibit dan pupuk. Koperasi Unit Desa KUD adalah organisasi yang berbentuk sosial ekonomi dan merupakan wahana masyarakat pedesaan untuk mencapai harapan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup, pada tataran sosial, ekonomi, dan budaya. Koperasi Unit Desa KUD merupakan lembaga ekonomi yang dapat membatu petani dalam pengadaan sarana produksi pertanian, permodalan dan menjamin pemasaran produksi pertanian yang penyelenggaraannya berdasarkan sistem demokrasi dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka KUD adalah wahana para petani mencapai harapan agar dapat meningkatkan hasil produksi pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup petani di pedesaan. Potensi sumber daya manusia untuk mengelola koperasi. Koperasi Unit Desa yang penyelenggaraannya bersifat demokratis, dari petani, oleh petani dan untuk petani tentunya memerlukan potensi sumberdaya manusia yang dapat mengelola KUD sesuai dengan sistem sosial dan ekonomi petani di pedesaan. Pengelolaan KUD perlu diarahkan pada potensi sumberdaya lokal dan sistem usahatani yang ada di tingkat petani. Pola manajemen KUD ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian KUD terhadap kebutuhan petani dan tidak mengandalkan pola manajemen keuntungan yang tidak sesuai dengan kondisi petani. Pada dimensi ini alangkah baiknya potensi SDM yang mengelola KUD perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan Universitas Sumatera Utara 97 keuangan, pengelolaan potensi desa, dan pemahaman terhadap perilaku sosial ekonomi petani di pedesaan. Dalam konsep kemandirian petani, petani telah mampu mandiri secara keuangan dimana petani mampu untuk membentuk koperasi sendiri dengan modal dari petani sendiri, pengelolaannya dari petani sendiri dan manajemennya dari petani sendiri, sehingga dengan demikian petani bisa berbuat yang terbaik untuk dirinya sendiri. Terlihat bahwa dengan adanya kebun plasma maka petani mendapatkan keuntungan dan dengan keuntungan tersebut maka petani mampu memenuhi kebutuhan mereka, yang kemudian sesama petani mampu membentuk koperasi untuk kepentingan bersama. Tabel 37. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SD dan SMP Manajemen Kemandirian Sosial dan Budaya Spearman’s rho Manajemen Correlation Coefficient 1.000 .138 Sig. 2-tailed . 502 N 26 26 Kemandirian Sosial dan Budaya Correlation Coefficient .138 1000 Sig. 2-tailed 502 . N 26 26 Dari tabel 37 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara manajemen dengan kemandirian sosial dan budaya petani pada petani plasma tingkat SD dan SMP artinya petani pada tingkat pendidikan bawah kurang mampu memanajemen kebersamaan dan gotong royong antar sesama petani. Artinya terjadi disfungsi seperti yang dikatakan Merton, dimana salah satu sistem ada yang tidak berjalan Universitas Sumatera Utara 98 dengan baik sehingga menimbulkan gangguan dan efek pada sistem lain. artinya faktor pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam penerapan manajemen yang diberikan perusahaan kepada petani. Pada tingkat SD dan SMP petani kurang mampu untuk menjalin hubungan antar sesama petani seperti bergotong royong. Dalam konsep kemandirian petani, berarti pada tingkat pendidikan bawah petani kurang sadar akan pentingnya kebutuhan untuk bersatu, di mana dengan bersatu petani dapat secara bersama-sama memenuhi kebutuhan mereka dan dapat lebih kritis, percaya diri serta mandiri sehingga terlepas dari ketergantungan. Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, di mana salah satu karakteristik manusia modern yaitu berorientasi ke masa depan daripada masa lalu yang salah satunya adalah perencanaan dan pengorganisasian. Di mana petani diharapkan mampu untuk membentuk kerja sama dan gotong royong. Tabel 38. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Sosial dan Budaya Y2 Tingkat SMA dan S1 Manajemen Kemandirian Sosial dan Budaya Spearman’s rho Manajemen Correlation Coefficient 1.000 .616 Sig. 2-tailed . .001 N 26 26 Kemandirian Sosial dan Budaya Correlation Coefficient .616 1.000 Sig. 2-tailed .001 . N 26 26 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Universitas Sumatera Utara 99 Dari tabel 37 dapat dilihat korelasi yang signifikan antara manajemen terhadap kemandirian sosial dan budaya petani plasma. Perusahaan memberikan bantuan manajemen kepada petani untuk mengelola kebun plasma. Perusahaan membantu petani mulai dari penyusunan studi kelayakan, permodalan hingga tata cara mengelola perkebunan plasma. Perusahaan membantu petani dalam pembentukan organisasi atau kelompok tani. Dalam hal ini antara sesama petani