Struktur Yayasan Program Kegiatan

D. Program Kegiatan

Seperti pada umumnya sebuah pesantren yang memiliki program kajian ilmu- ilmu keislaman maka pondok pesantren Daar el-Hikam juga memiliki program- program kegiatan harian mingguan dan tahunan. Seperti diketahui sebelumnya pondok ini menitik beratkan pada pengajaran kitab-kitab kuning karena memang pesantren ini adalah pesantren salafiyah yang ditujukan untuk mahasiswa yang sedang menempuh S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Program kegiatan harian Pondok Pesantren Daar el-Hikam Program pengajian rutin kitab kuning a. Ba’da Subuh 1. Kitab Tauhid Jauhar at-Tauhid 2. Kitab Fiqh kifayatul Akhyar 3. Kitab Tasawuf Syarah Hikam b. Ba’da Ashar 1. Kitab Hadis Shahih Muslim 2. Kitab Ilmu Hadis Baiquni 3. Kitab Ushul Fiqh Lathoiful Isyaraat c. Ba’da Maghrib 1. Kitab Ilmu Nahwu Ajurumiyah 2. Kitab Ilmu Sharaf Kailani 3. Kitab Ilmu Sharaf Matan bina d. Ba’da Isya 1. Kitab Ihya ‘Ulumiddin 2. Kitab Tafsiir Tafsiir Jalalain 3. Kitab Nahwu Mutamimah 4. Kitab Nahwu Nadzom Imriti 2. Selain itu ada juga program setoran hafalan harian. 1. Malam senin, selasa, rabu, kamis dan sabtu hafalan Nadzom Imriti 2. Ahad pagi setoran hafalan Nadzmul Maqsud 3. Program Mingguan 1. Pengajian mingguan bapak-bapak. 2. Dzikiran tiap kamis malam 4. Program Tahunan 1. Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 2. Peringatan Isra dan Mi’raj 3. Penyebaran Hewan Qurban 4. Panitia Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Fitrah BAB IV

A. Kondisi dan Situasi Perwakafan Tanah di Indonesia

Sejak Islam datang ke Indonesia berabad-abad lalu yang mana banyak sekali mempengaruhi sendi-sendi kehidupan sosial dan religius masyarakat Indonesia, dalam bidang kehidupan beragama misalnya adalah praktek wakaf. Praktek perwakafan yang sudah lama dianut oleh masyarakat islam Indonesia. 1. Sebelum Kemerdekaan Indonesia Sejak dan setelah datangnya Islam, sebagian besar masyarakat Indonesia melaksanakan wakaf berdasarkan faham keagamaan yang dianut yaitu faham Syafi’iyah dan adat kebiasaan setempat. Pada waktu itu perwakafan tanah masih menggunakan tradisi lisan atas dasar saling percaya, karena kebiasaaan memandang wakaf sebagai amal saleh yang mempunyai nilai mulia dihadirat tuhan tanpa harus melalui prosedur administratif dan harta wakaf dianggap sebagai milik Allah SWT semata yang siapa saja tidak ada yang berani mengganggu gugat tanpa seijin Allah SWT. 61 Pada masa pra kemerdekaan Republik Indonesia, lembaga perwakafan sering dilakukan oleh masyarkat yang beragama Islam. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari banyaknya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Seperti kerajaan Demak, Samudera Pasai dan sebagainya. Sejak masa dahulu praktek wakaf ini telah diatur 61 Ahmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat, Jakarta : Mitra Abadi Press, 2006 hal. 47 oleh hukum adat yang sifatnya tidak tertulis dengan berlandaskan ajaran yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia masalah perwakafan sendiri telah mendapatkan perhatian dari pihak kolonialisme belanda. Hal ini dikarenakan untuk menyikapi banyaknya praktek perwakafan yang dilakukan oleh umat Islam Indonesia. 62 Di antara peraturan-peraturan tersebut adalah sebaagai berikut : 1. Surat edaran Governemen pertama tertanggal 31 januari 1905 No.436 yang termuat dalam bijblad 1905 No. 6196. dimana dalam surat edarannya ini pihak colonial tidak menghalangi atau melarang praktek wakaf yang dilakukan umat islam untuk memenuhi keagamaannya. 2. Surat edaran dari sekretaris Governemen tanggal 04 januari 1934 1361A yang termuat dalam bijblad 1931 No. 125A. inti dari surat edaran ini adalah untuk bisa mewakafkan harta benda harus ada persetujuan dari Bupati, dimana Bupati akan menilai permohonan tersebut dari segi tempat dan maksud dari pendirian itu. Tujuannya tidak lain agar tanah tersebut terdaftar. 3. Surat edaran sekretaris Governemen tertanggal 24 desember 1934 No. 3088A yang termuat dalam bijblad tahun 1934 No. 13390. isi dari surat edaran ini sifatnya hanya mempertegas apa yang telah disebutkan dalam surat edaran sebelumnya. Dimana memberikan wewenang kepada Bupati untuk 62 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006 hal. 25