Pengaturan Perjudian di Kota Bekasi dalam Perspektif Hukum Islam
yang cocok akan dibayar oleh yang kalah menurut perjanjian dan rumusan tertentu.
b. Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan suatu peristiwa yang berada di luar kekuasaan dan di luar pengetahuan terlebih dahulu dari
para petaruh.
21
Rasyid Ridha dan at-Tabarsi sepakat menyatakan bahwa segala bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan termasuk ke dalam
pengertian maisir yang dilarang syara’. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy permainan yang mengandung unsur untung-untungan, termasuk judi,
dilarang syara’.
22
Ulama fiqih tidak berpendapat tentang pemberian izin judi, tetapi Perda Bekasi yang melarang pemberi izin judi. Ketentuan pelarangan ini
tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan hukum Islam. Ulama fiqih tidak berpendapat tentang menggunakan tempat usaha
atau tempat tinggal sebagai tempat judi, tetapi Perda Bekasi yang melarang menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal sebagai tempat judi.
Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Ulama fiqih tidak berpendapat tentang membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana untuk judi, tetapi Perda Bekasi
21
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, h. 148.
22
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, h. 297-298.
yang melarang membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana untuk judi. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Ulama fiqih tidak berpendapat tentang
menjadi pelindung terhadap judi, tetapi Perda Bekasi yang melarang menjadi pelindung terhadap judi.
Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Ulama fiqih tidak berpendapat tentang membiarkan di lingkungannya terjadi perjudian, tetapi Perda Bekasi yang melarang membiarkan di
lingkungannya terjadi perjudian. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Ulama fiqih tidak berpendapat tentang
mencegah penyalahgunaan rumahbangunan sebagai tempat perjudian, tetapi Perda Bekasi yang melarang
mencegah penyalahgunaan rumahbangunan sebagai tempat perjudian. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan
hukum Islam.
Ulama fiqih tidak berpendapat tentang
pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana judi, tetapi Perda
Bekasi yang melarang pemilik rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana judi. Ketentuan pelarangan ini tidak diatur tetapi
juga tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3. Sanksi Pidana Adapun sanksi pidana menurut Perda Bekasi No. 11 Tahun 2005
seperti yang tercantum dalam Pasal 14 dan 13, antara lain: Pertama, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan tempat usaha atau tempat
tinggal, membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana,
menjadi pelindung dalam bentuk apapun. Setiap penanggung jawab danatau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan
memberikan kesempatan, membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian
.
Pemilik rumahbangunan
atau pihak
yang dikuasakan
menyalahgunakan rumahbangunan, menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan untuk perjudian.
Yang berdomisili atau beralamatkan di wilayah hukum kota Bekasi, hanya dikenakan pidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 enam bulan danatau denda setinggi-tingginya Rp.50.000.000 lima puluh juta rupiah.
Kedua, setiap orang atau sekelompok orang yang menyediakan tempat usaha atau tempat tinggal, membiarkan tempat usahanya danatau
menyediakan sarana.
Setiap penanggung jawab danatau pimpinan lembaga pendidikan, lembaga swasta serta pemerintahan memberikan kesempatan,
membiarkan di lingkungannya terjadi perbuatan perjudian
.
Pemilik rumahbangunan
atau pihak
yang dikuasakan
menyalahgunakan rumahbangunan, menyediakan sarana maupun alat yang dapat digunakan
untuk perjudian
maka akan dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha.
Ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum Islam adalah bentuk jarimah ta’zir. Pidana perjudian termasuk ke dalam jarimah
ta’zir sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yang tidak memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harus
dita’zir, baik perbuatan maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah atau hak manusia.
23
Tindak pidana ta’zir adalah tindak pidana yang bentuk dan jumlah hukumannya tidak ditentukan oleh syara’. Tindak pidana yang masuk
dalam jenis ini yaitu semua tindak pidana yang hukumannya berupa ta’zir.
24
Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman–hukuman yang sesuai dengan macam tindak pidana ta’zir serta keadaan si pelaku.
25
Dengan demikian, kehadiran Perda Bekasi sama sekali tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena tindak pidana perjudian bukan
merupakan tindak pidana had atau qishashdiat tetapi tindak pidana ta’zir, yang ukuran sanksinya diserahkan pada ijtihad ulil amri atau hakim.
23
Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, h. 359-360.
24
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islamy Muqaranan bil Qonunil Wad’iy, h. 24.
