Analisa GAMBARAN UMUM PONPES DAAR EL-HIKAM

berbatasan dengan tanah milik H. Musa, sebelah utara berbatasan dengan tanah milik Desa, sedangkan sebelah selatan berbatasan tanah milik H. Mustofa. 91 Pada awal berdirinya pondok ini belum memiliki bangunan, sarana dan prasarana yang mencirikan bahwa itu adalah sebuah pesantren, dikarenakan masih menempati beberapa bangunan bekas kontrakan tahun 70-an, selain itu ketika pondok ini berdiri yaitu pada tahun 2001 hanya memiliki beberapa orang santri saja dan ini adalah hal yang biasa terjadi pada sebuah pesantren atau lembaga ketika awal berdiri. Seiring berjalannya waktu, pelan tapi pasti pondok pesantren ini mulai dikenal oleh masyarakat luas terutama dikalangan para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dahulu masih bernama IAIN Jakarta. Pondok yang pada awal berdirinya hanya memiliki beberapa gelintir santri.saja maka hingga saat ini sudah memiliki puluhan santri putra dan putri yang mana mereka semua adalah mahasiswa UIN Jakarta. Hal ini sungguh menarik dan menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang masih konsen dan tertarik dengan kehidupan dan pengajian kitab klasik atau kitab kuning ditengah arus kehidupan mahasiswa yang sangat hedonis. Ketika pertengahan 2007 pondok pesantren yang awalnya bernama pondok pesantren Assulaiman berubah menjadi Pondok pesantren Daar el-Hikam dengan alas an agar lebih umum dan tidak terkesan personal. Dan itu terbukti makin banyaknya santri dari kalangan mahasiswa UIN Jakarta yang belajar dan pesantren di sini. 2. Status Wakaf Pondok Pesantren Daar el-Hikam 91 Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf, tertanggal 15 Maret 2002 Pondok pesantren Daar el-Hikam yang awalnya bernama Assulaiman, terletak di jalan Menjangan Raya No.27 yang didirikan pada tahun 1999 adalah adalah berstatus tanah wakaf. Sejarah awalnya adalah ketika para anak dari H. Sulaiman bin H. Jaih yaitu H. Rasyid, Dra. Nurwahdah, Tuti Rosmaya Amd, Salbiyah, Nurika dan Saidih berkumpul dikediaman H. Rasyid anak tertua dari H. Sulaiman pada sekitar awal tahun 2002 untuk bermusyawarah dengan tujuan merealisasikan pesan dari bapak mereka yaitu almarhum H. Sulaiman untuk mewakafkan tanahnya seluas 5.877 m² seperti yang tertera dalam Akta Ikrar Wakaf. 92 Maka pada hari Ju’mat tanggal 1 Muharram 1423 H atau bertepatan dengan 15 Maret 2002 terbitlah Akta Ikrar Wakaf. Dari data yang penulis dapatkan yaitu dari Akta pengganti Akta Ikrar Wakaf dengan Nomer W336616 tahun 2002 diketahui susunannya sebagai berikut : Wakif : Saidih Nadzir : Drs. Karta Dinata Saksi 1 : M. Yunus Saksi 2 : M. Yani. 93 Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa tanah wakaf Pondok Pesantren Daar el-Hikam adalah sah dimata Hukum, karena sudah memiliki Akta Ikrar Wakaf dan sudah didaftarkan di KUA Kecamatan Ciputat tempat tanah wakaf itu berada. Kalau kita lihat dari keterangan yang ada di Akta Ikrar Wakaf, disitu tertulis tahun 92 Wawancara pribadi penulis dengan ustadz H. Bahrudin Ketua dan Pengasuh Pondok Pesantren Daar el-Hikam, pada Jum;at 28 Mei 2010. 93 Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf, tertanggal 15 Maret 2002 yang disahkan di Ciputat. 2002 artinya ketika tanah wakaf ini terjadi peraturan yang berlaku saat itu adalah Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dimana diatur dalam BAB III pasal 9 tentang tata cara perwakafan dan pendaftarannya. 94 Dalam Peraturan Pemerintah ini dalam dalam BAB VII dijelaskan bahwa perwakafan tanah yang terjadi sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dalam artian perwakafan yang mengunakan tradisi lisan, maka harus didaftarkan pada kantor KUA setempat karena perwakafan tanah yang terjadi sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini hanya berdasarkan tradisi lisan dengan dasar kepercayaan tanpa adanya bukti-bukti otentik yang tertulis. