Jabatan Fungsional Tertentu

Jabatan Fungsional Tertentu

JFT ASN adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. JFT terdiri dari beberapa rumpun jabatan yang ditetapkan oleh Presiden atas usul Menpan. Jenis rumpun JFT disusun dengan menggunakan perpaduan pendekatan antara jabatan dan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas dan fungsi jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan. Dari 142 jenis JFT terbagi menjadi 25 rumpun jabatan fungsional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.

Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya:

1. Mensyaratkan kualiikasi profesional dengan pendidikan serendah-rendahnya berijasah Sarjana (Strata-1);

2. Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan dan penerapan konsep dan teori serta metode operasional dan

penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan;

3. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya.

Berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan yaitu:

1. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualiikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina utama, golongan ruang IV/e.

2. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.

3. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

4. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

Jabatan fungsional ketrampilan adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya:

1. Mensyaratkan kualiikasi teknisi pro- fesional dan/atau penunjang profesional dengan pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sekolah

Perencanaan Pegawai Negeri Sipil: Study Kasus Jabatan Fungsional Tertentu (Novi Savarianti Fahrani)

Menengah Kejuruan dan setinggi- pembantu pelaksana dan mensyaratkan tingginya setingkat Diploma III (D-3);

pengetahuan teknis operasional penun-

2. Meliputi kegiatan teknis operasional jang yang didasari oleh suatu cabang yang berkaitan dengan penerapan

ilmu pengetahuan tertentu dengan konsep atau metode operasional dari

kepangkatan Pengatur Muda, golongan suatu bidang profesi;

ruang II/a.

3. Terikat pada etika profesi tertentu yang Dalam pelaksanaan penelitian ini ditetapkan oleh ikatan profesinya.

peneliti menggunakan jenis penelitian Berdasarkan penilaian bobot jabatan

deskriptif dengan pendekatan metode analisis fungsional, maka jabatan fungsional ke-

kualitatif. Yang menitikberatkan pada model trampilan dibagi dalam empat jenjang

perencanaan PNS khususnya adalah jabatan jabatan yaitu:

fungsional tertentu. Bentuk penelitian yang

1. Jenjang Penyelia, adalah jenjang jabatan menggunakan metode deskriptif kualitatif fungsional ketrampilan yang tugas dan

yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk fungsi utamanya sebagai pembimbing,

memberikan data seteliti mungkin tentang pengawas, dan penilai pelaksanaan

bagaimana model perencanaan SDM yang pekerjaan pejabat fungsional tingkat

ideal.

dibawahnya yang mensyaratkan pe- Penelitian dilaksanakan pada tahun ngetahuan dan pengalaman teknis

2016, di 13 (tiga belas) daerah. Untuk operasional penunjang beberapa cabang

perwakilan Provinsi dilakukan di 3 Provinsi, ilmu pengetahuan tertentu dengan ke-

yaitu Prov DIY, Prov Jateng dan Prov Jatim. pangkatan mulai dari Penata, golongan

Sedangkan perwakilan Kabupaten dilakukan ruang III/c sampai dengan Penata

3 Kabupaten, yaitu Kab. Garut, Kab Bekasi Tingkat I, golongan ruang III/d.

dan Kab Timor Timur Selatan. Dan untuk

2. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah perwakilan Kota dilakukan di 7 Kota, yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan

Kota Palembang, Kota Bogor, Kota Tanjung yang tugas dan fungsi utamanya

Pinang, Kota Balikpapan, Kota Depok, sebagai pelaksana tingkat lanjutan

Cilegon dan Kota Bandung. Sedangkan dan mensyaratkan pengetahuan dan

informan penelitian ini pihak-pihak yang pengalaman teknis operasional penun-

melakukan perencanaan PNS di instansi jang yang didasari oleh suatu cabang

pemerintah, Sekretaris Daerah, Kepala ilmu pengetahuan tertentu, dengan

Badan Kepegawaian Daerah (Kepala BKD) kepangkatan mulai dari Penata Muda,

dan serta pengelola kepegawaian lainnya. golongan ruang III/a sampai dengan

Jenis data yang digunakan dalam Penata Muda Tingkat I, golongan ruang

penelitian ini adalah data primer dan III/b.

