menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib Reserve Requirement Ratio Rasio cadangan wajib
adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral Moral Persuasion Himbauan moral adalah kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit
untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter seperti uang beredar atau suku bunga dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Berikut merupakan sasaran-sasaran pengendalian dalam kebijakan moneter:
1. Sasaran Operasional
Dalam konsep sasaran operasional, Bank sentral akan segera mencapai sasaran ini dalam operasi moneter yang dilakukan olehnya. Bank sentral menggunakan
variabel sasaran operasional untuk mengarahkan agar sasaran antara dapat tercapai.
Kriteria sasaran operasional antara lain: 1. Dipilih dari variabel moneter yang memiliki hubungan yang stabil dengan sasaran antara, 2. Dapat dikendalikan
oleh Bank Sentral, 3. Akurat dan tidak sering direvisi Mishkin, 2004:347. 2.
Sasaran Antara Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan moneter
bersifat tidak langsung dan kompleks serta membutuhkan time lag yang panjang. Untuk alasan itu, para ahli moneter dan praktisi bank sentral mendesain simple
rule untuk membantu pelaksanaan kebijakan moneter dengan cara menambahkan indikator yang disebut sebagai sasaran antara. Sasaran tersebut merupakan
indikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan moneter, sasaran ini dipilih dari varibel-variabel yang memiliki keterkaitan stabil dengan sasaran
akhir, cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank sentral, tersedia relatif cepat, akurat dan tidak sering direvisi. Variabel sasaran antara meliputi: agregat
moneter M1dan M2, kredit perbankan dan nilai tukar Bofinger, 2001:125. 3.
Sasaran Akhir Bank sentral memiliki sasaran akhir dari sebuah kebijakan moneter yang ingin
dicapai. Sasaran akhir tersebut tergantung pada tujuan yang diamanahkan oleh UU bank sentral suatu negara. Tujuan akhir kebijakan moneter di Indonesia
mengacu pada Pasal 7 ayat 1 UU Nomor 3 Tahun 2004 yang secara eksplisit mencantumkan bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah stabilitas moneter.
Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam dunia yang didominasi oleh ekonomi dan keuangan kapitalis konvensional,
kebijakan moneter yang dikenal luas adalah kebijakan moneter dalam perspektif konvensional. Sejak 30 tahun terakhir, ekonomi dan keuangan Syariah telah secara
bertahap diterapkan di berbagai negara, secara tunggal maupun berdampingan dengan yang konvensional. Dengan semakin besar dan signifikannya ekonomi dan keuangan
Islam, kebijakan moneter dalam perspektif Islam juga ikut berkembang Ascarya:287.
Banyak negara yang telah menerapkan sistem moneter ganda seperti yang diterapkan
di Indonesia. Negara-negara yang menerapkan sistem moneter ganda, seperti Pakistan, Malaysia dan Indonesia, Bank sentralnya harus melakukan kebijakan
moneter konvensional maupun kebijakan moneter syariah untuk dapat secara efektif mempengaruhi situasi makroekonomi secara menyeluruh.
B. Konsep Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Secara sederhana, mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah saluran yang menghubungkan antara kebijakan moneter dan perekonomian. Mekanisme transmisi
moneter dimulai sejak otoritas moneter atau bank sentral bertindak menggunakan
instrumen moneter dalam implementasi kebijakan moneternya hingga terlihat pengaruhnya terhadap aktivitas perekonomian, langsung maupun secara bertahap.
Dampak tindakan otoritas moneter terhadap aktivitas perekonomian ini terjadi melalui berbagai channel, yakni: saluran uang atau langsung, saluran suku bunga,
saluran kredit, nilai tukar, harga asset dan saluran ekspektasi Pohan, 2008. Kerangka strategis kebijakan moneter bank sentral dipengaruhi oleh keyakinan bank
sentral yang bersangkutan terhadap suatu proses tertentu mengenai berbagai kebijakan moneter berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Proses yang
dimaksud dikenal sebagai sebutan mekanisme transmisi kebijakan moneter. Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku
bunga, nilai tukar dan harga saham disamping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan pada dunia usaha serta penanaman dana
pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Di sektor riil, kebijakan ini berpengaruh pada perkembangan konsumsi, investasi, ekspor dan impor sehingga
kebijakan moneter ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi maupun inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan tersebut.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang kompleks, dan
karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut dengan “black box”
Miskhin, 2004. Kompleksitas dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu :
1. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya. Hal ini terkait dengan perilaku antisipasi oleh perbankan dan para pelaku ekonomi pada setiap perubahan perilaku
bank sentral. 2.
Lamanya tenggang waktu lag sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai. Hal ini dikarenakan transmisi moneter banyak berkaitan dengan
pola hubungan antara berbagai variabel ekonomi dan keuangan yang selalu berubah sejalan dengan perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan.
3. Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi kebijakan moneter tersebut
sesuai dengan perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan jalur-jalur yang dilalui oleh
kebijakan moneter dalam mempengaruhi sasaran akhir kebijakan moneter yaitu inflasi dan GPD riil. Taylor, 1995. Kotak hitam dapat dilihat pada Gambar 6 Jika
ingin menggambarkan bagaimana proses mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur-jalur transmisi sejak dari perubahan kebijakan moneter melalui shock
instrumen kebijakan moneter hingga terwujudnya tujuansasaran akhir kebijakan moneter, maka Gambar 6 dikembangkan menjadi Gambar 7. Pada skema tersebut
terlihat bahwa konsep standar mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai dari ketika bank sentral mengubah instrumennya yang selanjutnya mempengaruhi sasaran
operasional, sasaran antara dan sasaran akhir. Misalnya bank sentral atau BI meningkatkan suku bunga SBI. Peningkatan tersebut mendorong naiknya suku
bunga PUAB, suku bunga deposito, kredit perbankan, harga aset, nilai tukar dan
ekspektasi inflasi di masyarakat. Perkembangan ini mencerminkan bekerjanya jalur- jalur transmisi moneter yang akan selanjutnya berpengaruh terhadap konsumsi dan
investasi, ekspor dan impor yang merupakan komponen permintaan eksternal dan keseluruhan permintaan agregat.
Sumber: Mishkin 2004:357. Gambar 6. Mekanisme Tranmisi Kebijakan Moneter sebagai Black Box
Secara empiris, besarnya permintaan agregat tidak selalu sama dengan penawaran
agregat. Jika terjadi selisih antara permintaan dan penawaran atau terjadi outpt gap maka akan memberi tekanan terhadap kenaikan harga-harga inflasi dari sisi
domestik. Karena ketika jumlah permintaan naik secara signifikan melebihi jumlah penawaran artinya terjadi selisih anatar demand dan supply maka akan menyebabkan
harga-harga naik sesuai dengan hukum permintaan sehingga hal tersebut akan memberikan tekanan kenaikan harga dan menyebabkan inflasi. Proses ini yang
disebut sebagai indirect exchange rate pass-through. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi luar negeri terjadi melalui pengaruh langsung perubahan nilai tukar terhadap
perkembangan harga barang-barang yang diimpor, proses ini yang disebut direct exchange rate pass-through.
Kebijakan Moneter
?
Tujuan Akhir : Inflasi