Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi

Sedangkan dari sektor peternakan menghasilkan 1.104.525 ekor ayam ras pedaging, 172.358 ekor ayam buras, 118.500 ekor ayam petelur, dan 7.294 ekor itik. 15 Agama yang dianut oleh Masyarakat Kota Bekasi sangat beragam, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan aliran Kepercayaan. Ada korelasi positif antara jumlah pemeluk suatu agama dengan jumlah sarana peribadatan. Hal itu tercermin dari banyaknya sarana peribadatan yang berkaitan dengan agama Islam masjid, musholla dan langar. Berdasarkan data yang tertera pada Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, jumlah masjid yang ada di sana mencapai 1.032 buah, musholla 695 buah, dan langgar mencapai 957 buah. Sarana peribadatan yang berkenaan dengan penganut agama Kristen dan Katolik mencapai 97 buah, agama Budha mencapai 11 buah 10 buah vihara dan 1 buah kelenteng, dan agama Hindu hanya ada satu buah pura. Sementara data yang berkaitan dengan sarana peribadatan atau gedung pertemuan bagi penganut aliran kepercayaan belum ada. 16 Dan Walikota Bekasi tahun 2014 adalah Dr. H. Rahmat Effendi. 17 15 Kota Bekasi , artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 dari http:uun- halimah.blogspot.com201401kota-bekasi.html. 16 Ibid. 17 Walikota Bekasi , artikel yang diakses pada tanggal 18 Maret 2014 dari http:www.bekasikota.go.idread53walikota-bekasi. 2. Materi Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi a. Pengertian Definisi judi menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 diatur dalam Pasal 1 ayat 12 yang berbunyi: “Judi adalah tiap-tiap permainan, yang kemungkinannya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan itu bertambah besar karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Judi mengandung juga segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main itu, demikian juga segala pertaruhan lain.” Jadi yang dimaksud perjudian di dalam pasal ini adalah setiap permainan yang mengandalkan untung-untungan dalam kemenangannya dan bertambah besar kemungkinan menangnya karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Judi juga mengandung segala pertaruhan keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang berlomba atau bermain itu, dan juga segala pertaruhan lain. b. Perbuatan yang Dilarang Adapun perbuatan yang dilarang menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 seperti yang tercantum dalam Pasal 7, antara lain: Pertama, memberikan izin perjudian. Maksudnya instansi pemerintah dilarang memberikan izin usaha perjudian; Kedua, menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal sebagai tempat perjudian. Maksudnya setiap orang atau sekelompok orang dilarang tempat usaha atau tempat tinggal digunakan sebagai tempat perjudian. Ketiga, membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana untuk perbuatan perjudian. Maksudnya setiap orang maupun sekelompok orang dilarang membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana untuk perbuatan perjudian yang mengakibatkan terjadinya perbuatan perjudian. Dengan membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana kepada orang yang akan melakukan perbuatan perjudian maka itu akan memberi kemudahan bagi pelaku perjudian dalam melaksanakan perbuatannya. Bila tetap dilakukan pelanggaran maka akan dikenakan hukuman bagi pelakunya. Keempat, menjadi pelindung dalam bentuk apapun terhadap kegiatan perjudian maupun memberikan kesempatan untuk perjudian. Maksudnya setiap orang atau sekelompok orang dilarang menjadi pelindung dalam bentuk apapun terhadap kegiatan perjudian, maupun memberikan kesempatan untuk perjudian. Melindungi di sini maksudnya antara lain menutup-nutupi dari usaha penyidik melakukan penggrebekan orang yang sedang melakukan perjudian atau menghalang-halangi pekerjaan penyidik untuk melakukan penangkapan terhadap pelaku perbuatan judi; Kelima, membiarkan di lingkungannya terjadi perjudian. Maksudnya setiap penanggung jawab danatau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan dilarang memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian. Keenam, mencegah penyalahgunaan rumahbangunan. Maksudnya pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan diwajibkan mencegah penyalahgunaan rumahbangunan, sehingga pihak pemakainya tidak menggunakan sebagai tempat perjudian; Ketujuh, pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana. Maksudnya pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan untuk perjudian. c. Pelaku Tindak Pidana Yang termasuk pelaku menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 seperti yang tercantum dalam Pasal 7, antara lain: Pelaku dalam Perda Bekasi adalah setiap orang atau sekelompok orang, penanggung jawab atau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta, pemerintahan, instansi, pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan baik sebagai penyedia saranafasilitas perjudian adalah seluruh masyarakat yang melakukan tindak pidana di bidang perjudian di wilayah hukum Kota Bekasi. Pidana kurungan hanya diberikan terhadap pelaku yang terbukti melakukan tindak pidana perjudian. d. Sanksi Pidana Sanksi pidana menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005 seperti yang tercantum dalam Pasal 14 dan 13, antara lain: Pertama, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan tempat usaha atau tempat tinggal, membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana, menjadi pelindung dalam bentuk apapun. Setiap penanggung jawab danatau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian . Pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan menyalahgunakan rumahbangunan, menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan untuk perjudian. Yang berdomisili atau beralamatkan di wilayah hukum Kota Bekasi, hanya dikenakan pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan danatau denda setinggi- tingginya Rp.50.000.000 lima puluh juta rupiah. Kedua, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan tempat usaha atau tempat tinggal, membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana. Setiap penanggung jawab danatau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian . Pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan menyalahgunakan rumahbangunan, menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan untuk perjudian maka akan dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha. Di dalam Perda Bekasi ini belum secara spesifik melarang seseorang melakukan perbuatan perjudian, tidak jelasnya pelaku perjudian di Perda Bekasi karena sudah diatur di dalam KUHP Pasal 303 dan Pasal 303 bis. 50

