suasana politik tidak stabil atau terjadi perpindahan kekuasaan, maka regulasi pun akan ikut terpengaruh.
Kaitannya dengan faktor-faktor diatas, menurut WEF 2005, cukup banyak faktor penghambat investasi di berbagai negara, yaitu sebagai
berikut diurutkan dari yang paling buruk: 1 Birokrasi yang tidak efisien; 2 infrastruktur yang buruk; 3 Regulasi perpajakan yang kurang kondusif;
4 Korupsi pejabat; 5 Kualitas SDM yang buruk; 6 Kebijakan yang tidak stabil; 7 Regulasi ketenagakerjaan yang restriktif; 8 tarif pajak
yang terlalu tinggi; 9Akses ke pasar keuangan yang rendaah; 10 Regulasi valuta asing yang kurang mendukung; 11 Kriminalitas; 12 Pemerintah
yaangg tidak stabil; 13 etika kerja yang buruk dari para pekerja; dan 14 Inflasi yanng terlalu tinggi.
2.5. Faktor- Faktor Yang Menghambat Investasi
Menurut Hartono 2010 : 72, beberapa faKtor yang menghambat investatsi, adalah :
1. Masalah Tenaga kerja Peneliti Independen dan tenaga ahli Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional Bappenas Iswan Abdullah menilai, masalah ketenagakerjaan, khususnya angkatan kerja yang sudah bekerja dan upah pekerja di Indonesia
dapat menghambat laju investasi asing langsung FDIforeign direct invesment di Indonesia. Pasalnya, upah pekerja jadi salah faktor dominan dalam FDI.
Berdasarkan sample data tahun 1973-2004 pada penelitian yang pernah ia lakukan pada 2007 silam, upah pekerja menempati urutan ketujuh dari
delapan faktor yang mempengaruhi FDI di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Menurutnya, faktor upah memang masih lebih rendah bila dibandingkan tujuh faktor lainnya. Perhitungan itu berdasarkan nilai elastisitas dari
keseluruhan delapan faktor, dari yang teratas, yakni angkatan kerja Elastisitas 28,44, pendapatan perkapita 3,01, kesempatan kerja 2,78, nikai tukar valas
rupiah dolar 0 ,54 , pertumbuhan ekonomi 0,41, nilai ekspor 0,36, upah pekerja 0,21, dan inflasi 0,12.
Iswan menyarankan, pemerintah harus lakukan peningkatan skill dan kompetensi para angkatan kerja yang sudah bekerja sehingga menjadi daya
tarik bagi para investor asing nantinya. Selain itu, perlu adanya kenaikan upah minimum pekerja UMP dari
pemerintah guna meningkatkan daya beli pekerja saat terjadi inflasi yang tinggi. Menurutnya, dampak krisis ekonomi akan berpengaruh terhadap pekerja
berpenghasilan UMP. Bila tidak ada peningkatan upah, maka akan menyebabkan aksi besar-besaran yang dilakukan oleh para buruh nantinya.
2. Izin dan kepastian hukum Widodo Sigit Pudjianto SH MH Direktur Pengembangan Ekonomi
Daerah, Direktorat Jendral Bina Bangda Kementrian Dalam Negeri RI menyatakan, jumlah daerah yang telah membentuk PTSP di seluruh Indonesia
baru 379. Perinciannya, 14 untuk tingkat provinsi, 28 untuk tingkat kabupaten dan 85 untuk tingkat kota.
Yang harus diutamakan adalah memberikan pelayanan yang terbaik, cepat dan murah kepada para investor, sehingga mereka tidak merasa dipersulit
ketika mengurus segala perizinan yang berkaitan dengan usaha yang akan dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
Selama ini daerah hanya memberikan pengurusan izin kecil-kecil saja, sedangkan pengurusan izin yang besar seperti menyangkut sumber daya alam
masih ditangani sendiri. Sementara itu, pengusaha selaku pemilik modal mengaku capek
dengan birokrasi berbelit-belit ketika mengurus izin usaha. Jika pengurusan izin dipermudah dan dipercepat, maka pengusaha akan mudah berinvestasi.
Dengan demikian investasi tumbuh dan menyerap banyak tenaga kerja. 3. Korupsi yang merajalela
Kendala utama yang dihadapi oleh para investor, adalah korupsi. Budaya korupsi aparat pemerintah di Indonesia sungguh sangat mengganggu
jalannya langkah para investor asing. Wajar, karena Indonesia memang tidak pernah keluar dari predikat negara-negara terkorup di dunia.
