WARTA GEOLOGI, JULI 2006 27

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 27

but menyebabkan begitu rentannya wilayah Indonesia terhadap bahaya geologi (geo-hazard) seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, gerakan tanah. Itulah kenyataan yang harus selalu disadari oleh kita. Bahwa sebenarnya ancaman bahaya geologi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Bahaya geologi dan bencana yang ditimbulkannya meru- pakan risiko kita yang hidup di atas tiga lempeng tektonik aktif di dunia.

Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, dalam manajemen ben- cana sangatlah penting membedakan antara bahaya dan bencana. Karena, berdasarkan hal itu kita dapat me- ngetahui tingkat potensi bencana dan langkah mitigasinya, di antara- nya melalui pengurangan kerentanan masyarakat terhadap ancaman ben- cana tersebut. Identifi kasi bahaya dan bencana diperlukan baik dalam rangka mitigasi bencana, maupun manajemen bencana. Bagian ini akan mengulas bahaya dengan penekanan pada bahaya dan bencana geologi yang terjadi di wilayah Indonesia.

Posisi dan Fungsi Identifi kasi Bahaya dalam Manajemen Bencana

Gambar 8 menyajikan kembali ta- hapan-tahapan manajemen bencana kaitannya dengan bahaya (B, BB, dan BBB). Berdasarkan batasan setiap tahapan, informasi tentang bahaya sangat diperlukan terutama pada ta- hapan pemulihan (meliputi tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi), miti-

gasi, dan kesiapsiagaan.

Pada Gambar 8, implementasi dan informasi bahaya geologi diperlukan dalam penanganan bencana tahap pemulihan dengan besaran yang re- latif rendah (B), pada tahap mitigasi dengan intensitas lebih tinggi (BB), dan dalam tahap kesiapan dengan intensitas paling tinggi (BBB). Hal itu apabila kita meninjau mitigasi dalam arti yang sempit. Adapun dalam arti mitigasi yang luas, implementasi in- formasi bahaya geologi diperlukan setiap waktu dengan intensitas yang relatif sama guna pengurangan risiko bencana jangka panjang secara opti- mal.

Dalam tahapan pemulihan, infor- masi geologi diperlukan misalnya da- lam penempatan bangunan-bangun- an infrastruktur, tata ruang untuk pemukiman kembali, dll. Pada tahap mitigasi dalam makna yang sem- pit, informasi geologi sangat berpe- ran antara lain dalam pembuatan bangunan peredam gelombang tsu- nami, bangunan tahan gempa, dll. Adapun dalam tahapan kesiapan, informasi geologi diperlukan untuk penyebaran informasi adanya anca- man bencana secara cepat, namun tidak menyebabkan kepanikan, penyusunan rencana evakuasi, pem- berian bantuan, dan tindakan-tinda- kan emergensi lainnya.

Bahaya Geologi di antara Bahaya Alam Lainnya

Bahaya geologi sebagaimana di-

nyatakan dalam modul pelatihan manajemen bencana dari PBB (Disas- ter Management Training Programme; DMTP) meliputi gempa bumi, tsu- nami, letusan gunung api, dan tanah longsor. Dalam modul DMTP tersebut, PBB membagi bahaya ke dalam lima kelompok penting dan harus diper- hatikan berdasarkan kriteria terten- tu. Kelima kelompok bahaya itu ada- lah: 1) Bahaya Geologi (gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor); 2) Bahaya Iklim (ba- dai tropis, banjir, kekeringan); 3) Ba- haya Lingkungan (polusi lingkungan, penebangan hutan, desertifi kasi atau penggurunan, dan wabah hama); 4) Wabah Penyakit; dan 5) Kecelakaan industri dan Kimia. Adapun kriteria yang dimaksud adalah bahwa bahaya tersebut paling banyak muncul, ting- ginya frekuensi jenis bahaya tersebut berkembang menjadi bencana, dan seringnya bahaya tersebut mendapat perhatian skala internasional.

Dalam penjelasan lebih lanjut tentang kriteria “mendapat perhatian yang luas”, PBB dalam DMTP telah menyusun bahaya-bahaya ke dalam kategori berikut: 1) Serangan bahaya mendadak, 2) Serangan bahaya yang perlahan-lahan, 3) Bahaya teknologi,

4) Bahaya perang dan kerusuhan si- pil, dan 5) Epidemi. DMTP selanjutnya menyatakan bahwa bahaya geologi (gempa bumi, tsunami, letusan gu- nung api, tanah longsor); merupakan serangan bahaya mendadak. PBB se- lanjutnya sangat menganjurkan agar setiap masyarakat/negara mengenali dan menentukan bahaya apa yang harus menjadi perhatian utama untuk masing-masing masyarakat/bangsa/ negara.

Bahaya-bahaya alam yang menja- di perhatian PBB terkait erat dengan bencana-bencana yang besar dan manarik perhatian komunitas luas, yakni bahaya-bahaya yang mem- pengaruhi populasi yang besar dan yang memerlukan bantuan dari luar komunitas yang terkena. Karena ting- kat kerentanan yang melekat pada masyarakat terkena bahaya tersebut, bahaya-bahaya itu pun menjadi ben- cana besar. Memang sangatlah tipis perbedaan antara bahaya dan ben- cana ketika tingkat kerentanan ma- syarakat yang menghadapinya sudah sedemikian tinggi. Pada gilirannya, bahaya pun menjadi bencana.

Dalam modul DMTP disajikan data 15 gempa bumi besar yang ter-

Gambar 8. Ilustrasi menunjukkan posisi dan fungsi identifi kasi bahaya dalam tahapan penanganan bencana.