BAB IV PERBANDINGAN PENGATURAN PERJUDIAN DI ACEH DAN KOTA

BEKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengaturan Perjudian di Aceh dalam Perspektif Hukum Islam 1. Pengertian Definisi maisir perjudian menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 diatur dalam Pasal 1 ayat 20 yang berbunyi: “Maisir perjudian adalah kegiatan danatau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapat bayaran.” Menurut Yusuf Qardlawy dalam kitabnya “Al-Halal Wal-Haram Fil-Islam”, judi adalah setiap permainan yang mengandung taruhan. 1 Hasbi ash-Shiddieqy mengartikan judi dengan segala bentuk permainan yang ada wujud kalah-menangnya; pihak yang kalah memberikan sejumlah uang atau barang yang disepakati sebagai taruhan kepada pihak yang menang. 2 Pada dasarnya pengertian maisir perjudian di atas sama dengan persetujuannya dengan hukum Islam. Jadi, pengertian maisir perjudian menurut Qanun Aceh tidak bertentangan dengan pengertian perjudian 1 Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu ?, Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al- Qur’an IIQ, 1987, h. 28. 2 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 297. menurut hukum Islam karena sesuai dengan pendapat Yusuf Qardlawy dan Hasbi as-Shiddieqy. 2. Perbuatan yang Dilarang Adapun perbuatan yang dilarang menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 seperti yang tercantum dalam Pasal 5, 6 dan 7, antara lain: Pertama, melakukan perbuatan maisir. Kedua, menyelenggarakan danatau memberi fasilitas kepada orang yang akan melakukan perbuatan memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir. Dalam menetapkan sanksi atau hukuman terhadap suatu pelanggaran harus diketahui terlebih dahulu unsur-unsur delik dalam jarimah. Unsur-unsur ini ada pada suatu perbuatan, maka perbuatan tersebut dipandang sebagai suatu delik jarimah. Unsur-unsur delik itu ada dua macam yaitu unsur umum dan unsur khusus. 3 Unsur umum tersebut adalah: a. Adanya nash yang melarang dan mengancam perbuatan unsur formiil. b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan nyata atau sikap tidak berbuat unsur materiil. 3 RS T U RV U W RU X W T YT Y Z [ \ Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP Studi Analisis Komparasi Unsur-Unsur dan Sanksi Pidana Perjudian”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 34, t.d. c. Pelaku adalah mukallaf unsur moril. 4 Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perjudian, apabila telah memenuhi unsur-unsur khusus, menurut H.S. Muchlis, ada dua unsur yang merupakan syarat khusus untuk dinamakan seseorang telah melakukan jarimah perjudian, yaitu: a. Harus ada dua pihak yang masing-masing terdiri dari satu orang atau lebih yang bertaruh: yang menang penebak tepat atau pemilik nomor yang cocok akan dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan rumusan tertentu. b. Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan suatu peristiwa yang berada di luar kekuasaan dan di luar pengetahuan terlebih dahulu dari para petaruh. 5 Rasyid Ridha dan at-Tabarsi sepakat menyatakan bahwa segala bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan termasuk ke dalam pengertian maisir yang dilarang syara’. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy permainan yang mengandung unsur untung-untungan, termasuk judi, dilarang syara’. 6 4 I ] _ ., `a bc a 5 Masjfuk Zuhdi, Masa’il Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta: PT Gunung Agung, 1996, Cet. 9, h. 148. 6 Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297-298. Perbuatan maisir yang dilarang dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini sesuai dengan pendapat Jumhur Ulama yang melarang melakukan perbuatan maisir. Menyelenggarakan danatau memberikan fasilitas yang dilarang dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur dalam hukum Islam tetapi juga tidak bertentangan, penyusun Qanun melakukan ijtihad dalam penyusunan Qanun ini. Pelindung terhadap perbuatan maisir yang dilarang dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur dalam hukum Islam tetapi juga tidak bertentangan, penyusun Qanun melakukan ijtihad dalam penyusunan Qanun ini. Memberikan izin usaha penyelenggaraan maisir yang dilarang dalam Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur dalam hukum Islam tetapi juga tidak bertentangan, penyusun Qanun melakukan ijtihad dalam penyusunan Qanun ini. 3. Sanksi Pidana Adapun sanksi pidana menurut Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 seperti yang tercantum dalam Pasal 23 dan 26, antara lain: Pertama, setiap pemain judi yang terbukti melakukan tindak pidana perjudian dan dikenakan pidana cambuk di muka umum paling banyak 12 dua belas kali dan paling sedikit 6 enam kali. Kedua, pemberian fasilitas atau menyelenggarakan perjudian yang dilakukan baik oleh perorangan, badan