Model Perencanaan Pegawai Negeri Sipil Khususnya Jabatan Fungsional Tertentu Kedepannya
Model Perencanaan Pegawai Negeri Sipil Khususnya Jabatan Fungsional Tertentu Kedepannya
Dalam melakukan perencanaan PNS khususnya JFT tidak semudah yang dibayangkan, hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya permasalahan yang telah dibahas di atas. Oleh karena itu, peneliti melihat bahwa perlu ada suatu model perencanaan PNS khususnya JFT yang terstandar dan juga terorganisir dengan baik secara nasional, sehingga permasalahan-permasalahan yang terjadi dapat diminimalisir dan juga memudahkan instansi pemerintah dalam melakukan perencanaan PNS khususnya JFT kedepannya. Model perencanaan PNS khususnya JFT yang ideal kedepannya adalah perencanaan PNS khususnya JFT secara terpusat dilakukan oleh BKN dan berintegrasi tidak hanya dengan Menpan, Kemendagri namun juga dengan Instansi Pembina JFT. Sebelum melaksanakan model perencanaan PNS khususnya JFT tersebut, ada beberapa hal yang harus dibenahi, yaitu:
1. Adanya persamaan persepsi mengenai perencanaan PNS pada umumnya yang dituangkan dalam satu regulasi antara BKN, Menpan, Kemendagri dan juga para instansi Pembina JFT. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi regulasi yang tumpang tindih dalam hal perencanaan PNS pada umumnya dan JFT pada khususnya.
2. Adanya suatu standar dalam melakukan penyusunan Anjab, ABK dan juga Evajab. Perlu adanya suatu standart format yang simple untuk digunakan oleh semua instansi pemerintah kedepannya. Standart format tersebut merupakan hasil pembaharuan dari format-format yang telah ada. Hal ini dikarenakan, berdasarkan hasil FGD dengan ketiga
belas lokus penelitian, para pengelola kepegawaian mengeluhkan atas format yang ada, dimana format-format tersebut sangat berbelit-belit ditambah dengan beragamnya format yang harus diisi. Suatu standar dalam melakukan penyu- sunan Anjab, ABK dan juga Evajab, membuat instansi pemerintah menjadi mudah dalam melakukan perencanaan PNS khususnya JFT. Oleh karenanya perlu adanya suatu kesepahaman antara BKN, Menpan dan juga Kemendagri dalam menentukan regulasi dan format yang seperti apa yang harus digunakan dalam melakukan perencanaan PNS secara umum dan untuk JFT secara khusus.
3. Setelah menentukan standart format dalam penyusunan Anjab, ABK dan juga Evajab yang dapat digunakan secara mudah oleh semua instansi pemerintah, maka langkah selanjutnya adalah BKN sebagai Pembina kepegawaian harus menentukan JFT prioritas yang harus ada dan JFT lainnya disetiap instansi pemerintah, baik instansi pemerintah pusat maupun daerah sesuai dengan urusan dari instansi pemerintah tersebut. Pada instansi pusat, permasalahan urusan organisasi dapat terlihat di Undang-Undang Nomor 39 Tahun 3008 tentang Kementerian Negara Penentuan, sedangkan untuk instansi daerah permasalahan urusan organisisi dapat terlihat di Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. JFT prioritas ini terkait dengan fungsi dari pegawai itu sendiri yaitu untuk melaksanakan visi dan misi suatu organisasi. Melihat dari pembahasan sebelumnya, belum terlihat adanya suatu prioritas dari suatu JFT, karena dari 142 JFT dan juga 25 rumpun jabatan, selama ini JFT yang diajukan formasinya berasal dari guru dan dokter serta penyuluh. Sedangkan selain guru dan dokter serta penyuluh belum dijadikan sebagai JFT prioritas oleh semua instansi pemerintah. Oleh karenanya Peneliti melihat, bahwa
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 63 - 76
setiap instansi wajib memiliki beberapa JFT prioritas untuk mendukung visi dan misi suatu organisasi terbesar yaitu Negara yang tercantum dalam RPJPM, antara lain adalah Perencana, Analis Kepegawaian dan Auditor. Selama ini JFT yang menjadi prioritas dalam pengajuan formasi adalah Guru, Dokter dan Penyuluh. Sedangkan untuk JFT yang vital di setiap instansi pemerintah tidak menjadi suatu prioritas utama dalam perencanaan JFT. Pada JFT Perencana, dibutuhkan suatu perencanaan yang baik pada setiap instasi untuk dapat mewujudkan visi dan misi dari organisasi atau instansi pemerintah tersebut. Hal ini dikarenakan dalam melakukan perencanaan, instansi pemerintah lebih memilih pihak ketiga untuk mengerjakannya, sehingga hasil FGD dari ketiga belas lokus penelitian tidak terlihat adanya urgensi dari keberadaan JFT Perencana dan tidak setiap instansi pemerintah memiliki JFT Perencana. Begitupula dengan JFT Analis Kepegawaian, sangat dibutuhkan ter- utama dalam melakukan manajemen aparatur, namun keberadaan JFT Analis Kepegawaian tersebut hanya berada di BKD atau Biro Kepegawaian saja dan tidak ditempatkan di setiap SKPD atau unit, sehingga yang melaku- kan manajemen aparatur di setiap SKPD atau unit adalah Kasubbag Kepegawaian dimana pegawai tersebut dapat dipindahkan sewaktu-waktu ke tempat lain dan tidak semua Kasubbag Kepegawaian itu memiliki kompetensi mengenai manajemen aparatur, sehingga menyebabkan manajemen aparatur di SKPD tersebut menjadi buruk. Sedangkan kebutuhan akan Auditor itu telah menjadi suatu JFT prioritas di setiap instansi pemerintah, sehingga kebutuhan akan Auditor tersebut juga perlu dikaji ulang secara nasional dan instansi Pembina JFT Auditor dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP).
