WARTA GEOLOGI, JULI 2006 17

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 17

maupun bencana. Dengan demikian fenomena alam adalah: “proses alam yang ekstrim yang tidak memberikan ancaman terhadap manusia dan har- ta bendanya”. Demikianlah, sebuah peristiwa banjir yang tejadi di daerah yang tidak berpenghuni adalah satu contoh fenomena alam. Keberadaan manusia atau penduduk dengan pe- rilaku serta harta benda yang dimili- kinya di suatu tempat serta fenomena alam yang terjadi di tempat tersebut merupakan faktor-faktor sebab aki- bat munculnya kondisi bahaya atau bencana geologi dari peristiwa alam tersebut.

Bahaya Geologi (geo-hazards) Hazards menurut kamus, An English – Indonesian Dictionary (John M. Echol dan Hassan Shadily, 1975), misalnya, diartikan sebagai “bahaya” atau “risiko”. Dalam bentuk kata kerja transitif, kata hazard berarti: “mengambil risiko”. Adapun kata sifat dari kata tersebut (hazardous) bermakna: “berbahaya”, “penuh risiko”, atau “risiko”.

Dalam modul pelatihan manaje- men bencana dari DMTP (Disaster Management Training Programme), PBB, terdapat defi nisi-defi nisi yang terkait dengan “bahaya” dan sejenis- nya dalam kerangka mitigasi benca- na. “Bahaya” – menurut modul terse- but – adalah: “kejadian yang jarang atau ekstrim dari lingkungan karena ulah manusia atau karena alam yang merugikan dan mempengaruhi ke- hidupan manusia, harta benda atau aktivitas pada tingkat yang menye-

babkan satu bencana” Dalam Wikipedia, hazard diartikan sebagai: “bahaya-bahaya” (dangers), “risiko-risiko” (risks), masalah-masa- lah (problems). Selanjutnya, disebut- kan bahwa “bahaya” adalah: “suatu sumber dari kerugian atau kerusakan atau kejahatan (harm) yang poten- sial” ( http://en.wikipedia.org/wiki/ Hazard ). A natural hazard, misalnya, didefi nisikan sebagai (terjemahan): “sebuah bahaya atau sumber bahaya alam terutama yang mengancam ke- selamatan hidup manusia”. Dengan demikian, geo-hazards, bermakna:

“bahaya-bahaya atau risiko-risiko yang berhubungan dengan fenomena- bumi atau bahaya beraspek geologi”.

Selanjutnya, dalam kamus on- line Wikipedia tersebut dikemukakan

bahwa bahaya (hazard) memiliki tiga model:

1. Model Dormant: “Apabila tidak ada orang di sekitar, maka ti- dak ada risiko” (there are no people

around; there is no risk),

2. Model Armed: “Apabila ada seorang manusia atau sebuah ma- syarakat di sekitar, maka terdapat risiko (there is a person or people in the vicnity; there is risk),

3. Model Aktif: “waktu reaksi manusia yang terlalu lamban dalam menghadapi efek dari bahaya ter- tentu, maka sangat terlambat untuk mencegah akibat-akibat dari bahaya tersebut” (human reaction time is too slow to combat the effect of the ha- zard; it is too late to prevent the conse- quences of the hazard).

Berdasarkan defi nisi-defi nisi ter- sebut di atas, tampak bahwa dalam penggunaan istilah “bahaya” (hazard) berlaku hal-hal berikut: mengandung

pengertian potensi terjadinya benca- na atau ancaman bagi kelangsungan hidup manusia dimana tingkatan ben- cananya sangat bergantung pada ke- beradaan orang dan kecepatan waktu reaksi manusia dalam menghadapi- nya; pengertiannya belum menyirat- kan adanya korban atau kerugian harta benda dan lingkungan, melain- kan baru sampai tahap ancaman.

