tidak memiliki efek samping dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. Sedangkan
kelemahan metode senggama terputus yaitu tingkat kehamilan tinggi 17-25 , dan kepuasan dalam hubungan seksual berkurang serta dapat menimbulkan tekanan
kejiwaan. Pantang berkala yaitu metode KB yang mempertimbangkan masa subur wanita
yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan adalah tidak melakukan hubungan seksual pada saat masa subur istri. Keuntungan pantang berkala
adalah : hubungan seksual yang alami dan kepuasan seksual tidak terganggu. Sedangkan kelemahan pantang berkala adalah : kegagalan tinggi bila siklus menstruasi
istri tidak teratur.
2.3 Persepi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Menurut Notoatmodjo 1993 pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya persepsi, sikap dan perilaku seseorang over behaviour.
Persepsi, sikap dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu
tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut juga akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif
terhadap hal tersebut Pria atau suami, memiliki peran lebih dominan dalam mengambil keputusan
terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun, informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi bagi pria di Indonesia masih sangat kurang, terutama kurang tersedianya
metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Memasuki awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam menentukan kelahiran anak. Dari perencanan keluarga yang meliputi penentuan jumlah anak, kapan
istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan sebagainya, merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi. Ketika istri hamil, suami
bisa menjamin bahwa istri melakukan pemeriksaan yang baik dan teratur, memperoleh makanan bergizi, merasa tenang dan bahagia.
Begitupun saat istri melahirkan, suami dapat memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan. Tidak cukup hanya itu, setelah bayi lahir, suami pun sangat berperan
penting mendorong istri untuk segera menyusui bayinya, menjamin tersedianya makanan bergizi, membantu pekerjaan rumah tangga, membantu memelihara bayi dan
segera memilih metode kontrasepsi BKKBN, 2004. Namun, banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mewujudkan partisipasi
suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Rendahnya partisipasi pria dalam program KB dan penggunaan alat kontrasepsi karena : 1 Kurangnya informasi
dan sosialisasi tentang perspektif laki-laki yang dapat digunakan untuk membantu merancang program-program yang sesuai dan mengutamakan sasarannya adalah
perempuan, 2 Persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya wanita yang menjadi sasaran untuk keberhasilan program KB, 3 Keterbatasan metode kontrasepsi
yang ada untuk laki-laki, 4 Sikap negatif dari para pembuat kebijakan dan provider pelayanan terhadap laki-laki, 5 Kebijakan-kebijakan yang tidak mendukung, seperti
larangan terhadap iklan kondom yang menyebabkan terbatasnya informasi dan aksesibilitas alat KB dan kesehatan reproduksi bagi pria, 6 Sumber daya yang
terbatas, seperti kurangnya staf laki-laki terlatih, klinik untuk laki-laki, jam-jam yang
Universitas Sumatera Utara
sesuai atau pelayanan yang berbeda untuk laki-laki, 7 Biaya yang mahal untuk melakukan vasektomi BKKBN, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Keberhasilan Program Keluarga Berencana KB membutuhkan dukungan semua pihak, bukan saja perempuan yang memiliki kaitan langsung melainkan juga laki-laki.
Angka partisipasi kaum pria dalam menyukseskan program KB masih sangat rendah, jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi hanya sekitar 2,7 saja BKKBN,
2005. Rendahnya partisipasi suami dalam program KB dipengaruhi oleh pengetahuan
dan sikap. Pengetahuan suami tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontasepsi pada laki-laki dipengaruhi oleh keterbatasan informasi seputar jenis
metode KB pada laki-laki dan terbatasnya pelayanan kesehatan untuk pelayanan KB pria. Rendahnya pengetahuan suami tersebut mempengaruhi persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, karena salah satu yang menentukan persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seseorang yang memiliki
pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang lebih positif terhadap hal tersebut BKKBN, 2004.
Universitas Sumatera Utara