BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Sungai
Air sungai Aek Leidong di Desa Air Hitam adalah air sungai yang memiliki siklus pasang surut dan memiliki banyak anak sungai yang berasal dari daerah berawa, lahan
gambut serta industri-industri di sekitarnya. Adapun air sungai tersebut mempunyai ciri-ciri: Intensitas warna yang tinggi
berwarna coklat kemerahan, pH rendah pH = 5 dan Bila didiamkan dalam suatu wadah air memiliki endapan. Air sungai yang sudah diendapkan dalam suatu wadah
maka ia tampak lebih jernih tetapi warna dan rasa tidak berubah. Air sungai merupakan air baku yang umum digunakan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum PDAM di Indonesia. Untuk menjadi air baku air minum, air sungai tersebut harus memenuhi parameter baku mutu yang berlaku. Keberhasilan proses
pengolahan air minum berkaitan erat dengan penurunan kekeruhan dan kontaminan lain yang terkandung di dalam air baku. Air yang memenuhi standar atau persyaratan
kesehatan adalah air yang tidak berbau, berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 907MENKESSKVII2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum Rindang dan Fadli, 2010.
Pengolahan air sungai menjadi air bersih bisa digunakan di daerah rawa seperti di Desa Air Hitam yang mengandung gambut. Untuk itu diperlukan suatu cara
pengolahan air sungai yang sederhana dan terjangkau oleh masyarakat di daerah tersebut.
2.1.1 Sumber Air Baku
Universitas Sumatera Utara
Air baku yang digunakan masyarakat Desa Air Hitam Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara diambil dari 3 sumber, yaitu: air hujan, air sumur dan
air sugai Aek Leidong. Penduduk yang bertempat tinggal minimal 200 m dari sungai menggali sumur dengan kedalaman ± 3 meter. Penduduk tersebut menggunakan air
sungai atau air sumur untuk keperluan MCK Mandi Cuci Kakus sedangkan untuk memasak dan air minum menggunakan air hujan yang ditampung langsung dari atap
rumah mereka. Dengan dua musim yang terjadi di daerah ini maka persediaan air sumur dan air hujan terbatas sehingga jika musim kemarau penduduk terpaksa
menggunakan air sungai Aek Leidong untuk kebutuhan sehari-hari tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.1.2 Kualitas Air Baku
Suyono 2008 menyatakan bahwa pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga dicapai kualitas yang diinginkan sesuai dengan
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi ilmiahnya. Sedangkan pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan sehingga menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Kemudian mutu air adalah kondisi dan kualitas air yang
diuji dengan parameter-parameter dan metode tertentu sesuai berdasarkan peraturan yang berlaku sementara baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditoleransi keberadaannya di dalam air.
Sumber air di Desa Air Hitam secara visual berwarna cokelat kemerahan dan memiliki endapan yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi
persyaratan kualitas air bersih yang distandardkan oleh Departemen Kesehatan RI melalui PERMENKES NO.416MENKESPERIX1990.
Universitas Sumatera Utara
Kontaminan utama pada air adalah zat padat dengan mineral-mineral yang terikut didalamnya, selain itu apabila aliran air melalui permukaan tanah dengan
tingkat organik tinggi seperti tanah gambut, maka kandungan organik akan tinggi, demikian dengan sumber-sumber air lainnya. Pada umunya penampakan karakteristik
air dan metode pengolahannya tergantung dari tingkat kekeruhannya atau karakteristik air baku. Selain masalah air baku perlu dipertimbangkan juga karakteristik air yang
akan dihasilkan, biaya investasi, biaya oprasional dan biaya pemeliharaan serta ketersediaan lahan Suyono, 2008.
2.1.3 Dampak pencemaran air terhadap kesehatan manusia