31
Aliran transpersonal transpersonal psychology merupakan kelanjutan atau suatu bentuk pengembangan aliran humanistic humanistic psychology.
Unsur penting yang menjadi sasaran telaah psikologi transpersonal adalah potensi-potensi luhur the highest potentials dan fenomena kesadaran state
of consciousness manusia. The state of consciousness atau lebih populer disebut the altered
states of consciousness adalah pengalaman-pengalaman alih dimensi, memasuki alam-alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi batiniah,
pengalaman meditasi, dan sebagainya. Potensi luhur the biggest potentials manusia menghasilkan telaah-
telaah seperti altered states of consciousness, extra sensory perception, transendensi diri,keruhanian, potensi luhur dan peripurna, dimensi diatas alam
kesadaran, pengalaman mistik, ekstasi, parapsikologi, paranormal, daya-daya batin, pengalaman spiritual, dan praktek-praktek keagamaan.
Aliran transpersonal transpersonal psychology menaruh perhatian pada dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi
dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan oleh psikologi kontemporer dan dianggap sebagai garapan kaum batiniah, agamawan, dan
mistikus.
25
2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani
⌧
25
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L Davidoff, Psikologi, , h. 53-54
32
”Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” Q.S. al-Hijr15: 29
Manusia adalah kesatuan antara dua unsur, yaitu unsur materi yang kemudian menjadi raga dan jasad atau dalam istilah Arab disebut Jism
manusia yang berasal dari sari pati tanah dan unsur immaterial yang berupa ruh unsur suci yang berasal dari Tuhan.
Penciptaan manusia dari unsur suci ruh dipertegas pula dengan ayat lain yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berdasarkan fitrah Allah
Swt. Dengan demikian manusia diharapkan tetap pada fitrah yang suci dalam menjalani kehidupannya. Inilah yang menjadi keistimewaan manusia
dibandingkan dengan makhluk lain.
☺
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; tetaplah atas sfitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”Q.S. al-Rum30:30
Pembahasan mengenai aspek ruhani manusia …ditilik melalului empat unsur utama keruhanian manusia, yaitu kalbu qalb, ruh ruh, akal aql, dan
nafsu nafs. Pertama, kalbu qalb, adalah bentuk masdar dari qalaba yang artinya
berubah, berpindah, atau bertindak. Sedangkan kata qalb sendiri berarti hati
33
atau jantung
26
, segumpal daging yang berbentuk lonjong seperti sebuah shanaubar,
27
terletak dalam rongga dada sebelah kiri yang terus-menerus berdetak selama manusia masih hidup.
⌧ ⌧
“yaitu ketika mereka datang kepa da mu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu dan hatimu naik menyesak sampai
ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam- macam purbasangka
.” Q.S. al-Ahzab 33: 10
28
Sedangkan kalbu dalam pengertian ruhani adalah sesuatu yanag dapat mengenal dan mengetahui segalanya serta menjadi sasaran perintah, cela,
hukuman, dan tuntutan dari Tuhan. Kalbu dalam pengertian ini merupakan karunia Tuhan berupa subtansi halus dan indah, bersifat ruhaniah dan
ketuhanan lathifah al-rabbaniyah serta mempunyai hubungan khusus yang sulit dipahami dengan organ jantung. Kalbu dalam pengertian inilah yang
menjadi hakikat kemanusian yang dapat menangkap pengertian, pengetahuan, dan arif.
Dalam al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45 surah dan 112 ayat. Sesuai denagan namanya, qalb memiliki tabiat
tidak konsisten sering berubah, taqalub. Ia suka berpaling, kecewa, dan kesal, mengambil keputusan, berprasangka, menolak, menginkari, dapat diuji,
ditundukkan, diperlonggar dan dipersempit, dan bahwa ditutup rapat.
26
A. W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1145; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia, h. 353
27
Karenanya dalam bahasa Indonesia ada istlah hati sanubari
28
Lihat juga al-Muminun40: 18
34
Qalb dalam al-Qur’an disebut juga istilah shadar, karena qalb merupakan tempat terbitnya cahaya iman dan islam. Sebagaimana ditegaskan
dalam al- Qur’an:
☺
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya sama dengan orang
yang membatu hatinya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan
yang nyata.Q.S. al-Zumar39: 22
Disebut dengan fu’ad, karena menjadi tempat terbitnya ma’rifah kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
⌧ ⌧ ⌧
☺
hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya[12. Maka Apakah kaum musyrik Mekah hendak membantahnya tentang apa yang telah
dilihatnya?13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain,14. yaitu di Sidratil Muntaha15. di
dekatnya ada syurga tempat tinggal, Q.S al-Najm53: 11-15.
Disebut dengan lubb, karena qalb menjadi tempat terbitnya tauhid.
