WARTA GEOLOGI, JULI 2006 43

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 43

awal telah tersedia peta daerah ba- haya atau daerah bahaya sementara untuk 65 buah gunung api yang ada di Indonesia sebagaimana disajikan dalam buku ”Data Dasar Gunungapi Indonesia” tersebut diatas dan saat ini sebanyak 21 dari daerah-daerah tersebut telah diperbaharui dan di- beri nama baru sebagai ”kawasan ra- wan bencana gunung api”. Pemetaan juga telah menghasilkan Peta Geologi Gunung Api yang diperlukan untuk bahan dasar pemantauan dan penga- matan gunung api. Hingga saat ini telah diselesaikan sebanyak 11 lem- bar Peta Geologi Gunung Api, 13 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api, dan 1 Peta Risiko Bencana Gu- nung Api. Kesemua peta-peta terse- but disajikan dalam website PVMBG ( http://www.vsi.esdm.go.id).

Pemantuan telah dilaksanakan secara rutin untuk seluruh gunung api Indonesia sebagaimana telah disinggung di muka. Demikian pula komunikasi, pelatihan, dan sosiali- sasi rutin dilaksanakan oleh PMVBG, terutama dalam kondisi menghadapi ancaman bahaya dari gunung api yang aktivitasnya mulai menunjuk- kan peningkatan dari keadaan nor- mal.

Dalam langkah peringatan dini, PVMBG, Badan Geologi, telah mene- tapkan satu standar yang berkaitan dengan tingkat aktivitas sebuah gu- nung api, terdiri atas 4 tahapan, yai- tu: tahap-tahap aktif normal, waspa-

da, siaga, dan awas ( http://merapi. vsi.esdm.go.id/?volcano/early_war- ning.htm ). Implementasi dari pering- atan dini tersebut telah cukup berha- sil dalam mitigasi bencana Gunung Api Merapi, Pulau Jawa. Memang, mitigasi bencana gunung api yang lebih komprehensif telah dilakukan untuk gunung api Merapi berkaitan dengan karakter gunung api tersebut yang frekuensi letusannya termasuk tinggi (4 – 5 tahun sekali untuk letu- san besar). Sejumlah informasi pen- ting contoh upaya mitigasi gunung api dari Gunung Api Merapi dapat di- lihat dalam website BPPTK, PVMBG ( http://www.bpptk.esdm.go.id// ).

Salah satu contoh Peta Kawa- san Rawan Bencana Gunung Api adalah adalah Peta Daerah Bahaya Gunung Api Guntur, Jawa Barat,

sebagaimana pada Gambar 15. Dari peta tersebut tampak bahwa daerah bahaya dalam warna merah muda adalah daerah yang harus diwaspa-

terjadinya bencana tersebut. Mitigasi yang telah banyak dilakukan, meli puti ketujuh lingkup tersebut di atas adalah mitigasi di bidang bencana le- tusan gunung api.

Hasil-hasil dari upaya mitigasi yang telah dilaksanakan sebagaima- na dalam lingkup kegiatan di atas, dipaparkan di bawah ini dengan penyajian lebih menitikberatkan pada lingkup penyelidikan dan pemetaan.

Mitigasi Bencana Geologi

Mitigasi Bencana Gunung Api Di dalam buku kecil (panduan sosialisasi bencana) ”Gunungapi”, PVMBG, dikemukakan langkah-lang- kah mitigasi bencana gunung api yang meliputi tindakan sebelum, selama, dan sesudah gunung api meletus. Langkah mitigasi sebelum gunung api meletus meliputi: 1) pemantauan dan pengamatan kegiatan pada se- mua gunung api aktif, 2) pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api dan Peta Zona Risiko Bahaya Gunung Api yang di- dukung dengan Peta Geologi Gunung Api; 3) Melakukan penyelidikan dan penelitian geofi sika dan geokimia gu- nung api, 4) Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letu- san gunung api, 5) Melakukan pem- bimbingan dan pemberian informasi gunung api, dan 6) Melakukan pe- ningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya (sarana dan prasara- na untuk pengamatan, penyelidikan dan penelitian kegunungapian).

Menjelang dan selama terjadi- nya bencana letusan gunung api, langkah-langkah berikut dilaksana- kan: 1) Membentuk tim gerak cepat,

2) Meningkatkan pemantauan dan pengamatan didukung oleh perala- tan yang memadai, 3) Meningkatkan pelaporan dan frekuensi pelaporan sesuai kebutuhan, dan 4) Memberi- kan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah terkait sesuai prosedur. Ada- pun langkah mitigasi sesudah ben- cana letusan gunung api meliputi:

1) Menginvetarisir data mencakup data sebaran dan volume hasil letus- an, 2) Mengidentifi kasi daerah yang terkena dan terancan bahaya, 3) Memberikan saran penanggulangan bahaya berikutnya, 4) Memberikan rekomendasi penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang,

5) Memperbaiki fasilitas pemantauan gunung api yang rusak, 6) Menurun-

kan status kegiatan gunung api bila keadaan aktivitas gunung api sudah menurun, dan 7) Melanjutkan lang- kah pemantauan rutin.