4. Setelah menentukan JFT Prioritas dan JFT lainnya, maka BKN dan juga para instansi Pembina JFT perlu melakukan pemetaan terhadap jumlah kebutuhan JFT dari setiap instansi pemerintah berdasarkan urusan organisasi dan juga visi dan misi organisasi yaitu Negara yang tercantum dalam RPJPM. Selama ini instansi Pembina JFT tidak mengetahui berapa jumlah calon JFT yang ada, sehingga instans Pembina tidak perlu adanya diklat fungsional, penetapan angka kredit dan juga bagaimana pola karir dari JFT tersebut. Hasil pemetaan terhadap jumlah JFT seluruh Indonesia ini dapat juga mengontrol terjadinya kelebihan atau kekurangan kebutuhan JFT dimasing- masing instansi. Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan, maka tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan redistribusi dan internal rekrutmen atau impassing JFT.
5. Setelah menentukan pemetaan jumlah kebutuhan JFT, maka yang harus di- lakukan kemudian adalah memikirkan bagaimana pengembangan karir dari setiap JFT. Hal ini dilakukan oleh BKN dan juga instansi Pembina JFT. Pengembangan karir ini dimulai dari penyelenggaranaan diklat dibebankan pada negara, kemudian pembinaan terkait dengan Angka Kredit yang kumpulkan dan juga penentuan Tim Penilai Angka Kredit. Selama ini hal-hal tersebut yang menjadi kendala bagi para pegawai untuk memutuskan menjadi JFT dikarenakan besarnya biaya penyelenggaraan diklat fungsional, “susahnya mencari angka Kredit”, tidak ada info mengenai penyelenggaraan diklat dan juga siapa yang akan menjadi Tim Penilai Angka Kredit, sehingga pegawai tidak berminat menjadi JFT dan lebih memilih kepada jabatan Administrasi. Berdasarkan kelima hal yang harus dibenahi dalam melakukan perencanaan PNS khususnya JFT, maka kedepannya setiap daerah tidak perlu lagi mengajukan formasi seperti yang dilakukan selama ini.
Perencanaan Pegawai Negeri Sipil: Study Kasus Jabatan Fungsional Tertentu (Novi Savarianti Fahrani)
Instansi pemerintah hanya cukup men- yang telah disusun oleh setiap sikronkan perencanaan PNS khususnya
SKPD tersebut untuk mendapatkan JFT dengan BKN yang disesuaikan
persetujuan kepala SKPD. dengan kebutuhan JFT secara nasional.
c. Tahap ketiga, menetapkan rincian Apabila terdapat kelebihan suatu JFT
formasi ke BKD yang nantinya juga di satu instansi pemerintah, maka
akan dikirim ke Menpan. JFT tersebut dapat di redistribusi ke
2. Terkait dengen hambatan yang dialami instansi pemerintah yang kekurangan
oleh para instansi pemerintah dalam JFT tersebut. Hal ini mengingat bahwa
melakukan perencanaan PNS khususnya dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
JFT, adalah
2014 tentang Aparatur Sipil Negara
a. Banyaknya regulasi yang tumpang tidak lagi membedakan pegawai
tindih dalam perencanaan PNS. Aparatur Sipil Negara pusat maupun
b. Adanya perbedaan format peren- daerah. Pembenahan perencanaan PNS
canaan (Anjab dan ABK) antara khususnya JFT seperti ini merupakan
yang ditetapkan oleh Menpan dengan pekerjaan yang sangat besar dan mem-
yang ditetapkan oleh BKN dan butuhkan komitmen yang kuat antar
Kemendagri.
lembaga. Apabila hal tersebut bisa di-
c. Penentuan jumlah formasi CPNS lakukan selain dapat mengkontrol jumlah
yang ditetapkan tidak sesuai dengan PNS seluruh Indonesia namun juga dapat
hasil perencanaan PNS dimasing- mengkontrol keuangan negara dalam hal
masing Instansi Pemerintah. belanja pegawai dimana belanja pegawai
d. Minimnya kualitas pegawai dan sebaiknya dilakukan secara terpusat
komunikasi antara pegawai yang di- oleh Kementerian Keuangan, sehingga
berikan tanggung jawab dan BKD instansi pemerintah baik pusat maupun
dalam melakukan perencanaan PNS daerah hanya focus kepada tugas dan
terutama pendidikan dan kompetensi fungsi dari organisasi yang diembannya.
