51 tulisan adalah refleksi dari pikiran kreatif, dan karena ia merupakan hasil transaksi
maka ia sekaligus juga mengembangkan pikiran menambah skema yang telah ada sebelumnya. Secara umum, ramuan kognitif dan kreatif di atas dalam proses menulis
dapat dilihat pada tiga tahap utama proses menulis, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi.
Kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang dihasilkan dari suatu proses menulis yang melibatkan faktor kognitif dan kreativitas dimana potensi yang
dimiliki dan pengaruh faktor lingkungan bertransaksi untuk membentuk kemampuan menulis yang mencakup lima dimensi kemampuan yaitu kemampuan menemukan ide
isi tulisan, susunanorganisasi ide, struktur kalimat, kosakata dan gaya style.
3. Speaking Berbicara
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi Finochiaro dalam Azis 1964:8 mengatakan bahwa: “Language is a system of arbitary, vocal symbols
which permit all people in a given culture, or other people who have learned the system of that culture to communicate or to interact.” Sementara itu Wardhaugh
dalam Azis 1972:3 mendefinisikan bahasa: “Language is a system of arbitary vocal symbols used human communication.”
Kedua defenisi bahasa di atas sangat mirip dengan pernyataan bahwa bahasa adalah sistem arbitrer yang dilambangkan dengan bunyi-bunyi ujaran yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan manusia dapat berbentuk lisan yang dihasilkan alat ucap manusia dan juga berbentuk tulisan yang terdiri dari
lambang-lambang yang berupa huruf dan tanda baca. Menurut Maidar dan Mukti
Universitas Sumatera Utara
52 1993:17 berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah
dengan gerak tangan dan air muka mimik pada saat berbicara. Komunikasi baik lisan maupun tulis baru akan berfungsi jika pelaku
komunikasi saling dapat menjalankan perannya dengan baik. Partisipasi dan keterlibatan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat akan terganggu karena
ketidamampuannya dalam memahami informasi isi, misalnya: siaran radio, siaran televisi, surat kabar, pengumuman-pengumuman, pelajaran kuliah, film, dan
sebagainya. Berkenaan dengan keterampilan berbicara Rivers 1980 mengatakan: “we must not forget, however, that aural comprehension is an essential elemen of an
act of communication which has frequently been neglected in language classroom. That student should have convidence in their ability to comprehend all kinds of
spoken messages should be a goal of intruction from the early stage.” Dilihat dari cara mengevaluasi, Madsen 1983 menjelaskan bahwa
komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks. Maka dari itu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berkomunikasi juga menjadi sangat
kompleks, yaitu tidak hanya sekedar mengukur pengetahuan tentang bahasa melainkan bagaimana menggunakan pengetahuan bahasa tersebut dalam
berkomunikasi. Hal serupa juga dikemukakan oleh Sirait 1985:154 bahwa evaluasi pembelajaran keterampilan berbahasa seyogianya bertujuan untuk mengukur
keterampilan berbahasa siswa baik lisan maupun tulis. Harus diakui bahwa mengukur
Universitas Sumatera Utara
53 keterampilan jauh lebih sulit dibandingkan mengukur pengetahuan. Para guru
menyadari bahwa pengujian keterampilan memang sangat diperlukank, namun sering diabaikan. Hal ini disebabkan pelaksanaan tes keterampilan lebih sukar daripada
pelaksanaan tes pengetahuan. Dalam persiapan dan pelaksanaan tes ini diperlukan waktu lebih banyak dan pemberian skornya bersifat subyektif.
Sehubungan dengan evaluasi, dari keempat keterampilan berbahasa tersebut dikatakan oleh Madsen bahwa tes keterampilan berbahasa merupakan tes yang
mempunyai tantangan yang paling berat dalam hal persiapan, pengadministrasian dan penilaian. Madsen 1983:147 juga menambahkan bahwa: “What are some of the
reasons why speaking tests seem so challenging? One reason is that the nature of speaking skill itself is not usually well defined. Understandably then, there is some
disagreement on just what critria to choose in evaluating oral communication. Grammar, vocabulary, and pronunciation are often named as ingredients. But
matters such as fluency and appropriatness of expression are usually regarded as equally important.”
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mempersiapkan dan melaksanakan tes keterampilan berbahasa gurudosen harus memahami konsep-
konsep tentang keterampilan berbahasa tersebut. Sedangkan komponen atau kriteria yang dinilai yaitu Task Achievement, Pronunciation, Fluency, Vocabulary, dan
Grammar. Halim 1974:116 menuliskan sekurang-kurangnya terdapat lima unsur dalam
berbicara, yaitu: 1 lafal atau ucapan termasuk vocal, konsonan, pola-pola, intonasi,
Universitas Sumatera Utara
54 dan tekanan; 2 tata bahasa; 3 kosakata; 4 kefasihan kelancaran dan kecepatan
berbicara; 5 pemahaman. Nurgiantoro 1987:253 menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kemampuan
berbicara yang dipilih seharusnya memungkinkan siswa untuk tidak hanya mengungkapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan
gagasan, pikiran atau perasaannya. Dengan demikian tes tersebut bersifat fungsional. Adapun bentuk-bentuk tes tersebut dapat berupa: 1 berbicara berdasarkan gambar,
2 wawancara, 3 bercerita, 4 pidato, 5 diskusi. Evaluasi keterampilan berbicara bertujuan mengukur kemampuan siswa
dalam menyampaikan dan mengekspresikan pikirangagasan dan perasaannya secara lisan dengan cara merangkum kata-kata disertai dengan unsur-unsur prosodi seperti:
tekanan, nada, jeda yang tepat dan artikulasi bunyi yang jelas. Bentuk soal tes keterampilan berbicara dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
jawaban dari testi atau berupa skenario yang harus diceritakan atau diperankan testi. Soal-soal ini disusun secara cermat sehingga benar-benar dapat mengukut tujuan
yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan ujian mahasiswa berhadapan langsung dengan penguji.
4. Listening Mendengar