25
H.E. Hassan Saleh Ed.1, Kajian Fiqh Nabawi Fiqh Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, h. 465.
Matrik 2 Perbandingan Perjudian di Kota Bekasi dengan Fiqih
Pengaturn Perjudian
Kota Bekasi Fiqih
Pengertian Tiap-tiap permainan, yang
kemungkinannya akan menang pada umumnya
tergantung pada untung- untungan saja, juga kalau
kemungkinan itu bertambah besar karena pemain lebih
pandai atau lebih cakap. Judi mengandung juga
segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau
permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang
turut berlomba atau main itu, demikian juga segala
pertaruhan lain. Sesuai dengan pendapat Yusuf
Qardlawy dan Hasbi as- Shiddieqy .
Perbuatan yang
Dilarang Memberikan izin perjudian,
menggunakan tempat usahatempat tinggal
sebagai tempat perjudian, membiarkan tempat
usahanya danatau menyediakan sarana untuk
perbuatan perjudian, pelindung dalam bentuk
apapun terhadap kegiatan perjudian, maupun
memberikan kesempatan untuk perjudian,
membiarkan di lingkungannya terjadi
perbuatan perjudian, mencegah penyalahgunaan
rumahbangunan, pemilik rumahbangunan atau pihak
yang dikuasakan dilarang menyediakan sarana.
Ulama fiqh tidak berpendapat tentang pemberian izin perjudian,
menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal sebagai tempat
perjudian, membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan
sarana untuk perbuatan perjudian, menjadi pelindung terhadap
perjudian, membiarkan di lingkungannya terjadi perjudian,
mencegah penyalahgunaan rumahbangunan, pemilik
rumahbangunan atau pihak yang dikuasakan dilarang menyediakan
sarana tetapi Perda Bekasi yang melarang pemberi izin perjudian,
menggunakan tempat usaha atau tempat tinggal tempat perjudian,
membiarkan tempat usahanya danatau menyediakan sarana
untuk perbuatan perjudian, menjadi pelindung terhadap
perjudian, membiarkan di
lingkungannya terjadi perjudian, mencegah penyalahgunaan
rumahbangunan, pemilik rumahbangunan atau pihak yang
dikuasakan dilarang menyediakan sarana. Ketentuan pelarangan ini
tidak diatur tetapi juga tidak bertentangan dengan hukum
Islam.
Sanksi Pidana
Hukuman kurungan paling lama 6 enam bulan
danatau denda setinggi- tingginya Rp.50.000.000.-
lima puluh juta rupiah. Perda Bekasi sama sekali tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Karena tindak pidana
perjudian bukan merupakan tindak pidana had atau
qishashdiat tetapi tindak pidana ta’zir, yang ukuran sanksinya
diserahkan pada ijtihad ulil amri.atau hakim.
Pelaksanaan Hukuman
Di dalam Perda Kota Bekasi tata cara
pelaksanaan hukuman mengikuti KUHAP.
Alat yang digunakan untuk mencambuk adalah cambuk yang
pertengahan sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil atau
tongkat. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Ibnu
Taimiyah, dengan alasan karena sebaik-baiknya perkara adalah
pertengahan. Adapun sifat atau cara
pelaksanaan hukuman cambuk masih diperselisihkan oleh para
fuqaha. Menurut Hanafiyah, cambuk sebagai ta’zir harus
dicambukkan lebih keras daripada cambuk dalam had agar
dengan ta’zir orang yang terhukum akan menjadi jera, di
samping karena jumlahnya lebih sedikit daripada dalam had.
Alasan yang lain adalah bahwa semakin keras cambukan itu
semakin menjerakan. Akan tetapi, ulama selain Hanafiyah
menyamakan sifat cambuk dalam ta’zir dengan sifat cambuk dalam
hudud. Apabila orang yang dihukum ta’zir itu laki-laki maka
baju yang menghalangi
sampainya cambuk ke kulit harus dibuka. Akan tetapi, apabila
orang terhukum itu seorang perempuan maka bajunya tidak
boleh dibuka, karena jika demikian akan terbukalah
auratnya. Pukulan atau cambukan tidak boleh diarahkan ke muka,
farji, dan kepala, melainkan diarahkan ke bagian punggung.
Imam Abu Yusuf menambahkan tidak boleh mencambuk bagian
dada dan perut, karena pukulan ke bagian tersebut bisa
membahayakan keselamatan orang yang terhukum.