⌧ ⌧
☯
35
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; yaitu orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepa da mu,Q.S al-Thalaq65: 10
Dan qalb disebut juga syaghaf, karena menjadi tempat munculnya kecintaan terhadap sesama makhluk dan manusia.
☺ ⌧
⌧
30. dan wanita-wanita di kota berkata: Isteri Al Aziz[752] menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya kepadanya, Sesungguhnya cintanya
kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata. Q.S. Yusuf12: 30
Qalb juga memiliki daya emosional yang dapat menampung penyakit- penyakit jiwa.
⌦ ⌧
☺ ⌧
10. dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Q.S. al-
Baqarah2: 10
Sebagaimana ‘aql, qalb juga memiliki daya intelektual. Bedanya, jika ‘aql lebih menekankan pada sisi fikir, maka qalb lebih menekankan pada sisi
zikir. Kesatuan antara fikir dan zikir tersebut merupakan daya jiwa khas manusia, inilah yang dimaksud dengan dimensi insaniyah psikis manusia.
Pengembangan pikiran yang terlepas hubungannya dengan qalb akan menghasilkan pengetahuan lahiriyah dari realitas yang ditangkap, sebaliknya,
36
qalb yang terlepas dari pikiran ‘aql akan membuat seseorang hanya menangkap dimensi spiritual dari realitas yang ada. Karenanya manusia
dituntut untuk menghubungkan keduanya dalam hubungan yang porposional. Hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai berikut:
Pikir ‘Aql
+ Qalb
Zikir
Orang yang mampu mempertemukan antara ‘aql dan qalb dalam menemukan kebenaran inilah yang diistilahkan al-Qur’an dengan ulul al-
bab.
29
Kedua, roh ruh. Dalam bahasa arab, disamping kata ruh juga dikenal kata ruh yang artinya rahmat, dan kata ruh yang artinya angin. Ruh dalam
bahasa arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu, perintah dan rahmat.
30
Menurut Ibn Zakaria, kata ruh dan semua kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra’, waw, ha’, mempunyai arti dasar
besar, luas, dan asli.
31
Makna ini mengisyaratkan bahwa ruh merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam
diri manusia.
29
Abdurahhamn Saleh, Teori-Teor Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, penerjemah Arifin dan Zainuddin, Jakarta: Rineka Cipta,19900, h. 97
30
Ibn Manzhur, Lisan Al- Arab, jil. II, h. 1763-1771 ; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 149; A.W. Munawwir, al-munawwir, h.545
31
Abu Husain Ahmd bin Faris bin Zakariya, Mujam al-Maqayis, h.428
37
Term ruh yang ada di dalam al-Quran disebutkan sebanyak 24 kali memiliki makna yang bermacam-macam. Ruh disebut sebagai nyawa yang
menyebabkan seseorang masih tetap hidup
32
, malaikat,
33
rahmat Allah,
34
dan juga disebut sebagai bermakna al-Quran.
35
Ruh Allah diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh berarti tiupan dan hembusan.
36
Jadi Allah ‘meniupkan’ atau ‘ menghembuskan’ disini, menurut al- Zamakhsyari, adalah menghidupkan.
37
Sedangkan menurut al-Ghazali al-nafakh dapat dipahami dari dua sisi. Dilihat dari sisi Allah al-
nafakh adalah al-jud al-illahi kemurahan Allah yang memberikan wujud kepada sesuatu yang menerima wujud. Al-jud ini mengalir dengan sendirinya
atas segala hakikat yang diadakan-Nya. Bila dari sisi al-nuthfah maka al- nafakh berarti kesempurnaan kondisi untuk menerima, sehingga al-nafs
tercipta pada al-nuthfah itu oleh Allah tanpa terjadi sesuatu perubahan pada diri Allah.
38
Ruh merupakan dimensi jiwa manusia yang bernuansa ilahiyah. Implikasinya dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi potensi luhur batin
manusia berupa keinginan mewujudkan nilai-nilai ilahiyah yang tergambar dalam nama-nama Allah al-asma’ al-husna dan berprilaku agama makhluk
agamis. Ini sebagai konsekuensi logis dimensi ruh yang berasal dari Tuhan,
32
Q.S al-Isra17: 85
33
Q.S. al-Syuara26: 193
34
Q.S. al-Mujadillah58: 22
35
Q.S. al-syura42: 52. Menurut al-Zamakhsyari 467-538 H1074-1143, kalimat ruhan min amrina dalam aya ini berarti wahyu. Wahyu disamakan dengan ruh karena keduanya sama-
sama berfungsi untuk menghidupkan. Wahyu menghidupkan agama, sedangkan ruh menghidupkan jasad. Lihat al-Zamkhsyari, al-Kasysaf, Beiru, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1995, cet. I, juz. IV, h. 227
36
Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 360: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1442-1443; lihat juga Ibn Zakariya, Mujam Maqayis, h. 1040
37
Al-Zamakhsyari, al-Khasyaf, h. juz. II, h. 555
38
Al- Ghazali, Miraj al-Salikin, al-Qahirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964h. 173
38
maka ia memiliki sifat-sifat yang dibawa dari asalnya tersebut. Sedangkan dalam hubungannya dengan dimensi jiwa manusia, maka ruh merupakan
dimensi spiritual yang menyebabkan jiwa manusia dapat dan memerlukan hubungan dengan hal-hal yang bersifat spiritual.
