Penjernihan Air Sungai Aek Leidong Dengan Menggunakan Larutan Elektrokoagulasi Dengan Penambahan Larutan Tawas Pada Penjernihan

4.4 Penjernihan Air Sungai Aek Leidong Dengan Menggunakan Larutan

Tawas Pada sub bab 4.3 diperoleh bahwa penjernihan air hanya dengan proses elektrokoagulasi berjalan lambat. Oleh sebab itu, peneliti mencoba menjernihkan air sungai tersebut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat tawas 17 dengan kadar 10.000 ppm. Hal ini untuk melihat pengaruh volume larutan tawas terhadap perubahan warna atau kejernihan air. Hasil eksperimen ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Proses penjernihan air sungai Aek Leidong dengan menggunakan larutan tawas No Volume Air Sungai ml Volume Lar. Tawas ml Waktu menit Pengamatan warna secara visual 1 500 5 60 Cokelat terang 2 500 10 60 Cokelat terang 3 500 15 60 Cokelat terang 4 500 20 60 Cokelat terang 5 500 25 60 Cokelat terang Dari data di atas, diperoleh bahwa proses penjernihan dengan volume larutan tawas yang bervariasi masih belum mampu untuk menjernihkan sampel. Setelah 60 menit, proses pembentukan koagulan masih sangat lambat. Hal ini ditunjukkan dengan pengamatan secara visual, penurunan warna masih cokelat terang.

4.5 Elektrokoagulasi Dengan Penambahan Larutan Tawas Pada Penjernihan

Air Sungai Aek Leidong Pengolahan air sungai Aek Leidong untuk mendapatkan air bersih yang dilakukan hanya dengan metode elektrokoagulasi maupun hanya dengan penambahan larutan Universitas Sumatera Utara tawas tidak dapat memberikan pengaruh yang signifikan, hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Hal ini disebabkan karena air sungai Aek Leidong mengandung senyawa-senyawa organik yang lebih dominan daripada senyawa- senyawa anorganik. Untuk optimalisasi hasil, penjernihan sampel dilakukan dengan elektrokoagulasi disertai penambahan larutan tawas. Sampel yang akan dielektrokoagulasi ditambahkan larutan tawas dengan volume yang bervariasi mulai dari 5 ml sampai 25 ml dengan interval 5 ml. Jarak elektroda dibuat tetap, 2.5 cm sesuai hasil pada sub bab 4.2, volume sampel 500 ml dan waktu pengamatan mulai 20 menit sampai 45 menit dengan interval 5 menit. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Elektrokoagulasi air sungai Aek Leidong dengan penambahan larutan tawas No. Volume Air Sungai ml Volume Lar. Tawas ml Tegangan V Jarak elektroda cm Waktu menit Pengamatan warna secara visual 1 500 5 12 2.5 45 Jernih 2 500 10 12 2.5 35 Jernih 3 500 15 12 2.5 30 Jernih 4 500 20 12 2.5 25 Jernih 5 500 25 12 2.5 20 Jernih Penambahan larutan tawas ke dalam air sungai yang kemudian dielektrokoagulasi ternyata lebih baik digunakan dalam penjernihan air sungai Aek Leidong Tabel 4.3. Hal ini disebabkan larutan tawas dapat bertindak sebagai sumber ion elektrolit dalam proses elektrokoagulasi yang kemudian diikuti oleh proses flokulasi yang membentuk flok-flok yang lebih besar berupa AlOH 3 . Dengan terbentuknya flok-flok tersebut maka terjadi penurunan konsentrasi logam dan partikel-partikel lain yang larut di dalam sampel air sungai sehingga warna dan Universitas Sumatera Utara kekeruhan menurun. Dalam proses ini, larutan tawas berfungsi sebagai pembuat koligatif larutan sehingga air sungai akan mempunyai larutan elektrolit di dalamnya Susilawati, 2010. Optimalisasi penggunaan larutan tawas yang baik di dalam penjernihan air sungai Aek Leidong adalah 10 mll air sungai dengan tawas 17 kadar 10.000 ppm dan waktu eletrokoagulasi 45 menit disertai pengendapan 15 menit. Jika larutan tawas kurang dari 10 mll maka proses elektrokoagulasi berlangsung lambat dan jika larutan tawas lebih dari 10 mll maka proses elektrokoagulasi berlangsung cepat tetapi akan mempengaruhi naiknya kadar aluminium di dalam air sungai.

4.6 Proses Penjernihan Dalam Skala Aquarium