MITIGASI BENCANA GEOLOGI: DARI PENYELIDIKAN HINGGA PERINGATAN DINI

MITIGASI BENCANA GEOLOGI: DARI PENYELIDIKAN HINGGA PERINGATAN DINI

Mitigasi mencakup makna yang luas. Setiap usaha yang ditujukan guna mengurangi dampak atau ri- siko bencana merupakan bagian dari langkah mitigasi. Bagian ini akan mengemukakan beberapa langkah mitigasi yang sudah dilaksanakan di Indonesia melalui Pusat Vulka- nologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG, temasuk nama-nama orga- nisasi tersebut sebelumnya), Badan Geologi, DESDM. Sebelumnya, kita

akan mengulang kembali pengertian mitigasi – untuk mengingatkan kem- bali cakupan maknanya – dan meli- hat prinsip-prinsip mitigasi bencana tsunami serta lingkup kegiatan miti- gasi.

Mengulang Pengertian Mitigasi

Mitigasi secara bahasa adalah kata serapan dari Bahasa Inggris “Mi-

tigation”. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary “Mitigation” memiliki arti: 1. to cause to become less harsh or hostile dan 2. to make less severe or painful. Jika diartikan secara be- bas arti kata mitigasi dalam bahasa Indonesia adalah: “suatu tindakan untuk membuat suatu kondisi men- jadi kurang kasar, kurang merusak, atau tidak terlalu menyakitkan”.

Dengan berjalannya waktu, istilah mitigasi umumnya selalu dikaitkan dengan kebencanaan baik itu ben- cana alam (natural disasters) maupun bencana akibat perbuatan manusia (man-made disasters). Sebagaimana menurut DMTP, PBB, 1994, mitigasi bencana adalah istilah yang diguna- kan untuk menunjuk pada semua tin- dakan guna mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, terma- suk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang”

Sedangkan Encyclopedia Online Wikipedia mendefi nisikan mitigasi

sebagai: “usaha untuk menghindar- kan berkembangnya bahaya menjadi bencana, atau mengurangi risiko saat terjadinya bencana”. Mitigasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari suatu usaha pengelolaan bencana (disaster management) dengan fokus utama pada pengamatan jangka pan- jang untuk mengurangi atau meng- hilangkan risiko. Penerapan strategi mitigasi yang dilakukan setelah ter- jadinya bencana merupakan bagian dari proses pemulihan. Akan tetapi, karena usaha-usaha tersebut ditu- jukan guna mengurangi atau meng- hilangkan risiko, maka semuanya dapat disebut sebagai usaha-usaha mitigasi.

Dari dua defi nisi di atas tampak jelas bahwa tujuan utama dari miti- gasi adalah mengurangi atau bahkan menghilangkan risiko yang diakibat- kan oleh suatu bencana, baik pada saat sebelum terjadi, saat terjadinya, maupun setelah terjadinya bencana. Jika dihubungkan dengan tugas dan

fungsi dari Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Ben- cana Geologi (PVMBG) maka mitigasi bencana yang dikelola oleh institusi ini adalah mitigasi bencana geologi yang meliputi mitigasi untuk gunung api, gempa bumi, tsunami, dan ge- rakan tanah (tanah longsor).

Prinsip-prinsip Mitigasi: Tinjauan khusus untuk Bencana Tsunami

Setiap usaha jangka panjang, apalagi usaha yang berkenaan urus- an penyelamatan kehidupan dan penghidupan manusia dari suatu serangan bahaya, tentulah memiliki prinsip-prinsip atau langkah-lang- kah dasar. Demikian pula, mitigasi bencana geologi, ia telah diupayakan berlandaskan pada prinsip-prinsip tertentu yang sudah teruji sebe- lumnya. Namun, mengingat sumber bencana itu banyak dan kompleks, penetapan prinsip-prinsip tersebut bukanlah hal yang mudah. Di bawah ini disajikan prinsip mitigasi bencana berkenaan dengan bencana tsunami sebagai perbandingan, dikutip dari buku ”Tsunami”, karya Subandono Diposaptono dan Budiman, 2006:

”Amerika Serikat sejak Maret 2001 mengembangkan program mitigasi bencana tsunami. Program itu didesa- in oleh tim yang berasal dari pakar- pakar NOAA, Oregeon, dan Wash- ington. Tujuannya, membantu ma- syarakat pesisir mengenali bahaya tsunami, kerentanan, dan melakukan upaya mitigasi melalui perencanaan tata guna lahan, perencanaan wila- yah, dan desain bangunan. Pedoman ini ditujukan kepada pemerintah dae- rah yang terkait dengan fungsi peren- canaan, permintakatan, pengaturan bangunan, community development, tata guna lahan, dan fungsi terkait lainnya di wilayah pesisir. Secara umum, pedoman itu disusun berda- sarkan tujuh prinsip dasar.

Prinsip pertama, mengetahui risiko tsunami baik tingkat bahaya, keren- tanan, maupun ketahanannya. Proses untuk memperoleh informasi bahaya tsunami lokal dilakukan dengan mem- persiapkan studi skenario kerusakan akibat tsunami. Strategi penerapan informasi untuk mengurangi kerusak- an di masa mendatang meliputi empat hal. Pertama, memasukkan informasi bahaya tsunami dalam proses peren- canaan jangka pendek dan panjang.