ANALISIS PENEGAKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA (STUDI KASUS KEDEPUTIAN BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) ) ANALYSIS OF STATE CIVIL APPARATUS DISCIPLINE ENFORCEMENT (CASE STUDY ON DEPUTY OF REHABILITATION
ANALISIS PENEGAKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA (STUDI KASUS KEDEPUTIAN BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) ) ANALYSIS OF STATE CIVIL APPARATUS DISCIPLINE ENFORCEMENT (CASE STUDY ON DEPUTY OF REHABILITATION AND RECONSTRUCTION NATIONAL BOARD OF DISASTER MANAGEMENT)
Trubus Rahardiansah Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Trisakti Jakarta Jalan Kyai Tapa No. 1 Grogol Jakarta Barat e-mail: [email protected]
(Diterima 8 Maret 2017, Direvisi 21 April 2017, Disetujui 15 Juni 2017)
Abstrak
Aparatur Sipil Negara merupakan sumber daya manusia dalam instansi pemerintah dan merupakan kekuatan yang menentukan bagi keberhasilan tujuan organisasi. Penegakan disiplin kerja dalam rangka pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan permasalahan yang signiikan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, hasil penelitian penegakan disiplin kerja dalam rangka pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan bahwa pada umumnya masih relatif rendah kinerjanya. penegakan disiplin preventif, korektif dan progresif melalui pembinaan dan sosialisasi peraturan-peraturan disiplin yang ada dan berlaku di BNPB belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini terlihat dari banyaknya pegawai BNPB, khususnya pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi belum sepenuhnya memahami, mematuhi dan melaksanakan peraturan- peraturan disiplin yang ada dan berlaku di BNPB, khususnya PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan pegawai belum pernah mengikuti sosialisasi peraturan tentang disiplin tersebut. Selain itu, pegawai hanya mengetahui peraturan sebatas disiplin waktu kerja dan sanksi dari ketidakhadiran atau keterlambatan jam kerja berupa pemotongan tunjangan kinerja, disisi lain banyak pegawai yang tidak bekerja secara optimal dan tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Kata kunci: aparatur sipil negara, penegakan disiplin kerja, manajemen sumber daya aparatur
Abstract
State Civil Apparatus are the human resources of the government institution and also a mean that determine organization success. Discipline enforcement in the framework of performance allowance provision is an important matter. Using qualitative approach, the result shown that generally the discipline enforcement at the Deputy of Rehabilitation and Reconstruction, National Board of Disaster Management were relatively low. The preventive, corrective and progressive discipline enforcement through coaching and disciplinary rules socialization in BNPB has not been optimized. This fact can be seen from the number of the employee that has not fully understand, comply and carry out the disciplinary rules, especially the PP Nomor 53 Tahun 2010 yet. There were also employees that had not even attend to the socialization yet. Moreover, most of the employees knew only about the working hours and the allowance deduction part of the rules. Meanwhile, there were employees that still not doing their job optimally or even done it on time.
Keywords: state civil apparatus, discipline enforcement, civil service management
PENDAHULUAN
capainya tujuan organisasi diperlukan adanya pegawai yang bermental baik, berdedikasi,
Sumber daya manusia (SDM) dalam berprestasi, berkualitas, bertanggungjawab instansi pemerintah merupakan kekuatan
penuh sebagai aparatur negara, abdi negara yang menentukan bagi keberhasilan tujuan
dan abdi masyarakat, sehingga Aparatur institusi negara. Oleh karena itu, untuk ter-
Sipil Negara (ASN) dalam melaksanakan
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
tugas dan fungsinya harus bisa menjunjung menjalankan peran dan fungsinya menuntut tinggi martabat dan citra kepegawaian demi
adanya disiplin dalam segala hal sebagai kepentingan masyarakat dan negara.
prasyarat tercapainya tujuan organisasi. Dalam konteks administrasi negara
Hal ini akan dapat terwujud apabila setiap peran sumber daya aparatur menjadi
pegawai mematuhi semua peraturan- unsur yang sangat vital bagi kelangsungan
peraturan dan kebijakan-kebijakan yang kehidupan pemerintahan dan pembangunan.
ditetapkan organisasi serta adanya disiplin Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan
yang tinggi terhadap kepatuhan untuk fungsi organisasi ditentukan oleh aparatur
melaksanakannya. Disiplin kerja yang baik yang melaksanakannya disertai penerapan
merupakan aspek dalam meningkatkan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen
kinerja individu dan kinerja organisasi yang yang baik. Kebutuhan akan terciptanya
berpengaruh terhadap pemberian tunjangan ASN yang berkualitas, eisien dan efektif
kinerja pegawai BNPB.
dalam seluruh jajaran administrasi pe- Tunjangan kinerja diberikan kepada merintahan semakin dirasakan sejalan
ASN sebagai insentif atas kinerja yang dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dicapainya. Tunjangan kinerja pegawai di sebagai hasil dari pembangunan dan
lingkungan BNPB dibayarkan terhitung akibat perubahan eksternal pada tingkat
mulai bulan Juli 2014 berdasarkan Peraturan regional dan global. Kecenderungan umum
Presiden Nomor 112 Tahun 2014 tentang dalam pertumbuhan di segala bidang juga
Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan melahirkan tuntutan mengenai perlunya ASN
Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang lebih profesional, terampil, terbuka dan
(Perpres Tukin BNPB) dan Surat Edaran berorientasi pelayanan kepada masyarakat.
Kementerian Keuangan RI Dirjen Perben- Badan Nasional Penanggulangan
daharaan Nomor SE-60/PB/2014 tentang Bencana (BNPB) adalah lembaga peme-
Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor rintah non kementerian setingkat menteri
112 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja yang juga memberikan pelayanan kepada
Pegawai di Lingkungan Badan Nasional masyarakat khususnya dalam bidang ke-
Penanggulangan Bencana. bencanaan. Bencana alam yang terjadi akhir-
Tulisan ini merupakan hasil riset akhir ini menuntut adanya penanganan yang
yang mengkaji bagaimana penegakan maksimal dari pemerintah, sehingga BNPB
penegakan disiplin kerja dalam rangka harus memiliki pegawai yang lebih aktif
pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja khususnya dalam pembangunan pasca-
pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi bencana. Untuk itu BNPB perlu mewujudkan
dan Rekonstruksi BNPB di Jakarta dengan peran pelayanan yang optimal sesuai dengan
memfokuskan pada penegakan disiplin harapan masyarakat. Pelayanan yang ber-
preventif, penegakan disiplin korektif, kualitas dapat menunjukkan adanya kinerja
dan penegakan disiplin progresif. Melalui yang optimal, baik kinerja pegawai maupun
paparan ini diharapkan akan diperoleh kinerja organisasinya.
penjelasan menyeluruh dan komprehensif Untuk meningkatkan pelayanan dalam
terkait penegakan disiplin kerja aparatur penyelenggaraan penanggulangan bencana,
sipil Negara di lingkup kedeputian BNPB. pegawai BNPB perlu untuk memelihara per- satuan dan kesatuan pegawai, meningkatkan citra, wibawa, disiplin dan tanggung jawab
PEMBAHASAN
pegawai serta membangun identitas BNPB. Selain itu, sebagai aparatur negara pegawai
Disiplin Kerja
BNPB dalam memberikan pelayanan kepada Secara etimologis disiplin berasal masyarakat dituntut untuk memberikan
dari bahasa Inggris “disciple” yang berarti citra yang baik dengan bekerja secara pro-
mengikuti orang untuk belajar di bawah fesional. Profesionalitas pegawai dalam
pengawasan seorang pemimpin. Dalam
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan- peraturan yang dibuat oleh pemimpin. Istilah bahasa Inggris lainnya, yaitu discipline berarti tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri atau kendali diri. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi kinerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal, seperti yang dikemukakan oleh Mangkuprawira & Hubeis (2007). kedisiplinan pegawai adalah sikap seorang pegawai yang secara sadar mematuhi aturan, dan peraturan organisasi tertentu, sehingga sangat mempengaruhi kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan disiplin merupakan bentuk-bentuk latihan bagi pegawai dalam melaksanakan aturan- aturan organisasi, sedangkan menurut Rivai (2011), “Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomuni- kasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.”