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1977 yang mengatur tentang perwakafan tanah milik dimana mengharuskan adanya pencatatan dan pendaftaran tanah wakaf seteah diikrarkan. Dimana hal ini dimaksudkan agar seluruh perwakafan dapat dikontrol dengan baik dan bisa dihindari penyelewengan yang tidak perlu baik oleh nadzir maupun oleh pihak ketiga. 95 Begitu juga dengan Undang- undang perwakafan yang baru yaitu Undang-undang Nomer 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dimana diatur dalam BAB III yang diperinci oleh pasal 32 sampai dengan pasal 39 dimana wakaf sah apabila dicatakan dan didaftarkan pada lembaga yang berwenang, dalam hal ini pejabat KUA. 94 Departemen Agama RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta: Dirjen Bimas Islam, Depag RI, 2006 hal.132 95 Achmad Djunaidi, dan Thobieb Al-Asyhar,. Menuju era Wakaf Produktif, Sebuah Upaya Progresif untuk kesejahteraan umat. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006 hal. 91 Selanjutnya bagaimana kedudukan dengan tanah wakaf yang didaftarkan sebelum berlakunya Undang-undang ini? Dalam Undang-undang yang baru ini perwakafan tanah yang dilakukan dan didaftarkan sebelum adanya Undang –undang ini adalah sah sebagai wakaf, sebagaimana diatur dalam BAB X tentang ketentuan peralihan yang diperinci pada pasal 69 dan 70 didalam pasal tersebut disebutkan bahwa “Dengan berlakunya Undang-undang ini, wakaf yang yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum diundangkannya Undang-ndang ini, dinyatakan sah sebagai wakaf menurut undang- undang ini.” Kemudian kaitannya dengan tanah wakaf pondok pesantren Daar el-Hikam yang sebagaimana dketahui dari data-data yang penulis dapat bahwa pesantren ini adalah berstatus tanah wakaf yang sah akan tetapi tanah wakaf ini didaftarkan sebelum berlakunya Undang-undang yang baru dalam artian didaftarkan ketika masih berada dibawah peraturan yang lama yaitu Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1977. Menurut Undang-undang yang baru ini kedudukannya adalah sah sebagaimana diatur dalam pasal 69 Undang-undang ini, dengan catatan tanah wakaf tersebut wajib didaftarkan paling lambat lima 5 tahun setelah Undang-undang ini diundangkan atau berlaku. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Ciputat Press, Ciputat : 2000 Syaikh Ibrahim al-Baijuri. Hasyiyah al-Baijuri ‘ala ibni Qasim al- Guzza, Semarang: Toha Putra, tt. Syaikh Zainuddin bin Abdul Azis al- Malibary, Fathul Mu’in Daar Ihya al- Kutub al- Arabiyyah, Indonesia, tt. Djunaidi, Achmad dan Al-asyhar, Thobieb. Menuju era Wakaf Produktif,Sebuah Upaya Progresif untuk kesejahteraan umat. Jakarta: Mitra abadi Press, 2006. Wajdy Farid dan Mursyid. Wakaf dan Kesejahteraan Umat Filantrofi Islam yang Hampir Terlupakan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Qahaf, DR Mundzir. Manajemen wakaf Produktif, penerjemah, Muhyiddin Mas Rida. Jakarta : Khalifa, 2004. Usman, Suparman. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Darululum Press, 1999. Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia . Jakarta, 2006. Departemen Agama RI, UU RI no 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, Dirjen Bimas Islam. Jakarta : 2004. Departemen Agama RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, Dirjen Bimas Islam. Jakarta : 2006 Departemen Agama RI, Proses Lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf , Jakarta : 2006. Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Dirjen Bimas Islam. Jakarta : 2006. Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: 2006. Departemen Agama RI, Strategi Pengamanan Tanah Wakaf. Jakarta: 2004. Departemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimas Islam, Jakarta: 2006. Zuhaili, Dr.Wahbah, al-Fiqhu al-Islam wa Adillatuhu, Daar el-Fikr, Juz 10, Beirut: 20071428 H. Al-Qardawi, Yusuf, Hikmah Pelarangan Riba, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002. Al-Asqalani, ibnu Hajar, terjemah buughul maram, alih bahasa: A.Hassan, Bandung: CV. Diponegoro, 2006. Shihab, M.Quraish, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Al-Maraghi, Syeikh Ahmad Mushthofa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Bandung: CV. Rosda Karya, 1987. CSRC UIN, Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan Studi tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia

BAB III GAMBARAN UMUM PONPES DAAR EL-HIKAM

A. Sejarah Berdirinya

1. Potret singkat Ponpes Daar el-Hikam Pondok pesantren daar el-hikam berlokasi di Jl. Menjangan Raya No. 27 RT.004 RW.001 Kelurahan Pondok Ranji Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan ini berdiri diatas tanah seluas 5.877 m². Pondok pesantren ini didirikan pada tanggal 03 Februari 1999, dimana pada awalnya Pesantren ini bernama Assulaiman dan pada tanggal 12 juni 2007 berganti nama Menjadi Pondok Pesantren Daar el- Hikam Yang dipimpin dan diasuh oleh K.H. Bahrudin S.Ag. Adapun sejarah awal berdirinya pesantren ini adalah ketika K.H. Bahrudin belajar di pesantren Sunanul Husna. Dimana ketika pada masa beliau belajar dan mengajar, beliau menikah dengan salah seorang putri dari bapak H.Rasyid bin H. Sulaiman, yang merupakan salah seorang warga Pondok Ranji yang secara kebetulan bapaknya H. Rasyid yaitu H. Sulaiman ingin mewakafkan sebidang tanah seluas 5.877 m² untuk didirikan sebuah pesantren. Maka diserahkannya tanah wakaf tersebut kepada menantunya agar dikelola untuk dijadikan sebuah pondok pesantren, dengan demikian maka terwujudlah cita-cita KH. Bahrudin yang merupakan wasiat dari bapak mertuanya H. Sulaiman yang ingin mendirikan sebuah pondok pesantren. 35 Sebelumnya pesantren ini adalah sebuah komplek kontrakan, lalu dipecah menjadi dua, sebagian kontrakan sebagian lagi pesantren. Lambat laun seiring dengan berjalannya waktu maka semakin banyaklah santri yang belajar dipesantren ini, dan akhirnya dihilangkanlah system kontrakan dan berubahlah seutuhnya menjadi pesantren seutuhnya. Pesantren ini diresmikan pada bulan Dzul Hijjah 1421 H tepatnya pada tahun 2000 M. Di awal berdirinya pesantren ini, santri pertama yang belajar disini berjumlah tiga orang mahasiswa UIN, waktu itu masih bernama IAIN Jakarta. Lalu lambat laun seiring dengan penerimaan mahasiswa baru UIN Jakarta banyak santri yang berdatangan untuk mendaftarkan diri di pesantren ini, dimana setiap tahunnya pesantren ini membuka penerimaan santri baru melalui dua tes, yaitu tes wawancara dan tes membaca kitab kuning. Maksud dari diadakannya tes ini adalah untuk menentukan di kelas mana calon santri tersebut akan belajar. Hingga saat ini semua santri yang belajar di pesantren ini seluruhnya adalah para mahasiswa UIN Jakarta, baik putra maupun putri yang keseluruhannya berjumlah 90 santri. 2. Sarana dan Prasarana Dalam perjalanannya Pesantren Dar el-Hikam ini banyak mengalami perkembangan yang sangat signifikan, baik dari segi bangunan dan jumlah santri yang belajar di Pondok ini. Mengenai jumlah santri, baik putra maupun putri yang belajar di Pondok ini, dari data yang didapatkan dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini tak lepas dari strategi publikasi pondok yang sudah semakin baik dari tahun ke tahun. Di samping itu juga materi yang dikaji di pesantren ini yaitu tentang