24 diperlukan keikutsertaan dan kerjasama dengan dunia kerja, mulai dari
penyusunan program, pelaksanaan, dan evaluasi hasilnya.
2.2.4 Link and Match dalam Wawasan Keunggulan
Wawasan keunggulan pada kebijakan link and match memberikan pandangan, bahwa sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi dan memiliki keunggulan adalah
faktor keunggulan kompetitif utama yang harus dimiliki Indonesia menghadapi persaingan global. Persaingan industri dan perdagangan akan selalu mengacu pada
enam faktor penentu, yaitu : harga, mutu, disain selera, waktu pemasokan delivery time, pemasaran dan layanan services. Dan tingkat kemampuan enam faktor
persaingan ini, ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang berperan dalam proses produksi dan pemasarannya.
Bangsa Jerman yang pernah mengalami kehancuran ekonomi aktor perang dunia, dan menghadapi tekanan persaingan ekonomi dari negara maju lainnya, selalu
dengan bangga mengatakan bahwa mereka bisa survive dan bahkan menjadi salah satu negara industri paling maju di dunia, adalah atas dukungan tenaga kerja terampil
yang dihasilkan melalui pendidikan dual systemnya. Supaya pendidikan kejuruan mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang
dapat berperan menjadi faktor keunggulan kompetitif industri Indonesia menghadapi persaingan global, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Program pendidikan kejuruan, selain memberikan keterampilan yang bermutu
tinggi, harus dibekali dengan kompetensi kunci, yaitu : kemampuan berpikir
Universitas Sumatera Utara
25 logis; kemampuan berkomunikasi; kemampuan bekerjasama; kemampuan
menggunakan data dan informasi; kemampuan menggunakan iptek. Kemampuan ini dapat dibentuk dengan pemberian muatan yang memadai pada pengajaran
Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Komputer, dan berbagai kegiatan yang membentuk kompetensi kunci.
b. SMK harus mampu secara kreatif menghadirkan iklim persaingan di sekolah,
antara lain dengan memberikan pengakuan dan penghargaan recognition kepada siswa yang berprestasi menonjol, menciptakan lomba dan membiasakan siswa
mengikuti lomba. c.
Metodologi pengajaran di SMK harus secara kreatif menerapkan prinsip ”reinforcement”. Siswa dilatih mencapai tingkat keberhasilan tertentu, dituntun
untuk menikmati kepuasan atas keberhasilannya, dan dengan demikian siswa akan berusaha mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
Metodologi pengajaran juga harus memacu siswa agar tidak mudah patah semangat, dan tidak cepat puas atas hasil yang telah dicapai.
d. SMK harus mampu menanamkan pengertian dan membentuk sikap siswa, bahwa
persaingan bukanlah sesuatu yang menakutkan dan harus dihindari. Dalam hal tertentu, kehadiran pesaing bahkan diperlukan untuk memacu kita bergerak maju.
e. Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah, bentuk
pelayanan pembangunan SMK perlu dikembangkan secara bervariasi, tidak cukup dengan pelayanan yang bersifat nomatif sama bagi semua sekolah. Dapat
dilakukan perlakuan khusus specific treatment bagi siswa tertentu, atau
Universitas Sumatera Utara
26 kelompok siswa tertentu, atau sekolah tertentu, yang dimaksudkan untuk
membentuk keunggulan.
2.2.5 Link and Match dalam Wawasan Profesionalisme