Bencana

Kata “bencana” dalam bahasa Ing- gris, sebagaimana menurut kamus, adalah disaster. Kata yang aslinya dari bahasa Latin itu menurut kam- us berarti: “bencana”, “kemalangan”, atau “malapetaka”. Arti kata terse- but dalam bahasa Inggris adalah:

great destruction, distress, misfor- tune, dengan sinonimnya: calamity, cataclysm, catastrophe, tragedy (The American Heritage Dictionary). Dalam kaitannya dengan mitigasi, secara teknis, bencana (disaster) bermakna: “akibat dari bahaya alami (natural hazards) atau bahaya karena per- buatan manusia (man-made hazard) yang bersifat negatif pada kehidup- an masyarakat dan lingkungannya” ( http://en.wikipedia.org/wiki/Disas- ter_management ).

Dalam modul pelatihan mitigasi bencana dari DMTP, bencana dide- fi nisikan sebagai: “gangguan serius yang menimpa suatu masyarakat yang mengakibatkan kerugian besar, baik manusia, harta benda, maupun lingkungannya dengan besaran yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk menanggulanginya secara mandiri”. Defi nisi tersebut me- nyiratkan bahwa peristiwa bencana melibatkan waktu yang intens (“sang- at”: sangat pendek, sangat dahsyat, dst) dan tingkat urgensi tertentu.

Dalam kaitannya dengan bahaya dan kerentanan, bencana yang di- alami oleh suatu masyarakat se- cara sederhana dapat didefi nisikan sebagai akibat bertemunya bahaya yang menimpa dan kerentanan ter- hadap bahaya tadi yang melekat pada masyarakat tersebut. Secara “matematis” defi nisi ini dirumuskan sebagai: bencana = bahaya + keren- tanan. Kita akan mengupas lebih lanjut defi nisi tersebut pada bagian selanjutnya dari tulisan ini.

Berdasarkan sumbernya, terda- pat tiga jenis bencana: Pertama, ben- cana alam (natural disaster), yaitu bencana yang murni disebabkan oleh peristiwa alam, contoh gempa bumi yang menelan korban. Kedua, benca- na akibat ulah manusia (man-made disaster) seperti kebakaran. Ketiga, bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan an- tara perilaku alam dan ulah manusia, sebagai contoh: banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hu- tan. Namun sebuah defi nisi bencana yang lebih luas menyimpulkan bah- wa pada dasarnya semua bencana itu disebabkan oleh ulah manusia. Sebab, manusia yang tertimpa ben- cana itu sebelumnya telah memilih, apapun alasannya, berdomisili atau berada di tempat kejadian alam yang menyebabkan bencana.

Dari defi nisi bencana dan apa yang

Gambar 1. Geo-hazards, geo-resources, geo-environment, dan geo-science yang seharusnya dikelola secara terintegrasi agar memberikan keamanan dan kesejahteraan kepada masyarakat (Jahmasy).

tersirat di dalamnya, tampak bahwa

tersebut untuk menanggulanginya dalam penggunaan istilah “bencana”

gunung api”, “bencana gempa bumi”,

secara mandiri”. (disaster) terkandung makna atau

“bencana tsunami”, dan “bencana

Secara sederhana bencana geologi pengertian berikut: 1) gangguan yang

gerakan tanah”, termuat dalam pa-

dapat disebutkan sebagai: “bencana serius terhadap berfungsinya masya-

sal 542, pasal 543, pasal 544, pasal

alam yang disebabkan oleh proses rakat; 2) kerugian besar pada manu-

557, pasal 558, pasal 559, dan pasal

geologi”. Meskipun bencana geologi sia (terbunuh atau luka-luka), harta

560 dari Permen ESDM No. 30 Ta-

adalah bencana alam, tetap berlaku benda, dan lingkungannya; dan 3)

hun 2005. Terkait dengan semakin

prinsip bahwa bencana selalu ter- masyarakat yang mengalaminya tak

banyaknya bencana alam beraspek

kait dengan perbuatan atau pilihan- mampu menanggulangi gangguan ter-

geologi akhir-akhir ini serta sering

pilihan yang dilakukan oleh manusia sebut apabila hanya mengandalkan

tampilnya wakil-wakil dari pihak Pe-

sebagaimana telah dikemukakan se- kekuatannya sendiri.

merintah untuk memberi penjelasan

terhadap peristiwa tersebut di ber-

belumnya.