sekunder. Data primer adalah data lapangan,

3. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang sedangkan data sekunder ialah data kepus- jabatan fungsional keterampilan

takaan, sebagai data pendukung keterangan yang tugas dan fungsinya utamanya

atau menunjang kelengkapan data primer. sebagai pelaksana dan mensyaratkan

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengetahuan dan pengalaman teknis

Wawancara dan Focus Group Disscussion operasional penunjang yang didasari

(FGD).

oleh satu cabang ilmu pengetahuan Dalam penelitian mengenai model tertentu dengan kepangkatan mulai dari

perencanaan PNS ini lebih difokuskan Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang

mengenai perencanaan PNS khususnya II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I,

formasi JFT, hal ini dikarenakan trend yang golongan ruang II/d.

ada saat ini adalah pengajuan PNS lebih

4. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah difokuskan pada formasi JFT, namun hanya jenjang jabatan fungsional keterampilan

25% yang hingga saat ini diangkat menjadi yang tugas dan fungsi utamanya sebagai

JFT setelah pegawai yang bersangkutan

Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 63 - 76

diangkat menjadi PNS. Kondisi seperti itu lalui FGD dengan 13 lokus penelitian, menimbulkan permasalahan tidak hanya

peneliti menyimpulkan bahwa mengenai bagi instansi pemerintah namun juga PNS

perencanaan PNS selama ini menggunakan yang nantinya menduduki JFT.

hingga 3 tahap perencanaan sebelum formasi Bagi instansi pemerintah, permasa-

pegawai diajukan ke BKN, yaitu: lahan tersebut mengakibatkan penumpukan

1. Tahap pertama

pegawai, sedangkan untuk pegawai JFT Penyusunan Anjab dan ABK. Langkah sendiri, terhambat dalam karirnya karena

awal dari perencanaan PNS khususnya tidak dapat naik pangkat yang disebabkan

untuk formasi JFT di ketiga belas sistem yang ada. Apabila calon JFT tersebut

lokus penelitian ini adalah melakukan tidak juga diangkat menjadi JFT dalam kurun

kegiatan penyusunan Anjab dan ABK. waktu 4 tahun, maka calon JFT tersebut

Kegiatan penyusunan Anjab dan ABK tidak akan naik pangkat secara reguler

dilakukan oleh Bagian Organisasi dan seperti halnya rekannya yang menduduki

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) posisi JFU. Walaupun saat ini telah ada suatu

dengan melibatkan para SKPD diwakili kelonggaran yang diberikan kepada calon

oleh para kasubag kepegawaian sebagai JFT tersebut untuk dapat naik pangkat secara

pihak yang bertanggung jawab atas reguler selama satu kali, namun apabila

perencanaan PNS di setiap SKPD. hingga empat tahun kedepannya calon JFT

Kegiatan penyusunan Anjab dan ABK tersebut juga tidak dapat diangkat menjadi

ini dimulai dengan Sekretaris Daerah JFT maka tidak ada kesempatan untuk

(Sekda) yang dalam hal ini bertindak dapat naik pangkat. Dalam sistem aplikasi

sebagai Pejabat Yang Berwewenang pelayanan kepegawaian (SAPK) calon JFT

membuat Surat Edaran (SE) keseluruh tersebut telah terkunci untuk pelayanan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kepegawaiannya dikarenakan calon JFT

tentang formasi dan budgetting untuk harus melampirkan PAK sebagai dasar untuk

memonitor dan evaluasi perlengkapan dapat naik pangkat di jalur JFT. Oleh karena

kebutuhan tenaga, serta meminta usulan itu, JFT merupakan suatu jabatan yang

prioritas tenaga yang dibutuhkan di khusus dimana tugas dan fungsinya sudah

setiap SKPD.

jelas dan dituang dalam Peraturan Menteri Keterlibatan setiap kasubag kepegawaian Pendayagunaan dan Aparatur Negara pada

tersebut dilakukan dengan 2 cara yaitu setiap jenis JFT-nya.

secara langsung atau tidak langsung. Sebelum membahas mengenai bagai-

Secara langsung seperti yang dilakukan mana model perencanaan PNS yang ideal

oleh Kota Cilegon dan Kota Balikpapan nantinya, peneliti akan membahas bagaimana

berkolaborasi dengan para SKPD pola perencanaan PNS yang selama ini

dalam hal ini adalah setiap kasubag telah dilakukan dan menganalisis mengenai

kepegawaian tersebut dilibatkan dalam hambatan-hambatan yang ditemui dalam

rapat-rapat mengenai penyusunan Anjab melakukan perencanaan PNS khususnya pada

dan ABK.