dapat membentuk sebuah kelompok, di mana di dalam kelompok petani dapat berdiskusi, berkonsultasi dan bergotong royong mengenai perkebunan yang mereka kelola. Dapat dilihat bahwa adanya korelasi yang jelas antara manajemen yang diberikan perusahaan terhadap kemandirian sosial budaya petani. Pada tingkat pendidikan SMA dan S1 petani mampu bergotong royong dan membentuk kelompok sendiri, sehingga petani mandiri dalam pengelolaan kebun plasma mereka. Pada konsep kemandirian petani, dimana kemandirian sosial budaya terlihat dari kebersamaan petani dan saling memotivasi serta merangsang petani untuk bercocok tanam secara kebersamaan. Artinya petani pada tingkat menengah atas telah memiliki perencanaan dan pengoraganisasian diri seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles. Terlihat pada tingkat pendidikan menegah atas telah mampu untuk bekerjasama dan bergotong royong untuk mewujudkan kemandirian sosial dan budaya. Tabel 39. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SD dan SMP Manajemen Kemandirian Kelompok Spearman’s rho Manajemen Correlation Coefficient 1.000 .109 Sig. 2-tailed . .597 N 26 26 Universitas Sumatera Utara 100 Kemandirian Kelompok Correlation Coefficient .109 .1000 Sig. 2-tailed .597 . N 26 26 Dari tabel 39 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara manajemen dengan kemandirian kelompok pada tingkat SD dan SMP. Artinya pada tingkatan bawah petani kurang mampu memanajemen untuk membentuk kelompok sendiri. Artinya terjadi disfungsi seperti pada teori Merton jika susatu sistem tidak berjalan dengan semestinya maka akan menimbulkan suatu yang negatif hal ini yang disebut disfungsional mempercepat kehancuran. Hal ini yang terjadi pada petani plasma di tingkat pendidikan SD dan SMP, dimana mereka tidak mampu mandiri secara kelompok, sehingga perlu dibina secara terus menerus oleh pihak perusahaan baik melalui pendidikan atau pun dampingan. Pada teori Alex Inkeles, menyatakan bagaimanapun juga, manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tak ada manusia yang tetap menjadi manusia tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional”. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai usia dewasa. Hal inilah yang perlu dilakukan pihak perusahaan kepada petani, dimana petani harus dibina dan diberikan pendidikan secara terus menerus agar petani mampu mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan. kemandirian manajemen kemampuan membuat perencanaan, melaksanakan yang sesuai rencana, mengevaluasi, dan menerapkan prinsip efisiensi dalam beragribisnis, kemandirian sosial kemampuan berintraksi sosial Universitas Sumatera Utara 101 dan menjalin kerjasama saling menguntungkan sesama petani, antarkelompok tani, dan dengan kelembagaan agribisnis lainnya, dan kemandirian pengembangan diri kemampuan memanfaatkan informasi, media, tenaga penyuluh, dan pelatihan serta kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain termasuk kategori “rendah”. Hal inilah yang harus lebih diperhatikan pada petani yang berpindidikan rendah sehingga petani bisa lebih paham dan mampu untuk memanajemen diri dan dapat beroganisasi. Tabel 40. Korelasi Manajemen X1 dengan Kemandirian Kelompok Y4 Tingkat SMA dan S1 Manajemen Kemandirian Kelompok Spearman’s rho Manajemen Correlation Coefficient 1.000 .621 Sig. 2-tailed . .001 N 26 26 Kemandirian Kelompok Correlation Coefficient .621 1.000 Sig. 2-tailed .001 . N 26 26 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Dari tabel 40 diatas dapat dilihat korelasi yang signifikan antara manajemen terhadap kemandirian kelompok. Dalam manajemen yang diberikan oleh perusahaan, perusahaan tidak hanya sekedar membantu petani dalam permodalan dan tata cara mengelola kebun plasma sesuai dengan standar operasional, tetapi perusahaan juga membantu petani dalam pembentukan organisasi atau kelompok tani. Telihat dari hal ini sangat berkorelasi terhadap kemandirian kelompok tani, dimana petani telah mampu membentuk sebuah kelompok tani, di dalam kelompok itu petani aktif berdiskusi dan bertukar informasi antar sesama kelompok tani. Petani juga berkonsultasi dengan Universitas Sumatera Utara 102 perusahaan dan juga mengembangkan jaringan dengan pihak-pihak lain guna mempermudah petani dalam menyelasaikan masalah yang dihadapi dalam mengelola perkebunan mereka. Artinya manajemen yang diberikan perusahaan kepada petani plasma pada tingkat SMA dan S1 telah mampu membentuk kelompok tani secara mandiri, dimana mereka mampu untuk mengorganisasikan diri untuk membentuk komunitas, mereka sadar akan pentingnya sebuah