pegawai tersebut sehingga penyu- sunan Anjab dan ABK tidak dapat diimplementasikan secara baik di-
PENUTUP
setiap SKPD walaupun pegawai tersebut telah didiklatkan mengenai
Simpulan
Anjab dan ABK. Berdasarkan hasil pembahasan diatas,
e. Kurangnya perhatian pimpinan pada maka dapat disimpulkan secara sederhana
unit kerja dan juga PPK, sehingga beberapa hal, sebagai berikut:
minat pegawai untuk menjadi JFT
1. Terkait dengan perencanaan PNS
sangat minim.
khususnya JFT dimana selama ini di-
f. Adanya keterbatasan dalam anggaran lakukan oleh ketiga belas instasi peme-
dikarenakan kemampuan belanja rintah yang menjadi lokus penelitian,
pegawai masing-masing instansi memiliki 3 tahapan perencanaan PNS,
berbeda-beda dalam hal melakukan khususnya JFT, adalah:
pengembangan pegawai khususnya
a. Tahap pertama, melakukan penyu- JFT dan juga membayar tunjangan sunan Anjab dan ABK oleh Bagian
jabatannya.
Organisasi dan juga BKD dengan
3. Terkait dengan model perencanaan PNS melibat para Kasubbag Kepegawaian
khususnya JFT yang ideal kedepannya baik secara langsung maupun tidak
yang terstandar dan juga terorganisir langsung melalui perintah dari Pejabat
dengan baik secara nasional, namun ada Yang Berwenang atau Sekda.
beberapa hal yang harus dibenahi, yaitu:
b. Tahap kedua, mengkoordinasikan
a. Adanya persamaan persepsi regulasi kembali hasil Anjab dan ABK
dalam melakukan perencanaan PNS,
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 63 - 76
sehingga tidak ada lagi tumpang
DAFTAR PUSTAKA
tindih.
b. Adanya suatu standar dalam me- Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu. (2013). lakukan penyusunan Anjab, ABK
Manajemen Sumber Daya Manusia dan juga Evajab.
Perusahaan. Bandung: PT. Remaja
c. Menentukan JFT prioritas yang harus
Rosdakarya
ada dan JFT lainnya disetiap instansi Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah. pemerintah, baik instansi pemerintah
(2003). Manajemen Sumber Daya pusat maupun daerah sesuai dengan
Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu. urusan dari instansi pemerintah ter-
Handoko, T. Hani. (2012). Manajemen sebut.
Personalia dan Sumber Daya
d. Melakukan pemetaan terhadap Manusia. Yogyakarta: BPFE. jumlah kebutuhan JFT dari setiap
Hasibuan, M.S.P. (2012). Manajemen instansi pemerintah berdasarkan
Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, urusan organisasi dan juga visi dan
Penerbit Bumi Aksara misi organisasi yaitu Negara yang
Simamora, Henry. (2010). Manajemen tercantum dalam RPJPM.
Sumber Daya Manusia, Jakarta:
e. Menetapkan pengembangan karir
Gramedia.
dari setiap JFT Stone, Raymond J. (2005). Human Resources Management: Fifth Edition. Australia:
Saran
Willey.
Ada beberapa saran yang coba peneliti Rivai, Veithzal. (2009). Manajemen Sumber ungkap dalam penelitian ini, antara lain:
Daya Manusia Untuk Perusahaan.
1. Perlu membuat suatu regulasi yang tidak Jakarta: PT. Raja Graindo. bertentangan mengenai perencanaan PNS
Wirawan. (2015). Manajemen Sumber Daya khususnya JFT dengan berkolaborasi
Manusia Indonesia. Jakarta: Rajawali antara BKN, Menpan, Kemendagri dan
Press:
Instansi Pembina JFT, agar tercipta suatu perencananaan PNS secara Nasional tidak lagi secara parsial seperti yang dilakukan selama ini.
2. Setelah perencanaan PNS khususnya JFT dilakukan secara nasional, maka belanja pegawai juga dilakukan secara terpusat, sehingga para instansi pemerintah hanya melakukan kegiatan belanja pem- bangunan saja.
3. Sebelum membuat suatu perencanaan PNS khususnya JFT yang terpusat secara nasional, perlu dilakukan pembaharuan mengenai format penyusunan Anjab, ABK dan juga Evajab, menentukan JFT prioritas yang harus ada disetiap instansi pemerintah baik instansi pemerintah pusat maupu instansi pemerintah daerah, melakukan pemetaan jumlah kebutuhan jabatan JFT sesuai dengan urusan yang dilakukan oleh masing-masing instansi pemerintah tersebut, dan menetapkan pengembangan JFT kedepannya.
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)