WARTA GEOLOGI, JULI 2006 35

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 35

7) Sesar Ransiki (W. Hamilton, 1978), merupakan sesar geser lanjut- an Sesar Sorong yang melintasi leng- kungan kepala burung Papua bagian timur, arah utara selatan;

8) Sesar Tarera – Aiduna (Visser dan Hermes, 1962), merupakan sesar geser timur – barat di bagian leher se- latan kepala burung Papua (wilayah Kabupaten Nabire);

9) Sesar di Pegunungan Jaya- wijaya, merupakan sesar geser yang memanjang arah timur – barat, ter- dapat di sepanjang pegunungan Ja- wawijaya, Papua bagian tengah (Ka- bupaten Timika dan sekitarnya);

10) Sesar Sorong – Maluku (Ha- milton, 1978), merupakan sesar ge- ser lanjutan dari sesar Sorong, me- manjang arah timur – barat, mulai dari kepala burung (Sorong) sampai ke Kepulauan Maluku (sebelah utara Pulau Bacan);

11) Sesar Sula – Sorong (Hamil- ton, 1978), merupakan sesar geser lanjutan sesar Sorong dan Sorong – Maluku, memanjang arah timur – barat mulai dari Pulau Bacan (Ma- luku) hingga lengan timur Pulau Su- lawesi – laut Banggai – Sula, Sulawesi Tengah;

Tatanan tektonik Indonesia seba- gaimana disebutkan di atas menye- babkan beberapa daerah di Indone- sia rawan terhadap bencana gempa bumi. Tingkat kerawanan tersebut didasarkan kepada kejadian gem- pabumi di masa lalu. Wilayah yang rawan bencana gempa bumi di Indo- nesia tersebar mulai dari Pulau Su- matera sampai Papua, yaitu: Nang- groe Aceh Darussalam (NAD), Suma- tera Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan wilayah Papua.

Selain kasus tsunami Krakatau, 1883, seluruh bencana tsunami di Indonesia disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di lautan. Bencana tsunami yang terjadi di Indonesia se- bagian besar diakibatkan oleh gempa bumi dangkal, kurang dari 33 km yang terjadi di dasar laut. Besaran- nya berkisar 6 hingga 9 Skala Rich- ter (SR), intensitas gempa antara VII hingga IX skala MMI (Modifi ed Mer- calli Intensity), dan jenis mekanisme adalah patahan naik.

Wilayah rawan bencana tsunami ditentukan berdasarkan sejarah ke- jadian tsunami, morfologi pantai, mi-

salnya pantai landai atau teluk, dan berhadapan langsung dengan sum- ber gempa bumi penyebab tsunami. Di Indonesia wilayah rawan bencana tsunami meliputi 18 wilayah, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumate- ra Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagi- an Selatan, Jawa Timur Bagian Sela- tan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak- Yapen, Fak-Fak (Papua) dan Balikpa- pan (Kalimantan Timur).

Berdasarkan data dari NOAA – USA, 2005, kejadian tsunami di Indonesia mencapai 11% dari seluruh kejadian tsunami di seluruh dunia selama 400 tahun. Angka persentase frekuensi tsunami ini menempati urutan ke-4 setelah Jepang (17%), Amerika Selatan (15%), dan Kepulauan Solomon (13%).

Aktivitas pusat-pusat gempa dan patahan bergabung dengan kondisi iklim dan tatanan air, serta vegetasi tutupan lahan di Indonesia telah me- nyebabkan kawasan kita ini banyak memiliki daerah rawan bencana tanah longsor. Hasil penelitian PVG dan PLG (dalam periode sebelum ta- hun 2006), telah mengidentifi kasi lebih dari 800 lokasi bahaya tanah longsor, yang tersebar mulai dari Sumatera hingga NTT. Daerah ra- wan bahaya longsor tersebut adalah: Jawa Tengah (327 lokasi), Jawa Ba- rat (276 lokasi), Sumatera Barat (100 lokasi), Sumatera Utara (53 lokasi), Yogyakarta (30 lokasi), Kalimantan Barat (23 lokasi), dan sisanya terse- bar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.