39
Ketiga, akal ‘aql. Kata ‘aql dalam al-quran tidak pernah disebutkan dalam bentuk kata benda isim, tetapi diungkapkan dalam bentuk kata kerja
fi’il. Kata ‘aql dan berbagai bentuknya dalam al-quran disebutkan sebanyak 49 kali.’Aql adalah musytaq dari kata ‘aqala yang bermakna habasa yang
berarti mengikat, memahami, atau menahan
40
. Karenanya, seseorang yang menggunakan akalnya disebut dengan ‘aqil, yaitu orang yang dapat mengikat
dan menahan hawa nafsunya. Ibn Zakariya w. 395 H mengatakan bahwa semua kata yang memiliki akar kata yang terdiri dari huruf ‘ain, qaf, dan lam
menunjuk kepada arti kemampuan mengendalikan sesuatu, baik berupa perkataan, pikiran, maupun perbuatan.
41
Berdasarkan analisis bahasa sebagaimana di atas. Maka dapat dipahami bahwa orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah
orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehinggga hawa nafsunya tidak dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya dari dorongan
nafsu dan juga dapat memahami kebenaran agama hanyalah orang-orang yang tidak dikuasai nafsunya. Sebaliknya, orang yang tidak dapat menguasai hawa
39
Baharuddin, paradigma, h. 146
40
Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 275: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h. 956-957; lihat juga Ibn manzhur, lisanul Arab, jil. XIII, h. 485; lihat juga al-Raghib al-
Asfhahaniy, Mujam Mufradhat, H. 354
41
Ibn zakariya, Mujam Maqayis, h. 672
39
nafsunya tidak dapat menguasai hawa nafsunya tidak dapat memahami kebenaran agama.
Menurut Ibrahim Madkur, akal juga dapat dipahami sebagai suatu potensi ruhani untuk membedakan antara yang haqq dan bathil.
42
Menurut Abbaas Mahmud ‘Aqqad 1307-1383 H akal adalah penahan hawa nafsu.
43
Akal adalah petunjuk yang membedakan antara hidayah dan kesesatan. Akal dalam pengertian ini bukanlah otak sebagai salah satu organ tubuh, tetapi,
daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dapat memperoleh ilmu pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal merupakan potensi
gaib yang tidak dimiliki makhluk lain, meskipun makhluk tersebut memiliki otak.
Penggunaan kata ‘aql dalam bentuk fi’il dalam al-quran menunjukkan ‘aql bukanlah suatu subtansi jauhar yang bereksistensi, melainkan aktivitas
dari suatu subtansi.
44
Sedangkan mengenai substansi yang ber-‘aqal terdapat perbedaan. Menurut al-Gazali, substansi yang berakal adalah Qalb.
45
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran:
☺ ☺
☺
42
Ibrahim Madkur, Mujam Al-Falsafi, Kairo: al-Haiah al- Ammah li al-Syuun al- Muthabi al-Amriyah,1979, h.120
43
Abbas Mahmud Aqqad, Al-Insan Fi Al-Quran Al- Karim, Kairo: Dar al-Islam, 1973, h.22
44
Baharuddin, paradigma, h. 118
45
Al-Ghazali, Ihya-Ulum Ad-Din, juz.V, h. 290
40
46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada
Q.S. al-Hajj22: 46
Alasan yang dikemukan al-ghazali diantaranya adalah: 1 akal sering disebut dengan nama qalb Q.S al-Hajj22:46; Al-A’raf7: 179; dan Qaf50:
37; 2 tempat kebodohandan lupa adalah qalb, dengan demikian maka qalb merupakan tempat akal dan pemahaman Q.S al-Baqarah2: 7, 10; al- Nisa4:
155; al-Taubah9: 64; al-Fath48: 11; al-Muthaffifin83: 14; Muhammad47: 29; dan al-Hajj22: 46: 3 apabila manusia berfikir secara berlebihan maka
kalbunya akan terasa jenuh dan sesak, sehingga ia seperti terkena penyakit; dan 4 qalb merupakan organ yang bersininim dengan aql.
46
Wahbah Zukhaili mengatakan bahwa yang berakal adalah otak.