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap atasan selalu berusaha agar bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang atasan dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin baik. Kedisiplinan diartikan jika pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.
Untuk itu menurut Tohardi (2002) ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menegakkan disiplin tersebut, diantaranya adalah:
1. Punishment and Reward. Punishment (hukuman) atau Reward (hadiah) dapat digunakan sebagai strategi dalam menegakkan kedisiplinan seorang pegawai dalam organisasi. Namun yang paling penting diperhatikan adalah bagai- mana hukuman dan hadiah tersebut benar-benar ditegakkan. Bila hukuman dan hadiah tersebut hanya peraturan saja, terlebih lagi hanya slogan belaka, maka hal tersebut tidak akan mampu berbuat banyak dalam menegakkan kedisiplinan.
2. Adil dan tegas. Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus dilakukan secara tegas dan untuk hukuman harus diterapkan secara adil untuk semua orang yang ada dalam organisasi. Jika hal tersebut dilakukan hanya sebagai slogan, ancaman tetapi tidak ada realisasinya, maka hal tersebut dapat menjadi contoh yang buruk bagi pegawai yang lain.
3. Motivasi.
Pemberian hukuman dan penghargaan termasuk dalam kelompok motivasi. Dengan adanya sanksi atau hukuman apabila melanggar peraturan yang ada, akan memotivasi seseorang untuk meng- hindarinya, sebaliknya dengan adanya penghargaan mendorong seseorang untuk mendapatkannya, yang dalam konteks ini mendorong seseorang untuk menjadi disiplin. Namun unsur motivasi lainnya yaitu, pertama, pihak yang berkompeten dalam organisasi harus memberikan penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh oleh pegawai yang bersangkutan dan apa yang akan diperoleh oleh organisasi bila seseorang disiplin dalam bekerja. Kedua, apa tujuan utama dari disiplin bagi individu maupun bagi organisasi. Ketiga, pimpinan organisasi harus mampu menjelaskan insentif apa yang akan diperoleh pegawai yang disiplinnya tinggi dan apa hukumannya bila tidak disiplin.
4. Keteladanan pimpinan. Pengaruh yang paling besar dalam kewibawaan seorang pemimpin adalah keteladanan, dengan kata lain pemimpin
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
yang dapat memberikan keteladanan bijakan disiplin. Tanpa adanya disiplin yang baik, akan menambah wibawa
dan ancaman tindakan disiplin, efektiitas sehingga segala sikap dan perilaku
akan menjadi sangat terbatas, hal ini pimpinan selalu menjadi rujukan atau
dikemukakan oleh Mondy dan Noe (1996) panutan bawahan, maka kedisiplinan
”The organization beneits from developing juga dapat merujuk kepada pimpinan,
and implementing effective disciplinary sehingga apabila pemimpin disiplin,
policies. Without healthy state of discipline, maka bawahan juga akan ikut disiplin,
organization’s effectiveness may be severely demikian sebaliknya bila pimpinan
limited.”
tidak disiplin, maka bawahan juga ikut Selanjutnya, mereka mengatakan tidak disiplin. Untuk itu dalam sebuah
bahwa tindakan disiplin yang efektif akan organisasi apabila ingin mendapatkan
mendorong individu untuk meningkatkan bawahan yang berdisiplin tinggi, maka
kinerja yang menguntungkan individu ter- pimpinan juga harus menjadi seorang
sebut dan juga organisasi. yang berdisiplin tinggi.
Menurut Davis dan Newstrom
5. Lingkungan yang kondusif. (1985), ”Discipline as a management Lingkungan sosial tempat bekerja harus
action to enforce standards organization.” kondusif, bila mengharapkan orang-
(disiplin sebagai tindakan manajemen orang yang bekerja di tempat tersebut
untuk menegakkan standar organisasi). berdisiplin tinggi. Lingkungan sosial
Sedangkan menurut Tulus (2004), disiplin tempat kerja dapat menjadi acuan
adalah pelatihan, terutama pelatihan pikiran seseorang dalam berdisiplin, seseorang
dan sikap untuk dapat mengendalikan pegawai akan ikut menjadi tidak disiplin,
dirinya, melaksanakan adat istiadat, untuk bila lingkungan tempat ia bekerja
mematuhi aturan sehingga bisa menjadi juga tidak ada yang disiplin. Kondisi
kontrol dan indikator yang terkait dengan lingkungan kerja yang tidak kondusif,
kinerja karyawan. Lain halnya dengan Davis juga disebabkan tidak ditegakkannya
(dalam Mangkunegara: 2009) menjelaskan peraturan secara tegas oleh pimpinan,
bahwa disiplin kerja sebagai pelaksanaan sehingga akan menjadi budaya dan
manajemen untuk memperteguh pedoman- menjadi hal yang biasa saja.
pedoman organisasi.
6. Ergonomis. Pada dasarnya disiplin kerja merupakan Lingkungan fisik yang aman dan
sikap individu untuk menghormati, patuh, nyaman turut mempengaruhi ke-
menghargai dan taat terhadap peraturan disiplinan kerja seseorang. Lingkungan
organisasi, baik yang tertulis maupun yang kerja yang ergonomis perlu diciptakan
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya, oleh organisasi dalam upaya mendukung
tidak mengelak untuk menerima sanksi- program peningkatan kedisiplinan
sanksi apalagi melanggar tugas dan pegawai.
wewenang yang diberikan kepadanya. Disiplin merupakan tonggak penopang
Disiplin kerja pada diri individu erat bagi keberhasilan tujuan organisasi, baik
kaitannya dengan usaha untuk mencapai organisasi sektor publik (pemerintahan)
tujuan individu dan organisasi. maupun sektor swasta. Untuk itu, setiap organisasi harus menerapkan kebijakan
Jenis-jenis Disiplin
disiplin para pegawai dalam organisasi- Disiplin kerja memiliki beberapa organisasi tersebut. Bagi pegawai, disiplin
fungsi antara lain adalah pembentukan merupakan salah satu kunci keberhasilan
sikap, perilaku, dan tata kehidupan di dalam menyelesaikan tugas dan
dalam lingkungan, salah satunya adalah kewajibannya.
menciptakan suasana tertib dan teratur Di sisi lain, organisasi juga akan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Handoko memperoleh manfaat dari penerapan ke-
(2014) membagi 3 disiplin kerja yaitu:
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
1. Disiplin Preventif
1. Besar kecilnya kompensasi; Disiplin preventif adalah kegiatan
2. Ada tidaknya keteladanan dari pimpinan; yang dilaksanakan untuk mendorong
3. Ada tidaknya aturan yang dapat dijadikan para karyawan agar mengikuti ber-
pegangan;
bagai standar dan aturan, sehingga
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil penyelewengan-penyelewengan dapat
tindakan;
dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan; mendorong disiplin diri diantara para
6. Ada tidaknya perhatian (manajemen) karyawan. Manajemen mempunyai
terhadap para pegawai; tanggung jawab untuk menciptakan
7. Diciptakannya kebiasaan-kebiasaan suatu iklim disiplin preventif dimana
yang mendukung tegaknya disiplin. berbagai standar diketahui dan dipahami.