Tingkat bahaya geologi sebagai- mana tersebut dan kerentanan ma- syarakat di sekitarnya dengan inten- sitasnya masing-masing telah me- nyebabkan risiko bencana geologi. Dalam beberapa kejadian fenomena alam ekstrim dari bahaya geologi ter- sebut telah menyebabkan bencana geologi, mulai dari tingkat biasa sam- pai dahsyat.

Bencana Geologi

Bahaya geologi – suatu ancaman laten untuk wilayah Indonesia - da- lam perjalanan sejarah, beberapa di antaranya berkembang menjadi ben- cana geologi. Letusan Gunung Kraka- tau, 1883 dengan korban tercatat 36

ribu orang; gempa bumi Yogyakarta, 2006, dengan korban jiwa saja men- capai lebih dari 6.000 orang. Gempa bumi hebat yang disusul dengan tsunami dahsyat di Aceh, Desember 2004, telah menelan korban terbesar hingga saat ini, lebih dari 250.000 orang meninggal dan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Bencana tanah longsor di daerah Sin- jai, Sulawesi Selatan, 2006, dengan korban jiwa ratusan orang.

Letusan gunung api

Bencana akibat letusan gunung api mungkin muncul dari karakteris- tik bahaya gunung api sebagai berikut (lihat pula Tabel 1, baris ketiga): jenis gunung api, aliran lava, tefra, aliran abu panas, aliran awan panas, aliran lahar, dan runtuhan. Adapun faktor- faktor yang memberi andil pada ke- rentanan – sehingga apabila bahaya datang akan menimbulkan bencana – adalah (Tabel 1, baris kelima): tem- pat hunian yang berada di lereng gu- nung api, tempat hunian pada jalur aliran lahar dan jalur aliran lava, ba- ngunan dengan rancangan atap yang tidak kuat menampung akumulasi debu, adanya material yang dapat terbakar, dan tidak-adanya rencana evakuasi atau sistem peringatan.

Bahaya gunung api telah menye- babkan bencana gunung api dalam skala kecil hingga besar. Catatan akibat letusan gunung api sebagai- mana dalam buku ”Data Dasar Gu- nung api”, Direktorat Vulkanologi (DV), Ditjen Pertambangan Umum (DPU), Dep. Pertambangan dan Ener- gi (DPE), atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, DESDM sekarang, 1979, telah memberikan data menge- nai korban jiwa akibat bencana alam sejak tahun 1586 (letusan yang terca- tat menyebabkan korban manusia). Tidak kurang dari 62.000 orang telah menjadi korban sejak tahun 1586 sampai 1994 akibat letusan dari 12 gunung api yang tersebar mulai dari Sumatera hingga Maluku Utara. Ta- bel 7 menyajikan bahaya yang telah berkembang menjadi bencana geologi letusan gunung api yang besar di In- donesia berdasarkan rujukan terse- but.

Berdasarkan data pada Tabel 7, kita mengetahui daerah rawan ben- cana gunung api di masa lalu sampai

25 tahun terakhir adalah wilayah- wilayah: Tapanuli Selatan (Sumatera

Utara), Rejang Lebong dan Selat Sun-

letusan, aliran lava, awan panas, dan

ketika gempa bumi tektonik di laut

sekitar Gunung api Gamalama terja- barat laut (Bengkulu dan Lampung;

da, Banten dan Jawa Barat bagian

lahar hujan; masing-masing bergan-

di dan mengakibatkan tanah amblas Banten dan Jawa Barat), Cikunir dan

tung jenis gunung api dan tipe letus-

yang menelan korban sebanyak 141 Cisurupan dan (Tasikmalaya dan

annya.

