Pengertian Krisis Ekonomi Global

BAB II KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

A. Pengertian Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan keadaan gawat dan memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, memberi dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor perkebunan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan hraga berbagai komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga peluang untuk memasarkan sangat sulit 18 Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai. . 19 18 http:repository.usu.ac.id bitstream123456789245624 Chapter20I. pdf diakses tanggal 14 september 2015 jam 15.02 WIB 19 http:myasirarafat.wordpress.com20120531apa-itu-krisis-ekonomi di akses tanggal 14 september 2015 jam 15.13 WIB Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDB- nya. Maksudnya, ketika Indonesia mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan Indonesia tidak mengalami pertambahan akibar krisis ekonomi global, sehingga membuat Indonesia mengalami kesulitan untuk membayar hutang-hutangnya. Faktor-faktor Penyebebab Krisis Secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara bersamaan menyebabkan krisis tersebut terjadi. Misalnya, tingkat atau laju inflasi yang tinggi; apakah ini disebabkan oleh harga-harga dari produk- produk impor yang melonjak tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, atau karena jumlah uang yang beredar di Masyarakat M1 lebih besar daripada penawaran agregat kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam Negeri. Menurut Fischer, Adapun faktor-faktor penyebab krisis antara lain 20 1. Faktor-faktor Internal a. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan PDB adalah salah satu indikator utama ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisis kinerja ekonomi sebuah Negara. 21 20 Op.Cit, Tulus Tambunan, hal : 48 21 Ibid, hal : 52 PDB Produk domestik Bruto merupakan alat pengukur dari pertumbuhan ekonomi. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. 22 b. Struktur Ekonomi Kelemahan fundamental ekonomi makro dalam hal stuktur ekonomi juga bisa merupakan salah satu penyebab, mungkin bukan yang membuat terjadinya krisis tetapi yang mengakibarkan krisis tersebut terus berlangsung dan semakain parah. Pada dasarnya struktur ekonomi yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya perkembangan dan pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan tidak adanya “sektor kuci” walaupun sektor tersebut dominan di dalam sturktur ekonomi dengan suatu kinerja yang baik di pihak lain. Sektor-sektor ekonomi tidak menunjukkan kinerja yang sama, misalnya dalam hal tingkat produktivitas, efisiensi atau profitabilitas, atau kontibusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak seimbang antarsektor. 23 22 http:www.bps.go.idSubjekviewid11 diakses pada tanggal 17012016 pukul 21.51 WIB 23 Op.cit,Tulus Tambunan,hal : 55 c. Perdagangan Luar Negeri Ekspor Neto Berdasarkan suatu laporan dari WTO 1996, struktur perdagangan dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Indonesia tidak termasuk dalam 25 besar Negara-negara pengespor produk-produk manufaktur. Masih lemahnya Indonesia dalam mengembangkan ekspor bernilai tambah tinggi, sementara masih sangat tergantung pada impor produk- produk bernilai tambah tinggi dapat dianggap sebagai penyebab utama kurangnya cadangan devisa khususnya dolar AS yang dimilik Indonesia, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga rupiah melemah terus dan akhirnya tidak hanya menyebabkan tetapi juga memperparah krisis ekonomi. 24 d. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Dalam fundamentall ekonomi Indonesia pada tingkat meso, ada dua sektor penting yang turut juga bertanggungjawab atas terjadinya atau terus berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia hingga saat ini, yakni sektor industri manufaktur dan sektor perbankan. Perkembangan sektor industri manufaktur di Indonesia yang tidak sehat selama periode Orde Baru, dalam arti tingkat produktivitas, efisiensi dan daya saing yang rendah, serta ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal asing, juga merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. 25 24 Ibid, hal : 58 25 Ibid, hal : 70 2. Faktor Eksternal Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer 1998, krisis ekonomi di Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa Barat, pertumbuhan ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan moneter tidak berubah serta tingkat suku bunga sangat rendah. Semua ini membuat kedua wilayah itu menjadi kurang menarik bagi investasi. Dengan perkataan lain, dana berlimpah ruah tetapi proyek-proyek yang menarik untuk investasi berkurang. Faktor eksternal lainnya adalah disebabkan oleh daya saing Indonesia di Asia yang lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang dari Negara-Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS yang terlalu kuat Over valued. 26 Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik. Dan faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis rupiah itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis muncul dari krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena kepanikan di mana-mana yang melanda masyarakat keuangan internasional, sehingga para pemilik modal internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia secara tiba-tiba dalam jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti oleh warga Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal serupa juga terjadi di Thailan dan Korea selatan. 27 26 Ibid, hal : 82 27 Ibid, hal : 84 3. Teori-teori Alternatif Selain faktor-faktor internal dan esksternal ekonomi dan non ekonomi, ada tiga teori alternatif yang dapat juga dipakai sebagai basic frameworkuntuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi di Asia. Yaitu ; 28 a. Teori konspirasi Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut sengaja ditimbulkan oleh negara-negara industri maju tertentu, khususnya AS karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN selama ini. 29 b. Teori Contagion Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain. Bermula di Thailand pada pertangan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia dan Korea Selatan. Tetapi di antara negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan tertular berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai permasalahan yang sama. Prosesnya terjadi terutama karena sikap investor-investor asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi ketakutan bahwa krisis yang sama juga akan menimpa Negara-Negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina. 30 c. Teori Business Cycle Teori business cycle atau konjugtur, atau gelombang pasang surut suatu ekonomi. Inti dari teori ini adalah bahwa ekonomi yang prosesnya 28 Ibid, hal : 85 29 Ibid hal : 85 30 Ibid, hal : 86 sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar kekuatan permintaan dan penawaran pasti akan mengalami pasang surut pada suatu periode akan menegalami kelesuan dan pada periode berikutnya akan mengalami kegairahan kembali dan selanjutnya lesu kembali dan seterusnya . Implikasi dari teori ini adalah bahwa kalau memang krisis ekonomi di Asia merupakan suatu gejala konjungtur, maka krisis itu dengan sendirinya akan hilang, tentu dengan syarat bahwa prosesnya sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar 31

B. Penanggulangan Krisis Ekonomi Global