Selain itu menurut Saydam (1996) ada
2. Disiplin Korektif beberapa ukuran untuk mengukur disiplin, Disiplin korektif adalah kegiatan yang
yaitu adanya kepatuhan pegawai dalam: diambil untuk menangani pelanggaran
1. Mentaati jam kerja masuk dan jam kerja terhadap aturan-aturan dan mencoba
pulang;
untuk menghindari pelanggaran-pelang-
2. Mematuhi pemakaian pakaian seragam garan lebih lanjut. Kegiatan korektif
lengkap dengan atribut dan tanda sering berupa suatu bentuk hukuman
pengenalnya;
dan disebut tindakan pendisiplinan
3. Ikut serta dalam setiap upacara yang (disciplinary action). Sasaran-sasaran
diwajibkan;
4. Bersikap dan bertingkah laku sopan bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan
tindakan pendisiplinan hendaknya positif,
santun terhadap semua karyawan, atasan tindakan negatif yang menjatuhkan
dan anggota masyarakat lainnya. karyawan yang berbuat salah. Maksud
Berdasarkan uraian-uraian di atas, pendisiplinan adalah untuk memperbaiki
menggambarkan bahwa para pegawai kegiatan di waktu yang akan datang
perlu terus dilakukan pembinaan terhadap bukan menghukum kegiatan di masa lalu.
kedisiplinan. Pembinaan disiplin merupakan
3. Disiplin Progresif serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Disiplin progresif adalah kegiatan mem-
pimpinan organisasi guna menumbuhkan berikan hukuman-hukuman yang lebih
dan mengembangkan ketertiban agar berat terhadap pelanggaran-pelanggaran
pegawai mematuhi semua peraturan, sistem yang berulang. Tujuan dari disiplin
dan prosedur yang berlaku. progresif ini adalah memberikan ke- sempatan kepada karyawan untuk me-
Indikator-indikator Kedisiplinan
ngambil tindakan-tindakan korektif se- Secara teoritis terdapat berbagai belum mendapat hukuman yang lebih
macam indicator yang berpengaruh terhadap serius.
kedisiplinan karyawan dalam bekerja. Sasaran pembinaan disiplin adalah
Menurut Hasibuan (2014) indikator yang seluruh orang yang ada dalam organisasi
mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai agar mereka mematuhi semua rambu-rambu
dalam suatu organisasi adalah: peraturan, sistem dan prosedur yang sudah
1. Tujuan dan Kemampuan ditentukan. Tujuan utama dari pembinaan
Tujuan dan kemampuan mempengaruhi disiplin kerja adalah demi kelangsungan
tingkat kedisiplinan pegawai, karena organisasi yang sesuai, baik hari ini maupun
tujuan yang akan dicapai harus jelas hari esok.
dan ditetapkan secara ideal serta cukup Untuk mewujudkan tujuan dari
menantang bagi kemampuan pegawai. kegiatan pembinaan disiplin, maka menurut
Hal ini berarti bahwa tujuan pekerjaan Saydam (1996) harus diperhatikan faktor-
yang dibebankan kepada pegawai harus faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
sesuai dengan kemampuan pegawai ber-
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
sangkutan agar pegawai tersebut bekerja organisasi, sikap dan perilaku indisipliner sungguh-sungguh dan disiplin dalam
pegawai akan berkurang. mengerjakannya.
Sanksi hukuman harus ditetapkan ber-
2. Teladan pimpinan dasarkan pertimbangan logis, masuk Teladan pimpinan sangat berperan
akal, wajar untuk setiap tingkatan yang dalam menentukan kedisiplinan pegawai
indisipliner, bersifat mendidik, menjadi karena pimpinan dijadikan teladan dan
motivasi untuk memelihara kedisiplinan panutan oleh bawahannya. Pimpinan
serta diinformasikan secara jelas kepada harus memberi contoh yang baik, ber-
semua pegawai.
disiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata
7. Ketegasan
dengan perbuatan. Ketegasan pimpinan dalam melakukan
3. Balas jasa tindakan akan mempengaruhi ke- Balas jasa (gaji dan kesejahteraan)
disiplinan pegawai. Seorang pimpinan dapat mempengaruhi disiplin pegawai
harus berani dan tegas, bertindak untuk karena balas jasa akan memberikan
menghukum setiap pegawai yang in- kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap
disipliner sesuai dengan sanksi hukuman organisasi dan pekerjaannya. Untuk itu
yang telah ditetapkan. Pimpinan yang perusahaan harus memberikan balas jasa
berani bertindak tegas menerapkan yang relatif besar. Kedisiplinan pegawai
hukuman bagi pegawai yang in- tidak mungkin baik apabila balas jasa
disipliner akan disegani dan diakui yang diterima kurang memuaskan.
kepemimpinannya oleh bawahannya.
4. Keadilan Dengan demikian, pimpinan akan dapat Keadilan ikut mendorong terwujudnya
memelihara kedisiplinan pegawai. kedisiplinan pegawai, karena keadilan
8. Hubungan kemanusiaan dijadikan dasar kebijaksanaan dalam
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di pemberian balas jasa atau hukuman akan
antara sesama pegawai ikut menciptakan merangsang terciptanya kedisiplinan
kedisiplinan yang baik pada suatu karyawan yang baik. Dengan keadilan
organisasi. Hubungan-hubungan baik itu yang baik akan menciptakan kedisiplinan
bersifat vertikal maupun horizontal yang yang baik pula. Untuk itu keadilan harus
terdiri dari direct single relationship, direct diterapkan dengan baik pada setiap
group relationship, dan cross relationship organisasi supaya kedisiplinan pegawai
hendaknya harmonis. Human relationship baik pula.
yang serasi akan mewujudkan lingkungan
5. Waskat dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini Waskat (pengawasan melekat) adalah
akan memotivasi kedisiplinan yang baik tindakan nyata dan paling efektif dalam
pada organisasi.
mewujudkan kedisiplinan pegawai. Sedangkan menurut Singodimendjo Dengan waskat berarti atasan harus
dalam Sutrisno (2011), indikator disiplin aktif dan langsung mengawasi perilaku,
kerja adalah:
moral, sikap, gairah kerja dan prestasi
1. Taat terhadap aturan waktu. Dilihat dari kerja bawahannya. Sehingga atasan
jam masuk kerja, jam pulang, dan jam akan mengetahui kemampuan dan ke-
istirahat yang tepat waktu sesuai dengan disiplinan setiap individu dan dapat
aturan yang berlaku di dalam suatu dinilai secara objektif.
organisasi.