orang (”Data Dasar Gunung api”, Di- Garut, Jawa Barat), Sleman (Yogya-

rektorat Vulkanologi (DV), Ditjen Per- karta), Magelang, Boyolali dan Klaten

Gempa bumi

tambangan Umum (DPU), Dep. Per- (Jawa Tengah), Kediri (Jawa Timur),

Gempa bumi besar di wilayah

tambangan dan Energi (DPE), 1979). Karangasem (Bali), Bima, Pulau Sum-

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),

Catatan gempa bumi yang relatif bawa dan Pulau Lombok (NTB), Ke-

Pulau Nias dan sebagian Sumatera

lengkap adalah gempa bumi yang ter- pulauan Sangihe (Sulawesi Utara),

Utara, Desember 2004, merupakan

jadi di jaur-jalur gempa Pulau Suma- dan Halmahera, Pulau Ternate (Ma-

bagian dari bencana gempa yang

tera yang diselidiki oleh Dr. Danny H. luku Utara). Adapun jenis penyebab

sering melanda wilayah Indonesia,

Natawijaya bersama koleganya dari utama kematian korban beragam tan gempa bumi di Indonesia dapat

khususnya Pulau Sumatera. Cata-

”Earthquake Research Team”, LIPI- mulai dari letusan langsung, lahar

CALTECH, 2004. Gambar 13 mem- Tabel 7. Bencana letusan gunung api di Indonesia antara 1500 – 2000 M.

ditelusuri mulai Tahun 1775, yaitu

(Sumber: Buku ”Data Dasar Gunungapi Indonesia”, DV, 1979, dan sumber lainnya)

Jumlah

No Tahun Gunung api

Tipe Gunung api

(Lokasi Bencana, Penyebab Utama Kematian)

Strato + danau

Kediri, Jawa Timur

Jatilengger & Kedawung Lahar letusan

? Awan panas, lahar hujan

Strato + kubah

DIY, Magelang, Boyolali, Klaten,

Lahar hujan

Yogyakarta – Jawa Tengah

64 ? Awan panas

66 ? Awan panas

Kendhar (2030 org), Koloza (70 org), Taruna 1711

(408 org) Awan panas, lahar letusan

Trijang, Pembalarian, dll 3 1856

Kep. Sangihe

Awu

Strato + danau

kawah

Tahuna (Taruna), Peta,

Awan panas, lahar letusan, lahar hujan

Mala, Akembuala, dll 1892

Sulawesi Utara

Halmahera, Maluku Utara

30-40

Halmahera Aliran lava

P. Makian (?)

5 Kie Besi

Strato + danau

P. Makian, Maluku Utara

P. Makian (?) Lahar (?), terkubur dalam laut

Sanggar, P. Sumbawa, dan P. Lombok : 6 1815

Sangar, Bima,

Tambora

Strato + kaldera

P. Sumbawa

Letusan (10.000 org), kelaparan dan penyakit

NTB

(38.000 org & 44.000 org)

7 1822 Galunggung

Strato + kubah

Garut dan Tasikmalaya,

Cikunir, Tasikmalaya: Awan panas, hujan abu, banjir lahar (lahar hujan)

dan sumbat lava

Jawa Barat

Rejang Lebong, Bengkulu

36 Kp. Talang : Banjir danau kawah, genangan air 36 kaki

9 1871 Ruang

Strato + doma lava

Kep. Sangihe Sulawesi Utara

4 - 400

Buhias, Sangihe: Tsunami karena gempa pra letusan di laut (?)

10 1879 Sorik Marapi

Strato + danau

kawah

Kota Nopan dan Natal, Tapanuli Selatan

Sibangor, Tapanuli Selatan

Lahar hujan

11 1883 Krakatau

Strato

Selat Sunda, Lampung

Pantai Selat Sunda dan Barat Laut Jawa : Tsunami akibat runtuhan

Rendang dan sekitarnya: 12 1963

Agung

Strato

Rendang, Karangasem,

Awan panas, (820), piroklastika 163 org), lahar

Bali

(165 org)