menggunakan elektroda untuk menghasilkan ion yang digunakan untuk mengolah air limbah.
2.3.1 Proses Elektrokoagulasi
Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang di dalamnya terdapat dua atau lebih penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda, yang tercelup
dalam larutan air sungai sebagai elektrolit. Dari reaksi tersebut, pada anoda akan dihasilkan gas, buih dan flok. Selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat logam
yang ada di dalam air sungai, sehingga flok akan memiliki kecenderungan mengendap. Selanjutnya flok yang telah mengikat tersebut diendapkan pada wadah
sedimentasi dan sisa buih akan terpisahkan pada unit filtrasi. Karena dalam proses elektrokoagulasi ini menghasilkan gelembung-gelembung gas, maka kotoran-kotoran
yang terbentuk yang ada dalam air akan terangkat ke atas permukaan air. Flok-flok terbentuk ternyata mempunyai ukuran yang relatif kecil sehingga flok-flok yang
terbentuk tadi lama-kelamaan akan bertambah besar ukurannya.
Gambar 2.1 Prinsip proses elektrokoagulasi sumber: Purwaningsih. 2009 2.3.2 Mekanisme dalam Elektrokoagulasi
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah gambar yang dapat menunjukkan interaksimekanisme yang terjadi di dalam reaktor elektrokoagulasi.
Gambar 2.2 Mekanisme dalam elektrokoagulasi Holt, P., 2006
Reaktor elektrokimia merupakan sebua sel elektrokimia dimana kutub anoda yang berupa logam biasanya aluminium atau terkadang besi dimana ion logam yang
terlepas berfungsi sebagai agen koagulan. Dan secara simultan terjadi gelembung gas hydrogen di kutub katoda.
Elektrokoagulasi mempunyai kemampuan untuk mengolah berbagai macam polutan termasuk padatan tersuspensi, logam berat, tinta, bahan organik, minyak dan
lemak, ion dan radionuklida. Kemampuan elektrokoagulasi untuk mengolah berbagai macam polutan menarik minat industry untum menggunakannya. Gambar 2.2
memperlihatkan proses elektrokoagulasi yang sangat kompleks. Dimana koagulan dan produk hidrolisis saling berinteraksi dengan polutan atau dengan ion yang lain atau
dengan gas hidrogen. Menurut Molah 2004 mekanisme penyisihan yang umum terjadi di dalam
elektrokoagulasi terbagi dalam tiga factor utama, yaitu: 1.
Terbentuknya koagulan akibat proses oksidasi elektrolisis pada elektroda, 2.
Destabilisasi kontaminan, partikel tersuspensi dan pemecahan emulsi, dan 3.
Agregatisasi dari hasil destabilisasi untuk membentuk flok.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan proses destabilisasi kontaminan, partikel tersuspensi dan pemecahan emulsi terjadi dalam tahapan sebagai berikut:
1. Kompresi dari lapisan ganda double layer, difusi yang terjadi disekeliling
spesies bermuatan yang disebabkan interaksi dengan ion yang terbntuk darioksidasi di elektroda.
2. Netralisasi ion kontaminan dalam air limbah dengan menambahkan ion
berlawanan yang dihasilkan dari elektroda. Dengan adanya ion tersebut menyebabkan berkurangnya gaya tolak menolak antar partikel dalam air
limbah gaya Van der Waals sehingga proses elektrokoagulasi bisa berlangsung.
3. Terbentuknya flok,, dimana flok ini terbentuk akibat proses elektrokoagulasi
sehingga terbentuk sludge yang mampu menjebak dan menjembatani partikel koloid yang masih ada di air limbah.
Bila elektroda sel elektrokoagulasi dialiri listrik arus searah, akan terjadi kemungkinan reaksi kimia sebagai berikut Fitri dan Ismawati, 2007 :
a. Reaksi pada Katoda