WARTA GEOLOGI, JULI 2006 45

WARTA GEOLOGI, JULI 2006 45

mik, titik-titik kuning menunjukkan pusat gempa yang pernah terjadi, titik berwarna merah adalah lokasi dari gempa-gempa dalam.

Beberapa dari gempa yang pernah terjadi diikuti pula oleh terjadinya tsunami. Kejadian terbesar gempa bumi yang diikuti oleh tsunami yang terjadi di Indonesia adalah gempa bumi di Aceh dan Sumatera Utara yang terjadi pada tanggal 26 Desem- ber 2004 dengan magnitudo menca- pai 9,1 (skala USGS) dan mengaki- batkan jatuhnya korban meninggal Indonesia saja sebanyak 167.000 orang lebih dan total korban mening- gal mencapai 250.000 orang lebih di

14 negara.

Dengan melihat kondisi Indone- sia yang aktif secara tektonik maka usaha mitigasi gempa bumi sangat diperlukan. Sampai saat ini, tekno- logi yang ada belum dapat meramal- kan kapan suatu gempa bumi akan terjadi, yang dapat dilakukan dalam usaha mitigasi adalah: 1) memeta- kan wilayah rawan gempa bumi dari hasil studi gempa bumi yang pernah terjadi dan melakukan studi menge- nai pergerakan lempeng tektonik serta penelaahan patahan-patahan aktif, 2) memantau aktivitas seismik dengan menggunakan seismograf atau alat-alat lainnya, dan 3) mela- kukan obervasi ilmiah berbasis ma- syarakat seperti melakukan penga- matan peningkatan kekeruhan air sumur dan melakukan pencatatan tingkat gas radon yang masuk ke da- lam sumur.

Gempa bumi dan dengan demikian juga tsunami merupakan peristiswa alam yang kejadiannya sulit dira- malkan. Hingga saat ini belum ada seorang pun ilmuwan yang mampu memprediksikan secara tepat wak- tu terjadinya gempa bumi. Namun, dengan mengamati catatan sejarah gempabumi dan tsunami, para ilmu- wan dapat mengetahui tempat-tem- pat yang rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Untuk itu, dalam rang- ka mitigasi diperlukan upaya-upaya pengamatan tinggi gelombang dan batas landaan dari kejadian tsunami masa lalu yang akan berguna un- tuk memperkirakan dan mengurangi dampak tsunami di masa depan.

Secara langkah pembangunan fi sik, mitigasi gempa bumi berhu-

bungan dengan bidang-bidang di luar ilmu kebumian terutama dengan bidang teknik sipil dan arsitektur

menyangkut pada penentuan spe- sifi kasi struktur bangunan tahan gempa. Beberapa jenis bangunan se-

perti bangunan pemecah gelombang, bangunan tempat penyelamatan diri, dinding penahan laju tsunami, dan rumah-rumab atau bangunan fasili- tas umum dengan tiang-tiang yang tinggi dan kokoh perlu dilaksanakan dalam rangka mengurangi korban dan kerugian akibat bencana tsuna- mi. Usaha lain yang harus dilakukan dalam rangka mitigasi adalah mela- kukan sosialisasi kepada masyara- kat mengenai bahaya-bahaya yang terkait dan mitigasi bencana serta tindakan-tindakan kesiapan.

Mitigasi untuk bahaya tsunami dapat ditempuh dengan melakukan pengamatan terjadinya gempa bumi,

terutama yang terjadi di laut dan me- miliki kriteria untuk membangkitkan tsunami. Salah satu pusat pengama- tan tsunami di dunia adalah Indian Ocean Tsunami Warning System (IOT- WS) yang dibangun oleh UNESCO setelah peristiwa gempa bumi dan tsunami di Aceh. Pusat peringatan ini mulai beroperasi pada bulan Juni 2006, sistem peringatan ini terdiri dari 25 stasiun seismograf dan 3 sen- sor laut dalam yang menyampaikan data pengukuran ke Pusat Informasi Tsunami di 26 negara. Gambar 17 menunjukkan sistem peringatan dini untuk tsunami yang diterapkan oleh IOTWS.

Gambar 18 adalah peta yang menunjukkan daerah rawan gempa bumi berdasarkan data gempa bumi

Gambar 17. Sistem Peringatan Dini untuk Tsunami IOTWS.