6. Sanksi hukuman
2. Taat terhadap peraturan organisasi. Sanksi hukuman berperan penting
Peraturan dasar tentang cara berpakaian, dalam memelihara kedisiplinan
dan bertingkah laku dalam pekerjaan. pegawai. Dengan sanksi hukuman yang
3. Taat terhadap aturan perilaku dalam semakin berat, pegawai akan semakin
pekerjaan. Ditunjukkan dengan cara-cara takut melanggar peraturan-peraturan
melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta cara berhubungan dengan unit kerja lain.
4. Taat terhadap peraturan lainnya di dalam organisasi. Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai dalam organisasi.
Disiplin kerja tidak semata-mata patuh dan taat terhadap penggunaan jam kerja saja, misalnya datang dan pulang sesuai jadwal, tidak mangkir jika bekerja, dan tidak mencuri-curi waktu tetapi dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut atau terpaksa. Indikator dalam disiplin kerja yaitu menghargai waktu dan tepat waktu, patuh dan taat kepada organisasi dengan penuh kesadaran dan bukan karena terpaksa atau takut, bagaimana sikap dalam bekerja dan sejauhmana pengetahuan dan pemahaman terhadap aturan yang berlaku.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam disiplin kerja terkandung aspek-aspek peri- laku disiplin kerja yaitu suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui serangkaian proses perilaku kerja yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, ketepatan, keteraturan dan ketertiban. Aspek-aspek disiplin kerja tersebut, yaitu:
1. Aspek pemahaman terhadap peraturan yang berlaku. Tanpa memahami per- aturan terlebih dahulu, seorang pegawai mustahil dapat mematuhi atau melanggar peraturan tersebut. Artinya sebelum mematuhi suatu peraturan organisasi perlu diketahui apakah pegawai sudah mengetahui atau memahami standar dan peraturan organisasi dengan jelas. Seorang pegawai dikatakan menunjukkan disiplin yang baik bila menunjukkan usaha-usaha untuk memahami secara jelas peraturan dan standar organisasi. Pegawai secara proaktif berusaha mendapatkan informasi tentang per- aturan di tempat kerja secara jelas, sehingga pegawai akan rajin mengikuti sosialisasi, membaca pengumuman, atau menanyakan ketidakjelasan suatu peraturan. Sebaliknya pegawai akan memiliki disiplin kerja yang buruk bila
ia tidak menunjukkan pemahaman sama sekali terhadap peraturan-peraturan organisasi.
2. Aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan standar. Salah satu aspek utama dalam penilaian kedisiplinan seorang pegawai adalah jumlah peringatan dan sanksi terhadap pelanggaran yang dibuat. Pegawai mempunyai disiplin tinggi jika tidak mempunyai catatan pelanggaran selama masa kerja, mentaati peraturan tanpa ada paksaan dan secara sukarela serta dapat menyesuaikan diri dengan aturan organisasi yang telah ditetapkan.
3. Aspek pemberian hukuman jika terjadi pelanggaran. Hukuman diberikan apabila pegawai melakukan pelanggaran. Pemberian hukuman diberikan sesuai jenis dan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut Sutrisno (2011) adalah:
1. Pemberian Kompensasi Besar kecilnya kompensasi dapat mem- pengaruhi tegaknya disiplin. Para pegawai akan mematuhi segala peraturan yang berlaku bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi organisasi. Namun demikian, pemberian kompensasi yang memadai belum tentu pula menjamin tegaknya disiplin. Karena pemberian kompensasi hanyalah merupakan salah satu cara meredam kegelisahan para pegawai, disamping banyak lagi hal-hal yang di luar kompensasi yang mencukupi, sedikit banyak akan membantu pegawai untuk bekerja tenang, karena dengan menerima kompensasi yang wajar kebutuhan primer mereka akan dapat terpenuhi.
2. Keteladanan pimpinan dalam organisasi Keteladanan pimpinan sangat penting sekali karena dalam lingkungan organi- sasi semua pegawai akan selalu mem- perhatikan bagaimana pimpinan dapat
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
menegakkan disiplin dirinya dan bagai- dengan penerimaan kompensasi yang mana ia dapat mengendalikan dirinya
tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi dari ucapan, perbuatan dan sikap yang
juga masih membutuhkan perhatian dapat merugikan aturan disiplin yang
yang besar dari pimpinannya. Pimpinan sudah ditetapkan. Peranan keteladanan
yang berhasil memberi perhatian yang pimpinan sangat berpengaruh besar
besar kepada para pegawai akan dapat dalam organisasi, bahkan sangat dominan
menciptakan disiplin kerja yang baik. dibandingkan dengan semua faktor yang
Pimpinan demikian akan selalu dihormati mempengaruhi disiplin dalam organisasi,
dan dihargai oleh para pegawai sehingga karena pimpinan dalam organisasi masih
akan berpengaruh besar kepada prestasi, menjadi panutan setiap hari, apapun
semangat kerja dan moral kerja pegawai. yang dibuat pimpinannya.
7. Kebiasaan-kebiasaan yang mendukung
3. Aturan yang dijadikan pegangan
tegaknya disiplin
Pembinaan disiplin tidak akan dapat Kebiasaan-kebiasaan yang perlu di- terlaksana dalam organisasi, bila tidak
tegakkan untuk menciptakan disiplin yaitu: ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat
1. Saling menghormati, bila bertemu di dijadikan pegangan bersama. Disiplin
lingkungan pekerjaan tidak mungkin ditegakkan bila peraturan
2. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat yang dibuat hanya berdasarkan instruksi
dan waktunya, sehingga para pegawai lisan yang dapat berubah-ubah sesuai
akan turut merasa bangga dengan pujian dengan kondisi dan situasi. Oleh sebab
tersebut.
itu, disiplin akan dapat ditegakkan
3. Sering mengikutsertakan pegawai dalam suatu organisasi, jika ada aturan
dalam pertemuan-pertemuan, apalagi tertulis yang telah disepakati bersama.
pertemuan yang berkaitan dengan nasib Dengan demikian, para pegawai akan
dan pekerjaan mereka. mendapat suatu kepastian bahwa siapa
4. Memberi tahu bila ingin meninggalkan saja dan perlu dikenakan sanksi tanpa
tempat kepada rekan sekerja dengan pengecualian.
menginformasikan kemana dan untuk
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil urusan apa, walaupun kepada bawahan tindakan
sekalipun.