Sebagian besar letusan gunung api diawali dengan berubahnya kon- disi geokimia dan geofi sika yang dapat diukur, untuk itu usaha mitigasi yang paling utama dalam mengurangi risiko akibat letusan gunung api adalah dengan melaku- kan pemantauan dan pengamatan yang terus menerus terhadap kon- disi geokimia dan geofi sika berupa monitoring seismik, pengukuran perubahan bentuk puncak gunung api, pencatatan perubahan kondisi geokimia dan geoelektrik, dan lain- lain. Dengan melakukan hal tersebut maka status dari gunung api dapat ditentukan dan prakiraan mengenai kemungkinan terjadinya letusan da- pat diramalkan.

Usaha mitigasi bencana gunung api di Indonesia melalui langkah pengamatan gunung api telah dilak- sanakan sejak jaman Hindia Belanda dengan dibangunnya beberapa pos pengamatan gunung api dari tahun 1920 - 1941, yaitu Pos Gunung Kra- katau di Pulau Panjang, Pos Gunung Tangkubanparahu, Pos Gunung Pa- pandayan, Pos Kawah Kamojang, Pos Gunung Merapi (Babadan, Krinjing, Plawangan, Ngepos), Pos Gunung Kelut, Pos Gunung Semeru, dan Pos Kawah Ijen. Saat ini PVMBG telah memiliki 69 pos pengamatan gunung api di seluruh wilayah Indonesia untuk mengamati gunung-gunung api yang dianggap memiliki potensi membahayakan bagi manusia dan harta benda. Dalam usaha mitigasi, PVMBG telah melakukan pemetaan kawasan rawan bencana untuk se- tiap gunung api tersebut.

Secara umum, ketujuh lingkup mitigasi tersebut di atas telah dilak- sanakan dalam mitigasi bencana le- tusan gunung api. Penyelidikan telah menghasilkan data dasar gunung api Indonesia sebagaimana tersaji dalam buku ”Data Dasar Gunungapi Indo- nesia”, terbitan Direktorat Vulkanolo- gi (PVMBG sekarang), 1979 dan disu- sul oleh berbagai penyelidikan yang intensif hingga sekarang, khususnya untuk sejumlah gunung api Indone- sia yang sangat aktif ( http://portal. vsi.esdm.go.id/joomla/ ). Pemetaan menghasilkan peta-peta yang terma- suk kategori peta kawasan rawan bencana gunung api. Dalam tahap

Gambar 15. Peta Daerah Bahaya Gunung Api Guntur, Jawa Barat.

benua Eurasia, lempeng samudera aliran lava, dan lontaran piroklastik,

dai terhadap ancaman awan panas,

dapat dipakai sebagai tempat pen-

Pasifi k, dan lempeng samudera Indo- sedangkan daerah waspada dibagi

gungsian, selain itu juga dengan di-

Australia merupakan wilayah yang menjadi tiga, yang pertama meru-

cantumkannya infrastruktur dalam

sangat aktif secara seismik. Kondisi pakan daerah yang memiliki potensi

hal ini jalan maka dapat pula dibuat

ini menyebabkan seluruh wilayah terkena lontaran piroklastik berupa

rute pengungsian dan rute pemberi-

Kepulauan Indonesia, kecuali Pulau lingkaran konsentris berjari-jari 5

an bantuan dengan lebih efektif dan

Kalimantan, memiliki risiko yang km yang dibatasi oleh wilayah be-

efi sien.

tinggi untuk terjadinya suatu gempa rarsir. Daerah kedua adalah daerah

bumi (Gambar 16). Dari gambar di dengan potensi terkena jatuhan piro-

Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan

atas tampak bahwa wilayah yang di- klastik berupa lingkaran konsentris

Tsunami

batasi dengan garis merah merupa- berjari-jari 8 km yang dibatasi oleh

Indonesia yang terletak di antara

kan wilayah yang aktif secara seis- garis berwarna kuning. Sedangkan, daerah ketiga yang dibatasi oleh wi- layah berwarna biru adalah daerah yang harus diwaspadai karena ber- potensi sebagai wilayah yang terkena lahar bila turun hujan.

tumbukan tiga lempeng, lempeng

Dalam peta itu, juga dicantum- kan lokasi dari pemukiman atau per- kampungan berupa titik berwarna hitam, sehingga dapat diperkirakan kampung-kampung mana saja yang masuk ke dalam daerah bahaya dan daerah waspada, dari sisi mitigasi in- formasi ini sangat penting mengingat fungsi mitigasi adalah untuk mengu- rangi atau bahkan menghilangkan risiko akibat bencana bagi manusia. Dari peta ini dapat diperkirakan wi- layah mana saja yang harus diko- songkan jika terjadi letusan, serta wilayah mana saja yang aman dan

Gambar 16. Kawasan rawan bencana Geo-Teknik.