59
akibat temporal dan tidak dapat membedakan dengan gejala lampau. Dapat dirasa tergantung, berpusat pada diri sendiri, haus akan pujian atau
sanjungan, dan manipulatif.
D. Depresi
Depresi merupakan ganguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, anak seseorang biasa jatuh
ke fase depresi. Rathus 1991 menyatakan orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi,
fungsional, dan gerakan tingkah laku serta kognisi. Menurut Atkinson depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,
ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai Sesutu kegiatan, tak mampu berkosentrasi, tak punya semangat hidup, selalu
tegang dan mencoba bunuh diri.
3
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Dr.
jonathan trisna dalam http:pmkt-ugm.tripod.com
menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih biasanya disertai dengan
diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh.
4
1. Gejala-gejala depresif
Depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri
3
Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 13
4
Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 14
60
rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
5
1 gejala fisik : senantiasa lelah, gangguan pola tidur
2 gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia,
ingin mengakhiri hidupnya, kurang rasa percaya diri, sensitif, perasaan bersalah, terbebani dst.
2. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns 1988 : 6, bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat
tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali,
melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif
pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak
selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut
ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.
5
Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h h. 24
BAB IV MENTAL DISORDER DAN
PENANGGULANGANNYA DALAM AL-QUR’AN
Dalam psikologi dikenal istilah sakit jiwa dan gangguan kejiwaanmental disorder
, ada yang disebabkan oleh faktor saraf, ada juga yang disebabkan oleh faktor psikis neorosis, psikoksis, psikosomatik, dan depresi. dalam prespektif
Islam gangguan kejiwaan juga bisa terjadi dan ini disebabkan oleh faktor akhlak yang rendah yang setelah diteliti penulis dari bab sebelumnya memiliki kesamaan
penyebab yaitu di antaranya ialah: riya, dengki, syirik, nifaq, tamak, takabur, ujub dan al-wahn dan lain-lain.
Dalam bahasa agama jarang disebut dengan penyakit mental yang sering disebut adalah penyakit hati fi qulubihim maradh.di dalam al-Quran tidak
kurang dari sebelas kali menyebut adanya penyakit hati fi qulubihim maradh.
1
Dalam bahasa arab maradh penyakit antara lain didefinisikan sebagai sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangankewajaran
mengantar kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang. Melampaui batas, satu sisi membawa implikasi
pada gerak berlebihan dan sisi lain membawa implikasi ke arah kekurangan.
2
Akal yang sakitnya dari gerak berlebihan berwujud kelicikan, tetapi jika sakitnya bersumber dari arah kekurangan kurang pendidikan maka sakitnya
berwujud ketidaktahuan. Ketidaktahuan akal membawa kepada keraguan dan
1
Ahmad Mubarok, Psikologi Islam Kearifan Dan Kecerdasan Hidup, h, 187
2
M. Quraish. Shihb, Wawasan Al-Quran h. 189
61