Bila seorang pegawai melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian untuk
Metode Penelitian
mengambil tindakan yang sesuai dengan Penelitian ini menggunakan pen- tingkat pelanggaran yang dibuatnya.
dekatan kualitatif yang bersifat deskriptif Dengan adanya tindakan terhadap
yaitu untuk menggambarkan bagaimana hasil pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi
(output) penegakan disiplin kerja pegawai yang ada, maka semua pegawai akan
BNPB. Pendekatan kualitatif merupakan merasa terlindungi dan berjanji tidak
metode-metode untuk mengeksplorasi dan akan berbuat hal yang serupa.
memahami makna - yang oleh sejumlah
5. Pengawasan pimpinan individu atau sekelompok orang - dianggap Dalam setiap kegiatan yang dilakukan
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. oleh organisasi perlu ada pengawasan,
Data kualitatif diperoleh melalui observasi, yang akan mengarahkan para pegawai
wawancara, analisis dokumentasi tertulis agar dapat melaksanakan pekerjaan
dan lain sebagainya. Dalam kaitan ini dengan tepat dan sesuai dengan yang
peneliti tidak terbatas pada pengumpulan telah ditetapkan. Dengan adanya
dan penyusunan data saja tetapi juga pengawasan, maka pegawai akan ter-
melakukan analisa dan interprestasi tentang biasa melaksanakan disiplin kerja.
arti kata tersebut. Prosedur pengolahan data
6. Perhatian kepada para pegawai dilakukan secara sistematis dan bersifat Seorang pegawai tidak hanya puas
holistik, yakni data yang telah dikumpulkan
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
melalui observasi, wawancara dan kajian jam kerja yang telah ditentukan, pada saat kepustakaan diolah sebagai bahan dasar
jam kerja pegawai masih berada di luar analisis. Kesimpulan diambil secara induktif
ruangan, menumpuknya berkas-berkas di sehingga diperoleh penjelasan yang men-
meja pegawai serta pekerjaan yang tidak dalam dan komprehensif.
diselesaikan tepat pada waktunya, adanya Berdasarkan penelitian awal, terlihat
pegawai yang meninggalkan tugas selama bahwa pegawai BNPB khususnya di
jam kerja tanpa izin, pegawai yang tidak lingkungan Kedeputian Bidang Rehabilitasi
mengikuti upacara-upacara nasional. dan Rekonstruksi memiliki tingkat disiplin
Realitas empiris di atas didukung yang rendah. Menurunnya atau rendahnya
oleh data rekapitulasi absensi dari Biro disiplin pegawai terlihat secara kasat mata
Kepegawaian dalam 3 (tiga) bulan, dapat di lapangan, yaitu keterlambatan masuk
digambarkan seperti pada tabel berikut ini: kantor dan pulang kerja lebih awal dari
Tabel 1.1 Rekapitulasi Absensi Pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bulan Januari 2016
JANUARI NO
UNIT KERJA
1 Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1 20 0 0 0 0 20 2 Direktorat Penilaian Kerusakan
1 3 5 91 380 3 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik
1 7 47 340 4 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosek
1% 2% 18% 100% Sumber : Diolah dari data Biro Kepegawaian, BNPB, 2016
Keterangan : H = Hadir; TK = Tanpa Keterangan; C = Cuti; I = Izin; T = Terlambat Datang/Pulang Awal; Jumlah hari kerja = 20 hari kerja.
Tabel 1.2 Rekapitulasi Absensi Pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bulan Februari 2016
JANUARI NO
UNIT KERJA
1 Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1 20 0 0 0 0 20 2 Direktorat Penilaian Kerusakan
3 5 2 50 380 3 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik
1 5 33 340 4 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosek
1% 1% 11% 100% Sumber : Diolah dari data Biro Kepegawaian, BNPB, 2016
Keterangan : H = Hadir; TK = Tanpa Keterangan; C = Cuti; I = Izin; T = Terlambat Datang/Pulang Awal; Jumlah hari kerja = 20 hari kerja.
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
Tabel 1.3 Rekapitulasi Absensi Pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bulan Maret 2016
JANUARI NO
UNIT KERJA
1 Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1 16 0 0 0 5 21 2 Direktorat Penilaian Kerusakan
0 7 19 51 399 3 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik
8 1 32 357 4 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosek
1% 2% 12% 100% Sumber : Diolah dari data Biro Kepegawaian, BNPB, 2016
Prosentase (%)
Keterangan : H = Hadir; TK = Tanpa Keterangan; C = Cuti; I = Izin; T = Terlambat Datang/Pulang Awal; Jumlah hari kerja = 21 hari kerja
Hasil rekapitulasi absensi pegawai pembinaan disiplin pegawai oleh atasan di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan
langsung dengan memberikan peringatan Rekonstruksi melalui sidik jari ( ingerprint)
sampai dengan penjatuhan hukuman disiplin pada bulan Januari sampai dengan Maret
bagi pegawai di lingkup kewenangannya 2016, memperlihatkan gambaran adanya
yang melakukan pelanggaran disiplin sesuai penurunan tingkat disiplin pegawai,
mekanisme dalam Peraturan Pemerintah khususnya pegawai yang terlambat datang/
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS pulang lebih awal menduduki posisi
(PP Disiplin PNS). Hukuman disiplin ringan tertinggi.
berupa teguran lisan dapat dilihat pada tabel Berdasarkan hasil rekapitulasi absensi
berikut:
pegawai tersebut di atas, maka dalam rangka
Tabel 1.4 Rekapitulasi Hukuman Disiplin Ringan Pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Periode
Januari sd. Maret 2016
NO
UNIT KERJA
JUMLAH
TOTAL AKUM
HUKUMAN DI-
1 Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 0 0 - 2 Direktorat Penilaian Kerusakan
2 10 Ringan 3 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik
3 17 Ringan 4 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosek
4 140 Ringan/Sedang/ Berat
JUMLAH
Sumber : Diolah dari data Biro Kepegawaian, BNPB, 2016
Dari data tersebut menunjukkan pegawai masih belum memiliki disiplin bahwa penegakan disiplin kerja pegawai
yang tinggi.
belum dilaksanakan secara konsisten dan Secara empiris, penegakan disiplin seharusnya menjadi perhatian serius dari
kerja dalam rangka pelaksanaan pemberian pimpinan organisasi bahwa sebagian besar
tunjangan kinerja pegawai di Kedeputian
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kepala BNPB Nomor 18 Tahun 2014 BNPB dapat dianalisis dengan penegakan
tentang Hari dan Jam Kerja Pegawai disiplin preventif, korektif dan progresif,
Negeri Sipil di lingkungan BNPB, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
dimana setiap pegawai wajib datang dan
1. Disiplin Preventif meninggalkan tempat tugas tepat pada Disiplin preventif yaitu suatu upaya untuk
waktunya, serta memberitahukan apabila menggerakkan pegawai untuk mengikuti
meninggalkan tugas dengan alasan yang dan mematuhi peraturan dan aturan kerja
bisa diterima, konsisten waktu kehadiran, yang ditetapkan oleh organisasi. Dalam
konsisten terhadap ketepatan waktu hal ini, disiplin preventif bertujuan untuk
dalam menyelesaikan tugas. Selain itu menggerakkan dan mengarahkan agar
pegawai harus bekerja secara sungguh- pegawai bekerja secara berdisiplin. Cara
sungguh sesuai dengan aturan jam kerja preventif dimaksudkan agar pegawai
yang ditentukan, jangan sampai waktu dapat memelihara disiplin dirinya ter-
kerja digunakan untuk melakukan hadap peraturan-peraturan organisasi.
pekerjaan lain yang tidak penting Pada kenyataannya banyak peraturan
sehingga mengakibatkan pekerjaan me- organisasi yang harus ditaati apabila
numpuk dan tidak selesai tepat waktu. seseorang pegawai selalu datang dan
Pegawai juga harus mempunyai rasa pulang tepat pada waktunya, berarti salah
tanggungjawab terhadap pekerjaannya, satu kedisiplinan yang tinggi tidak bisa
apabila semua pegawai mempunyai dilihat hanya dari salah satu faktor saja.