Gambar 18. Peta wilayah rawan Gempa Bumi.

bagi menjadi langkah-langkah sebe- lum, saat terjadi dan sesudah terjadi bencana. Langkah-langkah sebelum terjadi bencana meliputi: pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, peman- tauan, dan sosialisasi. Adapun lang- kah-langkah selama dan sesudah ter- jadi bencana meliputi: tanggap daru- rat, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Tahapan tanggap darurat ada- lah penyelematan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah banyak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tindakan tanggap darurat antara lain adalah: kondisi medan, kondisi bencana, peralatan, dan informasi tentang bencana. Tahapan tanggap Gambar 19 . Peta Wilayah Rawan Tsunami Indonesia. darurat dilaksanakan melalui koor- dinasi dengan instansi lain dan Pe- merintah Daerah yang mengalami bencana.

Upaya pemulihan korban dan prasarananya meliputi pemulihan kondisi sosial, ekonomi, pemukiman penduduk, dan sarana transportasi. Kontribusi bidang geologi dalam ta- hapan rehabilitasi antara lain terda- pat dalam upaya pengkajian kondisi tanah longsor dan teknik pengendali- annya agar tanah longsor tidak ber- kembang, serta penentuan lahan un- tuk relokasi penduduk apabila tanah longsor sulit dikendalikan.

Dalam tahapan rekonstruksi, penguatan bangunan infrastruktur di daerah rawan gerakan tanah ti- dak menjadi pertimbangan utama mengingat kerentanan bangunan-

Gambar 20. Peta Sesar Aktif dan Sebaran Pusat Gempa Bumi merusak wilayah Indonesia. bangunan yang berada pada jalur tanah longsor hampir 100%. Bebera- pa tindakan yang penting dilakukan

merusak yang terjadi dari tahun 1756

dalam tahap rekonstruksi adalah: – 2004 yang terdapat dalam Kata-

abu-abu. Salah satu contohnya ada-

1) perbaikan drainase tanah dengan log Gempa Bumi Merusak Indonesia

lah Sesar Opak di Yogyakarta yang

cara menambah material yang mam- yang diterbitkan oleh PVMBG. Wila-

bergerak akibat terpicu oleh gempa

pu menyerap air; 2) momodifi kasi le- yah rawan ditunjukkan dengan kotak

dan menyebabkan kerusakan yang

cukup besar ketika terjadi gempa

reng, yakni pengurangan sudut le-

reng sebelum dilakukan pembangun- peta yang menunjukkan wilayah ra-

bergaris merah. Gambar 19 adalah

pada tanggal 27 Mei 2006 di daerah

an di atas lereng tersebut; 3) peng- wan tsunami di Indonesia berdasar-

tersebut.

hijauan kembali lereng-lereng yang kan pada data tsunami yang pernah

berpotensi mengalami longsor, dan terjadi dan ketinggian muka air yang

Mitigasi Bencana Gerakan Tanah

4) menstabilkan lokasi hunian, anta- pernah tercapai. Wilayah rawan dit-

Berbeda dari bencana gunung api

ra lain dengan pembangunan beton unjukkan dengan kotak bergaris me-

maupun gempa bumi dan tsunami,

penahan tembok. rah. Sedangkan Gambar 20 adalah

bencana gerakan tanah yang umum-

Mitigasi bencana gerakan tanah peta yang menunjukkan sesar-sesar

nya berupa longsoran tanah merupa-

sangat penting untuk menghindari yang dapat mengakibatkan gempa

kan suatu bencana yang sebaran wi-

terjadinya kerugian harta dan nyawa atau terpicu oleh gempa. Sesar aktif

layah terjadinya cukup luas sehingga

yang lebih banyak lagi. Perkiraan po- digambarkan sebagai garis berwarna

menyebabkan kerugian properti yang

tensi bahaya gerakan tanah dapat merah, sedangkan sesar-sesar tidak

lebih banyak dibandingkan dengan

dilakukan dengan memperhatikan aktif, akan tetapi memiliki potensi

bencana geologi lainnya.

beberapa faktor, yaitu: menjadi aktif jika terpicu oleh gempa

Langkah-langkah mitigasi gera-

1. Faktor geologi berupa penga- digambarkan sebagai garis berwarna

kan tanah sebagaimana dalam buku

kecil ”Gerakan Tanah ” (PVMBG) di-

matan: a) litologi dengan mengetahui