Dari semua paparan di atas dapat Darurat (Emergency)

bagai media masa, istilah bencana

ditarik kesimpulan bahwa fenomena Terkait keadaan “bencana” adalah

geologi pun kini sudah mulai dikenal

alam dapat berkembang menjadi ba- suatu keadaan “darurat”. Suatu ben-

masyarakat luas.

haya, misalnya bahaya gunung api. cana dapat berupa bagian dari satu

Untuk penyamaan persepsi dan

Sebagian dari bahaya tersebut ke- keadaan darurat (emergency). Ma-

pemahaman tentang “bencana geolo-

mudian berubah menjadi bencana, najemen bencana (disaster manage-

gi”, kita akan merujuk kembali defi -

dan dari keadaan bencana tersebut ment) - yang meliputi kegiatan miti-

nisi geologi dan bencana yang telah

mungkin muncul keadaan darurat gasi - adalah bagian dari manajemen

dikutip di atas. Dengan demikian,

(Gambar 2). Di antara bahaya dan darurat (emergency management).

“bencana geologi” adalah “akibat dari

bencana mungkin berupa bahaya dan Suatu keadaan darurat (emergency)

bahaya (hazard) alam beraspek geologi

bencana beraspekkan geologi yang adalah sebuah situasi yang meru-

(geo-hazards) dan bahaya akibat ulah

kita menyebutnya masing-masing pakan ancaman serta merta (saat

manusia berkaitan dengan kesiapan

sebagai “bahaya geologi” (geo-hazard) itu juga) bagi hidup manusia atau

menghadapi bahaya tersebut yang

dan “bencana geologi”. Dalam Gam- kerusakan serius pada harta benda

bersifat negatif pada kehidupan ma-

bar 2, sebagian dari perbuatan ma- dan lingkungan manusia ( http://

syarakat dan lingkungannya”. Atau,

nusia sangat membahayakan dan di en.wikipedia.org/wiki/Emergencies ).

“bencana geologi” adalah “gangguan

antara yang membahayakan tersebut Atau, suatu situasi seperti benca-

serius yang timbul dari peristiwa ge-

berkembang menjadi bencana karena na alam atau bencana buatan yang

ologi dan ketidaksiapan masyarakat

ulah manusia (man-made disaster). menuntut bantuan segera ( http://

dalam menghadapinya yang meng-

Selanjutnya, keadaan bencana ini en.wiktionary.org/wiki/emergency) .

akibatkan kerugian besar baik pada

mungkin berkembang menjadi ke- Suatu keadaan darurat ditandai kungannya dengan intensitas yang

manusia, harta benda, maupun ling-

adaan darurat. Irisan di antara dua dengan:

rangkaian kejadian tersebut memun- - Kondisi penurunan kemampuan penanganan bencana atau bahaya yang jelas dan nyata dari satu kelom- pok manusia atau masyarakat

melampaui kemampuan masyarakat

- Kemampuan penanganan ba- haya atau bencana hanya bersifat bertahan karena bantuan-bantuan atau inisiatif-inisiatif kelompok ma- nusia atau masyarakat lain (inter- vensi dari luar)

Penyamaan Persepsi: Bencana Geologi

Istilah “bencana geologi” saat ini telah resmi digunakan oleh Pemerin- tah sebagaimana dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mi- neral Nomor 30 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departe- men Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM No. 30 Tahun 2005). Dalam Pasal 503 peraturan tersebut

Gambar 2. Ilustrasi dalam siklus kejadian alam (A) dan siklus perbuatan manusia dinyatakan bahwa salah satu unit di (B) masing-masing terdiri atas: fenomena alam (1A), fenomenana ulah manusia (1B), lingkungan Badan Geologi adalah Pu- bahaya alam (2A), bahaya akibat ulah manusia (2B), bencana alam (3A), bencana

ulah manusia (3B), gabungan bencana alam dan bencana ulah manusia (4); dan sat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

keadaan darurat (5). Keadaan darurat (5) dan bencana gabungan (4) adalah bagian Geologi (PVMBG-singkatan resminya:

dari bencana (3), sebagaimana bencana adalah bagian dari bahaya (2), dan bahaya PVG). Istilah “bencana geologi” dan

ialah bagian dari fenomena (1); hal itu berlaku baik untuk siklus kejadian alam (A) bagian-bagiannya, seperti “bencana

maupun siklus perbuatan manusia (B).