JFT sebagai dasar untuk menentukan model Secara tidak langsung seperti halnya perencanaan PNS yang ideal kedepannya

yang dilakukan oleh Kota Depok adalah setiap SKPD hanya memberikan

Deskripsi Perencanaan PNS Saat Ini

data-data yang dibutuhkan melalui Perencanaan PNS secara umum me-

Kasubbag Kepegawaian kepada bagian rupakan inti dari suatu manajemen SDM

organisasi. Sedangkan di Provinsi karena akan dijadikan dokumen standar

Jawa Tengah, BKD memfasilitasi para untuk merekrut dan melakukan penataan

SKPD dengan memberikan formullir komposisi PNS sehingga dapat memenuhi

berupa Daftar Susunan Pegawai (DSP) kebutuhan riil dan beban kerja organisasi.

untuk menentukan jumlah pegawai Dalam kegiatan pengumpulan data me-

di masing-masing SKPD. DSP ini

Perencanaan Pegawai Negeri Sipil: Study Kasus Jabatan Fungsional Tertentu (Novi Savarianti Fahrani)

merupakan ringkasan dari hasil kegiatan penyusunan Anjab dan ABK sebagai dasar BKD untuk mengusulkan ke BKN dan Menpan dalam pengajuan formasi. Hal ini dimaksudkan karena yang mengetahui tugas dan fungsi dari setiap SKPD adalah SKPD itu sendiri. Hal tersebut juga dilakukan oleh Kota Tanjung Pinang, pada saat menerbitkan SE mengenai permintaan kebutuhan pegawai berdasarkan Anjab dan ABK, dilampirkan format yang sudah di- sesuaikan dengan format kebutuhan pegawai dari BKN, Kemenpan dan juga Kemendagri yang terdiri dari informasi kebutuhan dan kualiikasi pendidikan serta jabatan yang dibutuhkan, sehingga dalam melakukan kegiatan penyusunan Anjab dan ABK langsung dituangkan pada ketiga bentuk format tersebut. Dalam FGD dengan Kota Bandung terlihat bahwa kegiatan penyusunan Anjab dan ABK tersebut adalah untuk menghasilkan informasi mengenai per- hitungan kebutuhan pegawai secara tepat dan akurat, antara lain:

a. Analisis jumlah PNS yang melakukan tugas dimasing-masing SKPD.

b. Identifikasi struktur SKPD ber- dasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah untuk dilihat jumlah PNS yang menempati JFU, JFT, berikut staf yang tersedia di bawahnya.

c. Identifikasi jenis pekerjaan, yaitu macam-macam pekerjaan yang harus dilakukan oleh suatu pegawai dalam melaksanakan tugas pokoknya, terutama pekerjaan yang dapat di- ciptakan dalam 1 tahun.

d. Identiikasi beban kerja dan perkiraan kapasitas pegawai dalam jangka waktu tertentu dibedakan jumlah kebutuhan setiap bidang pekerjaan pegawai.

e. Peta jabatan memuat nama-nama jabatan yang tersusun dalam suatu unit organisasi beserta jumlah pemegang jabatan tersebut.

f. Kemampuan keuangan daerah terkait dengan belanja pegawai.

Dasar hukum yang digunakan dalam melakukan kegiatan penyusunan ABK dan Anjab, adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2012 tentang Analisis Jabatan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Biro- krasi Nomor 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Dengan beragamnya dasar hukum tersebut, maka Provinsi Sulawesi Utara menyadari bahwa dengan meng- identifikasi dan merespon terhadap isu-isu manajemen sebuah organisasi, pengorganisasian kebijakan-kebijakan baru, sistem dan program yang dapat memberikan keyakinan pada manajemen pegawai yang senantiasa sering meng- hadapi perubahan. Oleh karenanya perlu dipersiapkan berbagai bentuk format sesuai dengan aturan yang ada.

