Konsep Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

ekspektasi inflasi di masyarakat. Perkembangan ini mencerminkan bekerjanya jalur- jalur transmisi moneter yang akan selanjutnya berpengaruh terhadap konsumsi dan investasi, ekspor dan impor yang merupakan komponen permintaan eksternal dan keseluruhan permintaan agregat. Sumber: Mishkin 2004:357. Gambar 6. Mekanisme Tranmisi Kebijakan Moneter sebagai Black Box Secara empiris, besarnya permintaan agregat tidak selalu sama dengan penawaran agregat. Jika terjadi selisih antara permintaan dan penawaran atau terjadi outpt gap maka akan memberi tekanan terhadap kenaikan harga-harga inflasi dari sisi domestik. Karena ketika jumlah permintaan naik secara signifikan melebihi jumlah penawaran artinya terjadi selisih anatar demand dan supply maka akan menyebabkan harga-harga naik sesuai dengan hukum permintaan sehingga hal tersebut akan memberikan tekanan kenaikan harga dan menyebabkan inflasi. Proses ini yang disebut sebagai indirect exchange rate pass-through. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi luar negeri terjadi melalui pengaruh langsung perubahan nilai tukar terhadap perkembangan harga barang-barang yang diimpor, proses ini yang disebut direct exchange rate pass-through. Kebijakan Moneter ? Tujuan Akhir : Inflasi Sumber: Warjiyo 2004:5 Gambar 7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

C. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Saluran Kredit

Saluran kredit menurut Warjiyo dan Agung 2002 dalam Amaluddin 2005 lahir karena adanya ketidaksempurnaan pasar keuangan. Saluran ini terdiri dari dua sub- saluran, yaitu: 1. Saluran Pinjaman Bank Bank Lending Channel 2. Saluran Neraca Perusahaan Balance Sheet Channel Saluran pinjaman bank menitikberatkan perhatian pada dampak kebijakan moneter terhadap neraca bank khususnya pada sisi asset, sedangka saluran neraca perusahaan memfokuskan pengamatan pada dampak kebijakan moneter terhadap neraca perusahaan atau akses terhadap kredit perbankan Warjiyo dan Agung, 2002 dalam Amaluddin 2005. Pada saluran pinjaman bank, kebijakan moneter ditransmisikan ke perekonomian terutama melalui pengaruhnya terhadap sisi asset bank khususnya pinjaman atau kredit bank Warjiyo dan Agung, 2002 dalam Amaluddin 2005. Ekspansi moneter akan meningkatkan cadangan perbankan bank reserve sehingga kemampuan bank untuk memberikan pinjaman semakin meningkat Agung dkk, 2002 dalam Amaluddin 2005. Hal ini akan mendorong peningkatan pemberian kredit kepada nasabah debitur. Selanjutnya nasabah akan meningkatkan belanja investasi dan konsumsinya. Akibatnya perekonomian akan meningkat. Dampak output akan meningkat pula. Pada kontraksi moneter, cadangan perbankan bank reserve akan menurun sehingga kemampuan perbankan dalam memberikan pinjaman akan menurun pula. Apabila penurunan tersebut tidak dapat ditutup dengan dana-dana lain yang bebas dari peraturan cadangan wajib minimum atau dengan menjual sekuritas yang dimiliki, amak penyaluran kredit akan turun. Selanjutnya investasi dan aktivitas perekonomian dengan sendirinya akan menurun. Pada gilirannya hal ini akan menurunkan tingkat output dan inflasi Amaluddin, 2005. Pada saluran neraca perusahaan, kebijakan moneter sitransmisikan ke perekonomian dan harga-harga melalui pengaruhnya terhadap posisi keuangan atau kekayaan bersih perusahaan yang dapat mempengaruhi kemudahan perusahaan dalam mendapatkan dana pinjaman. Posisi keuangan atau kekayaan bersih perusahaan termasuk kemudahan dalam mendapatkan pembiayaan eksternal akan mempengaruhi keputusan investasi perusahaan. Selanjutnya keputusan investasi perusahaan akan mempengaruhi aktifitas perekonomian dan inflasi. Kebijakan moneter ekspansif akan menurunkan suku bunga pinjaman. Dampaknya terhadap perusahaan adalah peningkatan nilai kekayaan bersih karena peningkatan nilai present value dari asset yang dimiliki dan penurunan nilai kewajiban riil Hubbard, 2005. Peningkatan nilai kekayaan bersih dan penurunan nilai kewajiban riil akan menurunkan biaya pembiayaan eksternal sehingga kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi meningkat. Selanjutnya keputusan perusahaan untuk melakukan investasi akan meningkatkan output dan permintaan agregat. Sebaliknya kebijakan moneter kontraktif akan menaikkan suku bunga pinjaman. Dampaknya pada perusahaan adalah penurunan dari aset yang dimiliki dan peningkatan nilai kewajiban riil. Penurunan nilai kekayaan bersih dan peningkatan nilai kewajiban riil akan meningkatkan biaya pembiayaan eksternal sehingga kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi menjadi berkurang. Akibatnya perusahaan akan mengurangi atau membatasi kegiatan investasinya sehingga output dan permintaan agregat akan berkurang Amaluddin, 2005. Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam proses perputaran uang, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit dapat diterangkan sebagai berikut. Pada tahap pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral dengan menetapkan BI rate yang menjadi suku bunga acuan akan berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga jangka pendek misalnya suku bunga SBI di pasar uang rupiah. Perkembangan ini selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada simpanan masyarakat dan suku bunga kredit yang dibebankan bank-bank kepada para debiturnya. Terdapat proses atau tenggang waktu, terutama karena kondisi internal perbankan dalam manajemen aset dan kewajibannya. Pada tahap kedua, transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan bergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan konsumsi terjadi terutama karena bunga deposito merupakan komponen dari pendapatan masyarakat income effect. Sementara itu, pengaruh suku bunga terhadap permintaan investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal cost of capital, di samping yield obligasi dan dividen saham, dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut selanjutnya bakan berdampak pada besarnya permintaan agregat dan pada akhirnya akan menentukan output riil dan tingkat inflasi dalam ekonomi.

D. Transmisi Kebijakan Moneter Konvensional

Transmisi kebijakan moneter dari perspektif konvensional dapat melalui jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Dengan digunakannya instrumen suku bunga dalam rezim moneter inflation targeting.