tanggungjawab terhadap pekerjaannya Kedisplinan dapat ditegakkan apabila
maka ia telah melakukan disiplin. Hal sebagian dari peraturan-peraturan ditaati
ini diperkuat dengan informan dari Sub oleh sebagian besar pegawainya. Disiplin
Direktorat Inventarisasi Kerusakan, yang yang baik mencerminkan besarnya rasa
menegaskan bahwa secara umum disiplin tanggungjawab seseorang terhadap
pegawai, khususnya di Kedeputian tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Hal ini mendorong semangat kerja dan
dilihat dari waktu sudah sesuai aturan, terwujudnya tujuan organisasi, pegawai
berdasarkan jam masuk dan jam pulang dan masyarakat.
melalui inger print. Sedangkan untuk Penerapan disiplin preventif pada Badan
disiplin pegawai berdasarkan kinerja Nasional Penanggulangan Bencana
dilihat melalui Sasaran Kinerja Pegawai antara lain melalui penerapan peraturan-
(SKP).
peraturan yang berlaku di BNPB, SKP adalah rencana kerja dan target pembinaan pegawai dan sosialisasi
yang akan dicapai oleh seorang pegawai terhadap peraturan-peraturan. Sosialisasi
negeri sipil, dimana sasaran kinerja kepada pegawai BNPB dimaksudkan
pegawai memuat kegiatan tugas jabatan untuk mendorong para pegawai untuk
dan target yang harus dicapai dalam menaati pelaksanaan dan peraturan-
kurun waktu penilaian yang bersifat peraturan kepegawaian dan organisasi,
nyata dan dapat diukur. Pegawai wajib meningkatkan produktivitas kerja dan
melaksanakan sasaran kerja yang telah mendorong pelaksanaan pekerjaan
ditetapkan berdasarkan standar yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah disusun.
berlaku. Selain itu berdasarkan hasil wawancara Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
penulis kepada Kepala Biro Umum menunjukkan bahwa penerapan disiplin
bahwa penerapan disiplin preventif pada di BNPB pada umumnya dan khususnya
BNPB, dilakukan melalui inger print di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan
atau pengentrian data kehadiran dan Rekonstruksi sudah berjalan dengan baik,
kepulangan pegawai melalui sidik jari. hal ini terbukti dari adanya Peraturan
Dengan adanya inger print ini setiap
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
pegawai diharapkan menaati peraturan jam kerja antara lain datang tepat waktu dan pulang tepat waktu, selain itu pegawai diharapkan mengoptimalkan waktu kerja pada saat jam kerja. Penempatan mesin inger print diletakkan pada pintu masuk dan disetiap lantai hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin kerja, etos kerja, budaya kerja dan kinerja pegawai serta dapat menyajikan data secara cepat, akurat dan akuntabel selain itu untuk memudahkan pegawai pada saat kedatangan dan agar tidak lupa untuk melakukan absensi. Menurut Kepala Biro Umum, sosialisasi peraturan tentang Disiplin PNS dan Perka BNPB Nomor 18 Tahun 2014 sudah dilakukan kepada pegawai dan tenaga pendukung yang ada di BNPB. Namun demikian, masih banyak pegawai negeri sipil yang mengaku tidak mengetahui, tidak mengerti dan belum memahami isi dari PP Disiplin PNS. Sedangkan sosialisasi peraturan hari dan jam kerja pegawai negeri sipil di lingkungan BNPB disosialisaskan pada saat pemberian tunjangan kinerja tahun 2014. Hal ini terkait dengan pemotongan tunjangan kinerja pegawai, apabila pegawai datang terlambat, pulang cepat atau tidak hadir tanpa keterangan. Dalam Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2014 tentang tata cara pemberian tunjangan kinerja pegawai di lingkungan BNPB Pasal 8 disebutkan bahwa pembayaran dan pemotongan tunjangan kinerja dilakukan dengan memperhitungkan ketidakhadiran dan hukuman disiplin sesuai perturan perundang-undangan. Peran atasan langsung dalam penegakan disiplin juga sangat penting, hal ini disebutkan dalam PP Disiplin PNS bahwa salah satu pihak yang sangat berperan dalam penegakan disiplin PNS adalah atasan, terutama atasan langsung. Selain itu pengawasan pimpinan juga diperlukan sebagai pembinaan kepada pegawai antara lain melalui pertemuan- pertemuan rutin dengan pegawai pada pagi hari, mengontrol pegawai atas
pekerjaan atau tugas pegawai, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran disiplin.
Ini berarti bahwa penegakan disiplin PNS di BNPB, khususnya di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi tergantung pada upaya pembinaan yang dilakukan oleh atasan PNS ter- sebut. Kondisi ini sesuai dengan amanat PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP SPIP). Pasal 4 PP SPIP menyebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan system pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya, salah satu caranya adalah melalui penegakan integritas dan nilai etika. Penegakan integritas dan nilai etika yang dimaksud adalah dengan menyusun dan menerapkan aturan perilaku, serta menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur atau pelanggaran terhadap aturan perilaku yang telah disusun sebelumnya. Dalam penegakan integritas dan nilai etika ini, atasan dituntut untuk memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan instansi pemerintah, dengan demikian bawahan mempunyai panutan dalam penegakan disiplin dan nilai etika ini. Untuk itu pegawai BNPB perlu mem- peroleh pembinaan disiplin kerja yang terus menerus agar termotivasi tidak melakukan tindakan disiplin bukan karena adanya sanksi tetapi didorong oleh kedisiplinan yang timbul dari diri sendiri. Adapun tujuan pembinaan disiplin kerja pegawai BNPB, antara lain:
a. Agar pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan yang ber- laku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah organisasi.
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
b. Dapat melaksanakan pekerjaan Rekosntruksi masih perlu dilakukan, dengan sebaik-baiknya serta mampu
hal ini disebabkan pegawai sudah memberikan pelayanan yang
mengetahui adanya peraturan tentang maksimal kepada pihak tertentu
disiplin tetapi belum memahami yang berkepentingan sesuai dengan
peraturan tersebut khususnya sanksi bidang pekerjaan yang diberikan
apabila terjadi pelanggaran disiplin, kepadanya.
selain itu perlu adanya pengawasan
c. Dapat menggunakan dan memelihara dari atasan langsung dan sanksi berupa sarana dan prasarana dengan sebaik-
teguran kepada pegawai yang melanggar baiknya.
disiplin.
d. Dapat bertindak dan berperilaku
2. Disiplin Korektif
sesuai dengan norma-norma yang Disiplin korektif yaitu suatu upaya berlaku.
penggerakan pegawai dalam menyatukan
e. Pegawai mampu menghasilkan suatu peraturan dan mengarahkannya produktivitas yang tinggi baik dalam
agar tetap mematuhi berbagai peraturan jangka pendek maupun jangka
sesuai pedoman yang berlaku pada panjang.
organisasi. Dalam disiplin korektif, Dengan adanya peraturan hari dan jam
pegawai yang melanggar disiplin akan kerja pegawai, maka setiap pegawai
diberikan sanksi yang bertujuan agar BNPB wajib mencatat kedatangan dan
pegawai tersebut dapat memperbaiki diri kepulangan pegawai melalui finger
dan mematuhi peraturan yang ditetapkan. print atau rekaman kedatangan dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepulangan dengan menggunakan
Kepala bagian Kepegawaian, penerapan sidik jari. Selain itu agar tidak terjadi
disiplin korektif pada Badan Nasional pelanggaran disiplin pegawai, Biro
Penanggulangan Bencana antara lain Kepegawaian juga membuat Surat
melalui peringatan, pemberian sanksi Edaran tentang disiplin jam kerja yang
teguran lisan dan tertulis, sedangkan dipasang di papan pengumuman yang
untuk sanksi beratnya berupa penurunan terpasang di setiap lift.