Bukan cerita asing lagi, kalau perusahaan-perusahaan asing yang beraktivitas di Indonesia, harus siap digrogoti oleh pungutan liar preman-
preman aparat pemerintah dari golongan sandal jepit sampai pejabat-pejabat berdasi. Dan mereka hanya bisa pasrah serta mulut harus dikunci untuk tidak
bernyanyi kemana-mana, walaupun hati nuraninya menjerit melaknat praktek tidak bermoral tersebut. Kecuali, sudah punya komitmen untuk gulung tikar.
Banyak yang mengeluhkan betapa carut-marutnya praktek korupsi di Indonesia ini. Walaupun sebelumnya beliau sudah sedikit tau tentang iklim
berinvestasi di Indonesia, tapi pada kenyataannya, lembaran hitam itu lebih kelam dari apa yang beliau bayangkan sebelumnya. Sehingga konon, sudah
pernah ada dalam pikirannya untuk mengurungkan niat berinvestasi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4. Kemampuan Bahasa Kendala investasi lain yang berupa miskinnya kemampuan berbahasa
tenaga kerja Indonesia. Mereka menuntut setidaknya bisa berbahasa Inggeris, kalau memang bahasa Jepang tidak mampu. Akan tetapi, kebanyakan tenaga
lokal kita, hanya bisa berbahasa Indonesia. Hal ini yang menjadi sebuah kelemahan dibanding negara Asia Tenggara lainnya terutama Malaysia. Ini
berhubungan erat dengan bidang pendidikan kita yang tidak mendapat porsi signifikan dari para penentu kebijakan pemerintah. Toh kenyataan juga sudah
menunjukkan betapa di era tahun 60-an 70-an, Malaysia mengimpor tenaga pendidik dari Indonesia, sementara saat ini kita sudah banyak melirik
pedidikan tinggi di negeri Jiran itu, karena mutunya sudah jauh melebihi dari apa yang kita punya.
5. Keterampilan dan Etos Kerja Dari miskinnya system pendidikan, menghasilkan generasi-generasi
yang low skill. Keterampilan kerja minim, keahlian hampir tidak ada. Padahal keterampilan kerja yang rendah mengurangi kapasitas produksi. Kedisiplinan
dan etos kerja yang rendah juga menjadi pemandangan mencolok pada tenaga- tenaga kerja Indonesia. Budaya malas seakan sudah mengakar dalam hati
sanubari. Sehingga ada juga sentilan-sentilan yang pernah beredar, bahwa hasil produksi tenaga kerja Indonesia tidak lebih dari seperdua dari hasil
produksi tenaga-tenaga kerja negara maju dalam interval waktu yang sama. Sungguh sangat memprihatinkan, karena di samping keterampilan
kerja yang minim, juga ditambah derajat kemalasan yang cukup tinggi. Sementara di era sekarang ini, sebuah hasil produksi yang berkwalitasi tinggi
Universitas Sumatera Utara
pun harus dibarengi oleh timing yang tepat, harus berpacu dengan waktu. Karena hasil maksimal dan berkwalitas, lebih berharga dari onggokan sampah
bilamana timing-nya tidak tepat. Pemerintah saat ini sudah mulai mau menyadarkan diri akan
pentingnya system pendidikan berkwalitas buat masa depan bangsa ini, walau masih dalam taraf teori dan retorika. Karena pendidikan memang merupakan
hal yang sangat urgen demi masa depan bangsa, kecuali mata kita hanya tertuju pada apa yang bisa kita makan hari ini. Tanpa pendidikan bermutu,
masa depan bangsa ini akan kelam. Dan selamanya akan menjadi bangsa kuli. Yang menjadi permasalahan adalah, sejauh mana pemerintah
Indonesia bisa memperbaiki diri terhadap unsur-unsur penghambat investasi tersebut di atas, agar mampu memyiapkan iklim investasi yang kondusif.
Sehingga para investor menjadi tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, dan bukan membuat para pengusaha asing justru lari meninggalkan Indonesia,
sebagaimana sekian banyak kejadian yang pernah ada selama ini.
2.6 Penelitian Terdahulu