28 terjadi, untit produksi SMK teknologi STM mengerjakan pekerjaan pagar besi
dengan nilai tambah yang rendah, padahal sekolah tersebut mempunyai mesin bubut, mesin frais, dan mesin CNC yang sebenarnya dapat memberi nilai tambah yang jauh
lebih tinggi. Selain itu, benda hasil kerajinan produk SMK belum menunjukkan kualitas lebih baik dibandingkan dengan hasil kerajinan masyarakat yang tidak
mengikuti pendidikan, dan kenyataan seperti ini belum dipahami oleh SMK sebagai suatu masalah.
2.2.7 Link and Match dalam Wawasan Efisiensi
Pendidikan menengah kejuruan adalah suatu jenis dan tingkat pendidikan yang memerlukan biaya relatif tinggi, baik untuk investasi pengadaan sumberdaya
pendidikannya, maupun biaya operasional pendidikannya. Tetapi, sekalipun dengan baiaya tinggi, tetap harus diselenggarakan untuk memenuhi fungsinya sebagai sub-
sistem pembangunan nasional dalam tugas pengembangan sumber daya manusia. Wawasan efisiensi sesuai dengan kebijakan link and match, menuntun SMK
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a.
SMK menghasilkan tamatan dengan bidang keahlian, jumlah, dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sesuai dengan kebijakan link and match,
kesesuaian ini akan dicapai melalui pendekatan “demand driven”. b.
Setiap alokasi pembangunan dana SMK, harus dilihat sebagai investasi. Keberhasilannya akan diukur dengan rate of return nya, tingkat keuntungan balik
hasil investasi itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
29 c.
Keberhasilan SMK mencapai tujuannya dengan dana investasi dan biaya operasional yang tinggi sangat tergantung kepada kehandalan manajemen
sekolah. Karena itu, manajemen sekolah perlu selalu mendapatkan perhatian penting untuk mampu melaksanakan proses pendidikan yang efisien.
d. Kemampuan keuangan pemerintah membelanjai pembangunan dan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan, akan selalu terbatas. Sikap ketergantungan sepenuhnya kepada keuangan pemerintah pusat akan sangat mempersulit
pendidikan kejuruan itu sendiri. Karena itu, kebijakan link and match membuka peluang menggali tambahan dana, yang merasa mendapatkan keuntungan dari
pendidikan kejuruan, dan mendorong SMK untuk melakukan kegiatan unit produksi.
Dengan penjelasan pengertian link and match yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan masa depan, berwawasan mutu, berwawasan keunggulan,
berwawasan profesional, berwawasan nilai tambah, dan berwawasan efisiensi seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan link and match adalah dasar yang
kuat dan tepat untu melakukan pembaruan pendidikan kejuruan. Kesimpulan ini didasarkan pada :
1. Kebijakan link and match mengharapkan perbaikan yang mendasar dan
menyeluruh, menyangkut perbaikan konsep, program, dan perilaku operasionalnya.
Universitas Sumatera Utara
30 2.
Kebijakan link and match membuka wawasan dan pola pikir frame of thinking sehingga mampu memahami perubahan yang terjadi dan fenomena baru yang
timbul. 3.
kebijakan link and match membuka dan mendorong kemitraan kerjasama antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha, yang pada dasarnya mendekatkan
supply-demand. 4.
Link and match meliputi spektrum internal dan eksternal. Spektrum internal merujuk pada keterkaitan dan kesepadanan dalam internal pendidikan itu sendiri
pendidikan kejuruan sebagai sub sistem dari sistem pendidikan nasional. Spektrum eksternal merujuk pada keterkaitan dan kesepadanan dengan sistem-
sistem lain : ekonomi, ketenagakerjaan, sosial, politik dan sebagainya pendidikan kejuruan sebagai sub sistem dari sistem pembangunan nasional.
5. Kebijakan link and match bermaksud memposisikan pendidikan menengah
kejuruan pada posisi yang seharusnya. 6.
Link and match bermaksud meingkatkan efisiensi dan relevasi semua sub-sistem pendidikan dalam satu sistem pendidikan nasional yang handal, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Oleh karena itu, artikulasi antar jenis dan jenjang pendidikan mendapatkan perhatian. Ini
berarti bahwa pengembangan pendidikan kejuruan tidak bersifat dead-end. 7.
Link and match menghendaki perubahan sistem nilai, pola pikir, sikap mental, dan perilaku para pelaku pendidikan, supaya mampu memahami, menyadari,
Universitas Sumatera Utara
31 peduli, dan komit terhadap perubahan dari “pendidikan demi pendidikan”
kependidikan kejuruan sebagai wahana pengembangan sumberdaya manusia.
2.3 Aspek-aspek Ketenagakerjaan