47
Diantara alasanya mengataknnya adalah: 1 otak merupakan sistem pengingat mnusia; 2 alat yang dapat mencapai daya kognisi adalah otak; 3
apabila sistem otak rusak maka manusia menjadi gila; 4 dalam bahasa sehari-hari orang yang sedikit kecerdasannya disebut “lemah otak” dan 5 aql
mampu mencapai puncak kemulian, karena itulah letaknya dikepala
48
. Berdasarkan berbagai penggunaan kata aql, sebagai dimensi insaniyah,
sedikitnya mencakup dua makna, pertama, akal adalah instrument jiwa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya; kedua, akal mampu
46
Baharuddin, Paradigma, h. 118-119
47
Wahbah al-Zukhaili, Tafsir al-Munir FI al-Aqaid wa al-Syariah wa al-Manhaj, Beirut: Dar al-Fikr,1991, juz. IX, h. 131-233
48
Baharuddin, Paradigama, h. 119
41
menemukan, mengembangkan, dan mengkontruksi hukum alam menjadi teori- teori ilmu pengetahuan.
49
Dan yang terakhir , keempat, adalah nafsu nafs. Dalam bahasa arab term al-nafs digunakan untuk banyak hal, seperti: roh, diri manusia, hakikat
sesuatu, darah,saudara, kepunyaan, kegaiban, ukuran samakan kulit, jasad, kedekatan, zat, mata. Kebesaran, dan perhatian.
50
Ada yang menunjukkna arti totalitas manusia, ada yang menunjukkan pada apa saja yang terdapat dalam
diri manusia yang menghasilkan tingkah laku, dan ada pula yang menunjukkan kepada diri tuhan. Dalam konteks pembicaraan tentang manusia,
disamping untuk menyebut totalitas manusia, nafs juga menunjuk pada sisi dalam manusia yang mempengaruhi perbuatannya, berpotensi baik atau buruk.
Didalam al-Qur’an, kata nafs yang digunakan dalam berbagai bentuk dan aneka makna, dijumpai sebanyak 297 kali, masing-masing dalam bentuk
mufrad singular sebanyak 140 kali,
51
sedangkan dalam bentuk jama’ terdapat dua versi, yaitu nufus sebanyak 2kali, dan anfus sebanyak 153 kali,
52
dalam bentuk fi’il ada dua kali.
53
Penggunaan nafs untuk menyebut totalitas manusia dapat dijumpai dalam ayat berikut:
49
Baharuddin, Paradigama,, h. 124
50
Ibn Manzhur, Lisanul Arab, jil, VI, h. 4500-4501
51
Dalam hitungan Ahmad Mubarak sebanayk 142 kali, terdiri atas 77 tanpa idhafah dan 65 dalam bentuk idhafah. Lihat Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Quran, Jakarta: Paramadina,
2000, h. 42
52
I Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Quran, Jakarta: Paramadina, 2000, h. 43
53
Baharuddin, Paradigma, h. 94
42
“oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
membunuh orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah- olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah
itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”Q.S al-Maidah5:32
Pada ayat ini term nafs digunakan untuk menyebutkan totalitas manusia secara fisik dan psikis didunia, yakni manusia hidup yang bisa
dibunuh mati. Berbeda dengan ayat diatas , pada surah Yassin36: 54 term nafs digunakan untuk menyebut manusia di alam akhirat . disamping dua ayat
diatas, term nafs yang digunakan untuk menyebut totalitas manusia juga dapat di jumpai dalam surah al-Baqarah2: 61, Yusuf 12: 54, al-Dzariyat51:21,
dan an-Nahl16:111. Penggunaan term nafs untuk menyebut sisi dalam manusia terdapat
dalam surah al-Ra’d13: 10 :
⌦
43
“sama saja bagi Tuhan, siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang
bersembunyi di malam hari dan yang berjalan menampakkan diri di siang hari.”
Menurut Ahmad Mubarok, dalam bukunya yang berjudul Jiwa dalam Al-Qur’an, kesanggupan manusia untuk merahasiakan dan berterus-terang
dengan ucapannya merupakan petunjuk adanya sisi dalam sisi luar manusia. Jika sisi luar manusia dapat dilihat dari perbuatan lahirnya, maka sisi dalam
berfungsi sebagai penggerak. Nafs sebagai sisi dalm manusia sangat erat kaitannya dengan nafs yang
berpotensi sebagai penggerak tingkah laku. Sebagimana yang dijelaskan dalam ayat berikut :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada dirinya sendiri ” Q.S al-Ra’d13: 11
Nafs sebagai penggerak tingkah laku di dalamnya terkandung gagasan, pikiran, kemauan, dan tekad untuk melakukan suatu perbuatan.
BAB III MACAM- MACAM GANGGUAN JIWA