2. Tahap Kedua Mengkoordinasikan kembali hasil Anjab dan ABK yang telah disusun oleh setiap SKPD tersebut untuk mendapatkan per- setujuan kepala SKPD. Apabila terdapat koreksi terhadap hasil dari penyusunan Anjab dan ABK tersebut maka dilakukan perbaikan sebelum akhirnya keseluruhan Anjab dan ABK di satu instansi peme- rintah tersebut di sahkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dan men- jadi suatu peraturan daerah. Hal ini dikarenakan nantinya para SKPD inilah yang akan menggunakan hasil Anjab dan ABK, sehingga hasil akhir dari Anjab dan ABK tersebut menjadi kewewenangan sepenuhnya di setiap SKPD.

Civil Service VOL. 11, No.1, Juni 2017 : 63 - 76

Finalisasi dari hasil Anjab dan ABK tersebut menjadi bahan BKD untuk menginventarisir data-data tersebut yang disesuaikan dengan kondisi di masing- masing instansi pemerintah tersebut. Hasil inventarisasi data-data tersebut kemudian ditetapkan melalui Peraturan Gubernur/Walikota/Bupati. Dokumen kebutuhan pegawai tersebut menjadi pegangan BKD untuk mengajukan usulan formasi CPNS ke BKN dan Menpan apabila ada penerimaan pegawai baik secara manual atau hardcopy maupun secara elektronik yaitu melalui e-formasi dengan mengacu pada regulasi dan kemampuan anggaran yang ada. Walaupun saat ini pengajuan formasi telah menggunakan aplikasi atau efor- masi, namun setiap instansi tetap meng- gunakan cara manual yaitu hardcopy dari dokumen tersebut diserahkan kepada BKN dan Menpan dengan ditanda tangani oleh PPK sesuai dengan format yang ada di e-formasi. Sedangkan untuk elektronik, dokumen tersebut diinput kedalam e-formasi sesuai dengan format yang telah ditetapkan. Dalam hal ini penginputannya dilakukan oleh Kasubag di masing- masing SKPD dengan didampingi oleh BKD. Selanjutnya BKD menunggu tindak lanjut/persetujuan terkait usulan formasi tersebut ke BKN dan Menpan.

3. Tahap Ketiga Jika usulan sudah disetujui dan ditetap- kan oleh Menpan, maka selanjutnya BKD menetapkan rincian formasi berdasarkan jumlah formasi yang disetujui oleh Menpan dan juga disesuaikan dengan dokumen perhitungan yang telah ada. Setiap instansi akan melaksanakan rekrutmen pegawai apabila penetapan jumlah formasi oleh Menpan tidak terlalu jauh dari dokumen perhitungan yang telah ada. Pelaksanaan rekrutmen pegawai tersebut juga dapat ditiadakan oleh instansi apabila hasil dari penetapan formasi oleh Menpan tersebut dirasa tidak memenuhi kebutuhan akan pegawai sesuai dengan perhitungan pegawai yang telah diserahkan.

Hal ini dikarenakan masalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menyeleng- garakan rekrutmen CPNS. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan rekrutmen CPNS sejumlah 1000 formasi akan sama dengan 10 formasi, sehingga tidak sedikit instansi pemerintah mengurungkan niatnya untuk menyelenggarakan rekrut- men CPNS. Ketiga tahapan perencanaan PNS ter- sebut diatas dilakukan oleh masing- masing instansi pemerintah tersebut dirasa ada yang kurang, yaitu belum adanya evaluasi terhadap hasil Anjab dan ABK yang telah dilakukan, sehingga instansi pemerintah seperti Kota Depok dan Kota Balikpapan menyatakan bahwa Anjab dan ABK-nya belum siap. Hal ini dikarenakan para instansi pemerintah khususnya instansi yang menjadi lokasi penelitian belum menganggap bahwa Anjab dan ABK yang telah disusun berdasarkan format dari ketiga instansi tersebut, yaitu BKN, Menpan dan Kemendagri belum ideal, sehingga para instansi pemerintah yang menjadi lokus penelitian ini, seperti Provinsi DIY, Kota Palembang, Provinsi Sulawesi Utara menyatakan bahwa hasil dari pengajuan formasi ke BKN dan Menpan tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan selama ini.