pangkat setingkat lebih rendah dan Berdasarkan hasil wawancara diketahui
pembebasan jabatan. Pemberian sanksi bahwa penerapan disiplin preventif
ringan, sedang dan berat, selama ini lebih dalam rangka penegakan disiplin kerja
ke disiplin waktu. Adapun sanksi disiplin dalam rangka pelaksanaan pemberian
tersebut berupa pemotongan tunjangan tunjangan kinerja pegawai di lingkungan
kinerja sesuai ketentuan yang berlaku. BNPB khususnya di Kedeputian
Pemotongan tunjangan kinerja yang Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dimaksud diatur dalam Perka BNPB sudah berjalan dengan baik, khususnya
Nomor 17 Tahun 2014. Dalam Perka kehadiran disiplin waktu kerja dan
BNPB tersebut pemotongan tunjangan penggunaan jam kerja.
kinerja tidak hanya mengatur sebatas Adapun penegakan disiplin kerja yang
jam kerja saja, tetapi pemotongan juga sudah diterapkan oleh BNPB antara
berlaku bagi pegawai yang sedang lain penggunaan seragam atau pakaian
menjalani cuti dan pegawai yang dijatuhi dinas harian setiap hari senin dan kamis,
hukuman disiplin.
penggunaan presensi melalui inger Sebagai pembinaan dan pengawasan print dan absensi secara manual untuk
terhadap disiplin pegawai, Sekretaris mengantisipasi adanya kerusakan pada
Utama sebagai pejabat eselon I di mesin presensi (inger print). Sedangkan
BNPB menetapkan Kepala Biro Umum untuk sosialisasi tentang peraturan
sebagai pejabat yang bertanggung jawab disiplin pegawai di BNPB dan khususnya
terhadap pelaksanaan sistem pengisian di Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan
daftar hadir elektronik (fingerprint).
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
Pada periode Januari sd Maret 2016, disiplin korektif yaitu peringatan melalui Kepala Biro Umum telah membuat surat
surat tertulis keterlambatan pegawai resmi kepada Eselon II di lingkungan
di Kedeputian Bidang Rehabilitasi BNPB berupa laporan keterlambatan
dan Rekonstruksi sudah dilakukan pegawai di unit kerja Eselon II yang
sesuai dengan amanat PP Displin PNS. diakumulasikan selama 5 (lima) hari
Adapun penegakan disiplin kerja yang kerja. Hal ini dimaksudkan agar pejabat
sudah diterapkan oleh BNPB antara Eselon II sebagai atasan langsung dapat
lain pemotongan tunjangan kinerja bagi menegur pegawainya yang melakukan
pegawai yang datang terlambat maupun pelanggaran disiplin waktu kerja.
yang pulang lebih awal. Pelaksanaan disiplin korektif pada
3. Disiplin Progresif
Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Disiplin progresif merupakan pemberian Rekonstruksi berupa peringatan ataupun
hukuman yang lebih berat terhadap teguran dari atasan langsung masih
pelanggaran yang berulang. Tujuannya jarang dilakukan, seperti yang dikatakan
adalah memberikan kesempatan kepada oleh beberapa pegawai yang penulis
pegawai untuk mengambil tindakan wawancara, hal ini disebabkan karena
korektif sebelum hukuman-hukuman ada rasa segan, kasihan dan sikap
yang lebih serius. Pelaksanaan disiplin toleransi dari atasan langsung karena
progresif ini akan memungkinkan mengenal baik pegawainya. Dengan
manajemen untuk membantu pegawai adanya ketidaktegasan atasan tersebut,
memperbaiki kesalahan. Contoh dari maka hal ini merupakan salah satu faktor
disiplin progresif adalah teguran secara rendahnya tingkat disiplin pegawai.
lisan oleh atasan, skorsing pekerjaan, Untuk itu, setiap pimpinan seharusnya
diturunkan pangkat atau dipecat. menjadi teladan bagi pegawainya
Pemberian sanksi kepada pegawai terutama dalam ketegasan bertindak
di Badan Nasional Penanggulangan menghukum setiap pegawai yang me-
Bencana selama ini masih mengacu lakukan pelanggaran disiplin sesuai
pada PP Disiplin PNS. Pemberian sanksi dengan sanksi hukuman yang ditetapkan
diberikan oleh atasan yang berwenang dalam peraturan yang berlaku, karena
langsung kepada bawahannya bila pimpinan dijadikan teladan dan panutan
terdapat pegawai yang melakukan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
pelanggaran, maka akan diberikan memberikan contoh yang baik, berdisiplin
hukuman sesuai peraturan yang berlaku. baik, jujur, adil dan konsekuen.
Pemberian sanksi diberikan bertahap Dalam PP Disiplin PNS, pasal 21,
mulai dari teguran lisan, teguran ter- disebutkan bahwa pejabat yang ber-
tulis maupun hukuman berat berupa wenang menghukum wajib menjatuhkan
penundaan pemberian gaji, penundaan hukuman disiplin kepada PNS yang
kenaikan pangkat dan pemberhentian. melakukan pelanggaran disiplin dan
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui apabila pejabat yang berwenang meng-
bahwa penegakan disiplin menjadi hukum tidak menjatuhkan hukuman
tanggung jawab pembinaan di unit kerja disiplin kepada PNS yang melakukan
masing-masing, sedangkan dari Biro pelanggaran disiplin, maka pejabat ter-
Umum, khususnya bagian Kepegawaian sebut dijatuhi hukuman disiplin oleh
hanya memberikan laporan/data atasannya. Hukuman disiplin tersebut
pelanggaran disiplin, misalnya data sama dengan jenis hukuman disiplin
keterlambatan pegawai berdasarkan yang seharusnya dijatuhkan kepada PNS
rekap absensi, dan atasan langsung yang melakukan pelanggaran disiplin.
yang akan memberikan tindakan atas Berdasarkan hasil observasi dan wawan-
keterlambatan tersebut, tetapi saat ini cara, dapat diketahui bahwa penerapan
tindakan tersebut belum berjalan dengan
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
baik. Sejak diterbitkannya PP Disiplin Berdasarkan uraian diatas, dapat di- PNS, pelaksanaan penerapan disiplin
kemukakan bahwa penerapan disiplin progresif berupa sanksi hukuman berat
progresif berupa pemberian sanksi bagi telah diberikan kepada tiga orang pegawai
pegawai yang melanggar peraturan yang BNPB, dua orang diberhentikan dengan
ditetapkan organisasi sudah dilakukan tidak dengan hormat dan satu orang
dalam rangka penegakan disiplin kerja diberhentikan tidak atas permintaan
pegawai BNPB, hal ini terbukti dari sendiri. Hal ini merupakan pembelajaran
adanya tiga orang pegawai BNPB bagi pegawai yang lain agar tidak terjadi
yang diberhentikan karena melakukan pelanggaran disiplin lagi.