kelompok dalam pengelolaan perkebunan mereka, sehingga mereka dapat melepaskan ketergantungan mereka dari pihak lain. Seperti yang dikemukakan oleh Alex Inkeles bahwa manusia modern memiliki karakteristik menerima hal-hal baru, berorientasi pada masa depan daripada masa lalu, lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki perencanaan dan pengorganisasian. Artinya petani pada tingkat menengah atas telah mampu memanajemen diri dan sadar akan pentingnya sebuah kelompok, dengan itu petani membantuk sebuah kelompok, artinya petani telah memiliki kesadaran dan percaya diri akan pentingnya untuk bersatu, sehingga petani dapat melepaskan diri dari pihak lain. di dalam kelompok itu petani dapat berdiskusi dan berkonsultasi tentang masalah apa yang dihadapi dan bagaimana cara penanganannya. Dengan ini petani dapat berkembang dan produktif sehingga menjadi modern dan terwujudnya kemandirian kelompok. Transformasi nilai yang terjadi antara nilai pengajaran dan dampaknya kepada petani, di mana petani yang sebelumnya tidak ada kelompok tani, melalui pendidikan dan pengalaman yang di dapat, petani sadar akan pentingnya bersatu, Universitas Sumatera Utara 103 maka petani membentuk kelompok tani dan mampu melepaskan diri dari ketergantungan. Tabel 41. Korelasi Permodalan X2 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SD dan SMP Permodalan Kemandirian Keuangan Spearman’s rho Permodalan Correlation Coefficient 1000 .057 Sig. 2-tailed . 783 N 26 26 Kemandirian Keuangan Correlation Coefficient .057 1.000 Sig. 2-tailed 783 . N 26 26 Tabel 42. Korelasi Permodalan X2 dengan Kemandirian Keuangan Y3 Tingkat SMA dan S1 Permodalan Kemandirian Keuangan Spearman’s rho Permodalan Correlation Coefficient 1.000 .138 Sig. 2-tailed .113 N 26 26 Kemandirian Keuangan Correlation Coefficient .318 1.000 Sig. 2-tailed .113 N 26 26 Dari tabel 41 dan 42 dapat dilihat tidak adanya korelasi antara permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani plasma di tingkat SD dan SMP. Artinya pada tingkat pendidikan bawah, petani kurang mampu untuk mengelola modal yang diberikan oleh pihak perusahaan. Selain itu perusahaan yang kadang-kadang Universitas Sumatera Utara 104 hanya memberikan tata cara peminjaman modal tanpa di damping membuat petani kurang paham. Hal ini banyak yang menyebabkan petani menjual lahannya karena lebih tergiur untuk menjual lahan plasmanya, tetapi pada akhirnya kembali menjadi tidak berdaya dan menjadi buruh karena tidak mampu mengelola keuangan mereka. Dalam konsep kemandirian petani, kegagalan petani dalam kemandirian keuangan, dimana petani tidak mampu dalam pengelolaan modal karena pemerintah atau pun pihak perusahaan tidak memanajemen keuangan petani secara berkelanjutan. Padahal manajemen keuangan petani sangat penting untuk ditindaklanjuti demi kesejahteraan dan kemakmuran petani. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini yang dibantu dengan penyuluh pertanian diharapkan mendorong petani untuk membuat koperasi sendiri dengan modal dari petani sendiri, pengelolaannya dari petani sendiri dan manajemennya dari petani sendiri dengan demikian petani bisa buat yang terbaik untuk dirinya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Robert K Merton, dimana suatu institusi dalam hal ini perusahaan PTPN VI jambi merupakan suatu sistem yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain. seperti pada permodalan yang diberikan perusahaan kepada petani plasma baik berupa lahan atau pun lainnya, dimana tidak adanya korelasi pada hal ini dengan kemandirian keuangan petani. Artinya disini terjadi disfungsi, hal ini yang membuat sistem tidak berjalan semestinya dan Universitas Sumatera Utara 105 berakibat negatif pada bagaian lain. hal ini berdampak dimana petani tidak mampu dalam pengeloaan modal, dimana banyak petani yang menjual lahan plasmanya dan kemudian tidak dapat mengelola keuangan tersebut dengan baik.

4.5 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Perneliharaan Tanarnan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di Kebun lnti dan Plasma PIR Trans Sei Tungkal PT Agrowiyana, Jambi

0 11 89

Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)

1 10 96

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

Analisis Regresi Data Panel Pada Pemodelan Produksi Panen Kelapa Sawit Di Kebun Sawit Plasma Kampung Buatan Baru

0 0 12

Perilaku Rumah Tangga Petani Plasma Kelapa Sawit

0 6 238

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori Fungsionalisme Struktural Robert Merton - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

0 1 18