yang timbul pada perairan yang disebabkan oleh buangan industri di hulu sungai atau dapat juga berasal dari bahan hancuran sisa-sisa tumbuhan yang cukup lama.
Banyak air permukaan terutama yang berasal dari daerah rawa, seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk keperluan rumah
tangga maupun untuk keperluan industri. Zat warna merupakan suatu senyawa yang kompleks yang dapat dipertahankan
di dalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai pembawa
warna dan Auxochrome sebagai pengikat antara warna dan serat Wardhana, 1995 dalam Purwaningsih, 2008. Jenis zat warna ada dua, yaitu:
a. Zat Warna Alam
Zat warna alam adalah zat warna yang berasal dari alam, baik yang berasal dari tanaman, hewan, maupun bahan metal.
b. Zat warna yang berasal dari hewan
Jenis hewan yang biasa dijadikan zat warna antara lain: Kerang Tyran purple, Insekta Ceochikal, dan Insekta warna merah .
Karena air sungai merupakan air berwarna alami maka salah satu proses pengolahannya dapat dilakukan dengan adsorpsi atau penyerapan. Adsorpsi adalah
proses penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat lain. Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan zat padat dengan jumlah
yang sama. Adsorpsi ini merupakan fenomena fisika dimana partikel-partikel bahan yang diadsorpsi tertarik pada permukaan fase padat yang bertindak sebagai adsorben.
Warna didalam air terbagi menjadi dua 2 yaitu warna sejati dan warna semu.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Warna sejati true color
Warna yang yang berasal dari penguraian zat organik alami yaitu zat humus asam humus dan asam flufik, lignin, dimana merupakan sekelompok senyawa yang
mempunyai sifat-sifat yang mirip. Senyawa ini menyebabkan warna didalam air yang sukar dihilangkan terutama jika konsentrasinya tinggi dan memerlukan pengolahan
dengan kondisi operasional yang khususberbeda dengan penghilangan warna semu. Karakteristik warna sejati pada air adalah:
1. Air berwarna kuning terang sampai coklat-merah 2. Air relatif jernih.
3. pH air relatif rendah , dibawah 6 rata-rata 3 – 5 oleh karena itu air dengan pH 4,5 tidak mengandung alkalinitas.
2.5.2 Warna semu Apparent color
Warna semu adalah warna yang disebabkan oleh: 1. Partikel partikel penyebab kekeruhan tanah, pasir dll.
Zat ini lebih mudah dihilangkan dibandingkan dengan penyebab warna lainnya, biasanya didalam air berbentuk koloid.
2. Partikeldispersi halus besi dan mangan Zat-zat ini pada konsentrasi yang sangat rendah, tidak dapat diterima didalam
penyediaan air untuk perumahan maupun industri. Sedikit besi dan mangan dapat menyebabkan warna kecoklatan dalam air yang diproduksi.
3. Partikel-partikel mikroorganisme algaelumut Warna didalam air yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti algae
pembentuk warna seperti blue – green algae, Trichodesmium erythraeum, Oscillatoria rubescens, golongan Cyanobacteria seperti Hammatoidea,
Universitas Sumatera Utara
Heterohormogonium, Albrightia, Scytonematopsis, Thalopophila, Myxocarcina dan Colteronem, golongan nitrat nitrisomonas sp, bakteri besi Crenothrix dan
Sphaerotilus, bakteri belerang Chromatium dan Thiobacillus. 4. Warna yang berasal dari pemakaian zat warna oleh industri tekstil, pengrajin
batik, pabrik kertas, dll., seperti bahan pencelup, cat, pewarna makanan dll. Dalam proses pengolahan air, warna merupakan salah satu parameter fisika
yang digunakan sebagai persyaratan kualitas baik untuk air minum maupun air bersih. Prinsip yang berlaku dalam penentuan parameter ini adalah memisahkan terlebih
dahulu zat atau bahan-bahan yang terlarut yang menyebabkan kekeruhan.
2.6 Kekeruhan
Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H
2
O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika biologik
bersifat hidup ataupun berbentuk karakteristika non biologik bersifat mati. Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri
dapat bermacam – macam diantaranya adalah kekeruhan turbidity. Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU Nephelo Metrix Turbidity Unit atau JTU Jackson Turbidity Unit atau FTU Formazin Turbidity Unit, kekeruhan ini
disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri
Admin, 2008. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat
yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
2.7 Suhu
Universitas Sumatera Utara
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Komposisi dan warna tanah juga dapat mempengaruhi suhu, makin terang
warna tanah makin banyak panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap. Asap dan gas yang terdapat di udara sering mereduksi
radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi
pengaruh radiasi matahari. Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahan dan
kedalaman. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu perairan. Peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan gerak
partikel dalam sistem sehingga semakin banyak tumbukan antar partikel yang dapat terjadi yang akhirnya mempercepat terbentuknya.
Kenaikan suhu air yang mengandung zat organik akan menaikkan kelarutan dari koagulan, sehingga ion aquometalik lebih cepat terbentuk, dan partikel-partikel
koloid lebih cepat ternetralisir membentuk flok seiring dengan kenaikan suhu. Namun, saat suhu optimum telah tercapai, peningkatan suhu tidak lagi memperbesar ukuran
flok, karena kelarutan flok meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Sehingga kenaikan suhu akan menurunkan efektifitas koagulasi karena flok-flok yang sudah
jenuh tadi akan melarut kembali Fathul, 2008.
2.8 Derajat keasaman pH