pelanggaran disiplin berat. Dalam penerapan disiplin progresif, atasan langsung memegang peran penting dalam mengawasi dan membina
PENUTUP
bawahannya serta bertindak tegas terhadap pegawai yang melakukan
Simpulan
pelanggaran disiplin, kemudian melapor- Sebagaimana telah dikemukakan, kannya kepada bagian kepegawaian
pegawai BNPB khususnya di lingkungan untuk ditindaklanjuti pelanggaran
Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan pegawai tersebut. Berdasarkan hasil
Rekonstruksi memiliki tingkat disiplin wawancara dengan Kepala Biro Umum
yang rendah. Menurunnya atau rendahnya bahwa bagian kepegawaian belum
disiplin pegawai terlihat secara kasat mata pernah menerima laporan dari atasan
di lapangan, yaitu keterlambatan masuk langsung apabila pegawai di unit kerjanya
kantor dan pulang kerja lebih awal dari melakukan pelanggaran disiplin.
jam kerja yang telah ditentukan, pada saat Selama ini pemberian sanksi atau
jam kerja pegawai masih berada di luar hukuman hanya diberikan kepada
ruangan, menumpuknya berkas-berkas di pegawai yang melakukan pelanggaran
meja pegawai serta pekerjaan yang tidak yang berat, misalnya penyalahgunaan
diselesaikan tepat pada waktunya, adanya wewenang, tidak masuk kantor selama
pegawai yang meninggalkan tugas selama satu bulan atau dalam kurun waktu
jam kerja tanpa izin, pegawai yang tidak lama atau melakukan tindakan kriminal.
mengikuti upacara-upacara nasional. Sedangkan untuk pelanggaran lainnya
Penegakan disiplin kerja dalam rangka seperti terlambat masuk kantor, tidak
pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja masuk kantor, atau terlambat penyelesaian
pegawai di Kedeputian Bidang Rehabilitasi tugas hanya diberikan peringatan lisan.
dan Rekonstruksi secara preventif dilakukan Pemberian sanksi/hukuman sangat besar
melalui sosialisasi peraturan-peraturan dan pengaruhnya dalam penegakan disiplin,
pembinaan pegawai. Penegakan disiplin karena apabila pimpinan tidak berani
tersebut antara lain penggunaan presensi memberikan sanksi/hukuman kepada
melalui ingerprint dan absensi secara manual stafnya, maka pelanggaran terhadap
untuk mengantisipasi adanya kerusakan pada peraturan akan disalahgunakan. Di sisi
mesin presensi ( ingerprint), penggunaan lain, pelaksanaan PP Dispilin PNS belum
seragam atau pakaian dinas harian setiap sepenuhnya dilaksanakan mengingat
hari senin dan kamis. Hal ini sudah berjalan sosialisasi belum berjalan maksimal
dengan baik, namun demikian, pegawai masih melainkan hanya berupa arahan-arahan
kurang sepenuhnya memahami, mematuhi melalui rapat-rapat, apel pagi, dan
dan melaksanakan peraturan disiplin pegawai sosialisasi melalui perwakilan unit kerja,
yang ada, terutama mengenai sanksi/hukum sehingga masih banyak pegawai belum
atas pelanggaran disiplin. Sedangkan memahami pelaksanaan peraturan
Penegakan disiplin secara korektif melalui disiplin pegawai tersebut.
sanksi sudah sesuai dengan aturan disiplin
Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 77 - 93
PNS, dimana pemberian sanksi dilakukan Republik Indonesia, Undang-Undang RI sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang dilakukan oleh pegawai yang melakukan
Penanggulangan Bencana. pelanggaran. Selain itu dilakukan penga-
________________, Undang-Undang RI wasan pada setiap pegawai dengan mem-
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur berikan pembinaan dan peringatan lebih
Sipil Negara.
awal sebelum menjatuhi hukuman disiplin. ________________, Peraturan Pemerintah Penegakan disiplin kerja secara progresif
RI Nomor 60 Tahun 2008 Tentang melalui pemberian sanksi berat. Penegakan
Sistem Pengendalian Intern disiplin di Kedeputian Bidang Rehabilitasi
Pemerintah.
dan Rekonstruksi lebih kepada pegawai yang ________________, Peraturan Pemerintah melanggar disiplin jenis pelanggaran berat.
RI Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Belum adanya peningkatan kinerja
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. pegawai dikarenakan: pertama, kurangnya
________________, Peraturan Presiden RI sosialisasi mengenai kedisiplinan kerja.
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Badan Kedua, belum adanya Standard Operating
Nasional Penanggulangan Bencana. Prosedure (SOP) yang baku tentang
________________, Peraturan Presiden pelaksanaan kebijakan disiplin pegawai
RI Nomor 112 Tahun 2014 Tentang di lingkungan BNPB, sehingga menjadi
Tunjangan Kinerja Pegawai di acuan bagi pegawai dalam menjalankan
Lingkungan Badan Nasional Penang- pekerjaannya. Ketiga, kurangnya pembinaan
gulangan Bencana.
dan motivasi dari pimpinan tentang ________________, Peraturan Menteri pentingnya disiplin dan kerjasama antar
Pendayagunaan Aparatur Negara dan sesama pegawai serta inisiatif pegawai yang
Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun kesemuanya dapat berpengaruh kepada
2011 Tentang Pedoman Penataan kinerja pegawai.
Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri.
________________, Peraturan Kepala
DAFTAR PUSTAKA
BNPB Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Davis, K., & Newstrom, J. W. (1985). Nasional Penanggulangan Bencana. Organizational behavior: Readings
________________, Peraturan Kepala and exercises. McGraw-Hill
BNPB Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Companies.
Tata Cara Pemberian Tunjangan Handoko, T.Hani. (2014). Manajemen
Kinerja Pegawai di Lingkungan Personalia & Sumber Daya Manusia,
Badan Nasional Penanggulangan Edisi 2, Yogyakarta: BPFE.
Bencana.
Hasibuan, Malayu, S.P., (2014). Manajemen ________________, Peraturan Kepala Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke-
BNPB Nomor 18 Tahun 2014
18, Bandung: CV. Bumi Aksara. Tentang Hari dan Jam Kerja Pegawai Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu (2009),
di Lingkungan Badan Nasional Manajemen Sumber Daya Manusia
Penanggulangan Bencana. Perusahaan, Cetakan Ke-9, Bandung:
________________, Surat Edaran Nomor PT Remaja Rosdakarya.
SE-6/PB/2014 tentang Pelaksanaan Mangkuprawira, S., & Hubeis, A. V. (2007).
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun Manajemen Mutu SDM. Jakarta: PT
2014 tentang Tunjangan Kinerja Ghalia Indonesia.
Pegawai di Lingkungan Badan Mondy, Wayne & Robert M, Noe. (1996).
Nasional Penanggulangan Bencana. Human Resource Management, New
Saydam, Gouzali. (1996). Manajemen Sumber Jersey: Prentice Hall Inc
Daya Manusia Human Resources
Analisis Penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara (Studi Kasus Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) (Trubus Rahardiansah)
Management Edisi 2. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Sutrisno, Edy. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Tohardi, Ahmad (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.
Veithzal, Rivai (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktik, Edisi 3, Jakarta:
Rajawali Pers.
Civil Service VOL. 11, No.1 Juni 2017