WARTA GEOLOGI, JULI 2006 13

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 13

Pendahuluan

Peranan geologi sampai saat ini dirasakan belum optimal dalam menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan guna meningkat- kan kesejahteraan rakyat. Banyak permasalahan yang berkaitan dengan kegeologian dirasakan belum dikelola secara tepat dan profesional sehingga diperlukan usaha untuk meningkat- kan kinerja penyelenggaraan bidang geologi. Dijumpai banyak masalah yang menjadi kendala belum opti- malnya pemanfaatan profesi, keahli- an, data dan informasi geologi untuk menunjang pembangunan dan mem- bantu masyarakat yang memerlukan peranan disiplin kegeologian.

Salah satu kendala yang dihadapi saat ini antara lain pemecahan per- masalahan yang sangat erat hubung- annya dengan masalah kegeologian yang belum terintegrasi secara na- sional. Secara kelembagaan, ken- dala tersebut adalah dijumpainya banyak kerancuan yang menyangkut kewenangan berbagai instansi yang menangani hal-hal yang berhubung- an dengan masalah geologi. Sebagai contoh, suatu lembaga yang tugas dan fungsinya bukan menangani bidang kebencanaan geologi, telah membe- rikan pernyataan berkaitan dengan kejadian gempa bumi yang menimpa beberapa wilayah di Indonesia akhir- akhir ini. Banyak lembaga yang telah memberikan pandangan yang ber- beda terhadap masalah aktual yang sangat berhubungan erat dengan ke- geologian, misalnya gempa bumi yang menyebabkan tsunami pada tanggal

26 Desember 2004 di Aceh dan Nias, gempa yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya tanggal 27 Mei 2006 dan kejadian geologi lainnya di beberapa wilayah di Indonesia. Memang, sudut pandang terhadap suatu kejadian geologi sangat multi interpretative

karena memang banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa tersebut. Akan tetapi, analisa yang mendekati ketepatan sangat diperlukan teru- tama yang menyangkut kepenting- an publik, misalnya mitigasi dalam menangani bencana untuk memini- malkan korban atau kerugian harta benda akibat bencana tersebut.

Contoh betapa pentingnya pe- ranan geologi ditunjukkan oleh be- berapa kejadian yang menjadi topik pemberitaan di beberapa media. An- tara lain, terjadinya beberapa kali pe- ristiwa amblesan pada jalan tol Cipu- larang sekitar Km 91,6 yang kurang memperhitungkan data dan informa- si geologi, yaitu adanya sungai purba dan dijumpainya expansive clay di bawah fondasi jalan tol tersebut yang memerlukan special treatment (ter- lepas dari konstruksi fondasi jalan yang kurang tepat). Demikian pula peristiwa semburan lumpur panas bercampur gas di Porong, Sidoarjo, yang sudah berlangsung sejak 29 Mei 2006 dan telah menggenangi desa-desa di Kecamatan Porong dan sekitarnya hingga setinggi 6 meter (terlepas dari kemungkinan kesala- han teknik pemboran). Contoh lain adalah kasus Busang yang terjadi se- kitar tahun 1997, dimana terjadi pe- nentuan besar cadangan emas yang sangat over estimate sehingga saham perusahaan tersebut diperebutkan oleh banyak pihak dan sempat mem- pengaruhi bursa saham di New York. Kasus-kasus yang dicontohkan di atas berturut-turut menunjukkan belum optimalnya pemanfaatan data dan informasi geologi untuk kepen- tingan konstruksi jalan, eksplorasi migas, dan perhitungan cadangan mineral yang potensial. Apa yang menjadi fokus perhatian kita dalam uraian tersebut di atas adalah sebe- rapa jauh kompetensi profesi, data

dan informasi geologi dalam menga- tasi kasus-kasus seperti yang dicon- tohkan di atas.

Beberapa landasan pemikiran

Kejadian longsor atau gerakan tanah di beberapa tempat di Indone- sia terbukti telah banyak menimbul- kan korban jiwa dan kerugian harta benda yang cukup besar. Kejadian bencana alam tersebut merupakan representasi dari kemampuan dan daya dukung alami dalam mengkon- servasi air, mencegah banjir dan long- sor yang semuanya sangat berkaitan dengan jenis tanah, kondisi geologi, topografi , hidrologi, dan faktor iklim. Pembangunan atau pengembangan sebuah kegiatan fi sik di lingkungan yang geologinya tidak mampu men- dukung atau menampung beban-be- ban tersebut menyebabkan bencana. Sebuah bencana akibat gabungan antara alam dan perbuatan manusia. Kondisi yang demikian mendorong di- perlukannya Peraturan Daerah yang mengatur wilayah-wilayah (zoning regulation) rawan bencana longsor atau gerakan tanah. Tentunya Pera- turan Daerah tersebut memerlukan payung hukum atau peraturan pe- rundang-undangan yang lebih tinggi dalam bentuk Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah atau bahkan Undang-Undang untuk memperkuat landasan yuridisnya dan konsekwen- si hukumnya jika terjadi pelangga- ran.

Kondisi lain yang dijumpai saat ini adalah belum maksimalnya peng- gunaan data dan informasi geologi se- bagai dasar perencanaan pembangu- nan wilayah (regional development act). Padahal, dalam forum Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BK- TRN) pernah ditegaskan bahwa da- lam penyusunan atau perencanaan Tata Ruang nasional yang menjadi