• Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya longitudinal, tangensial dan radial. Hal ini disebabkan oleh struktur dan oriensi
selulosanya dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertical dan horizontalnya pada batang
pohon. •
Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat hidgroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara sekitarnya •
Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutama jika kondisi kering
2.5.2. Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis berbeda-beda, berkisar antara minimum antara 0,20 ky.balsa hingga 1,28 Ky.nani. Berat jenis merupakan petunjuk
penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Mengingat kayu terbentuk dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam
tipe, memungkinkan terjadinya suatu penyimpanan tertentu. Pada perhitungan berat jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering udara, yaitu
sekering-keringnya tanpa pengering udara. Berat jenis didefinisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu
material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat kepada volume benda tersebut. Berat diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada suatu
timbangan dengan tingkat keakuratan yang diperlukan. Untuk lebih praktisnya, digunakan timbangan dengan ketelitian 20 yaitu sebesar 20 grkg. Sedangkan
untuk menentukan volume dilakukan dengan mengukur panjang, lebar dan tingginya dan mengalikan ketiganya
Berat jenis juga didefinisikan berat relatif benda tersebut terhadap berat jenis standart, dalam hal ini berat jenis air grcm³. Air dipakai sebagai
bahan standard karena berat untuk 1 cm³ adalah 1 gr.
2.5.3. Kadar Air Kadar Lengas
Perbedaan kekuatan kayu yang masih basah dari kekuatan yang telah kering udara ditunjukkan pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbandingan persentase kekuatan kayu basah terhadap kayu kering udara menurut
Gardner dan NewlinWilson PKKI NI-5
Jenis Parameter Kekuatan Gardner
NewlinWilson Kuat Lentur
74 54
Kuat Lentur Absolut 89
70.5 Modulus Elastisitas
87.5 83
Kuat Hancur -
62 Kuat Hancur Absolut
77 76.5
Sumber: PKKI NI-V hal:65
Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan juga melepaskan air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaban suhu
udara disekelilingnya, dimana kayu berada. Kayu mempunyai sifat peka terhadap kelembaban karena pengaruh
kadar airnya menyebabkan pengembang dan menyusutnya kayu serta mempengaruhi pula sifat-sifat fisik dan mekanisnya. Kadar air sangat besar
pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya pikulnya terhadap tegangan desak sejajar serat dan juga tegak lurus arah serat kayu.
Sel-sel kayu mengandung air yang sebagian merupakan bebas yang mengisi dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar dahulu dan saat air
bebas tersebut habis keadaan tersebut dinamakan titik jenuh serat Fiber Saturation Point. Kadar air pada saat itu kira-kira 25 - 30. Apabila kayu
mengering dibawah titik jenuh serat, dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat-seratnya menjadi kokoh dan kuat. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa turunnya kadar air mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu. Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai
kadar air kadar lengas antara 12 - 18, atau rata-rata 15. 1.
Kadar Air Kayu Kayu bersifat higrokopis, artinya kayu memiliki daya tarik terhadap
air, baik dalam bentuk uap ataupun cairan. Kemampuan kayu untuk menghisap dan mengeluarkan air tergantung kelembaban udara
Universitas Sumatera Utara
disekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu berubah-ubah menurut keadaan udaraatmosfer sekelilingnya.
2. Air di dalam kayu
Keadaan air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas 2 macam yaitu: a.
Air bebas, yaitu air yang terdapat dalam rongga-rongga sel, paling mudah dan terdahulu keluar. Air bebas umumnya tidak
mempengaruhi sifat dan bentuk kayu kecuali berat kayu b.
Air terikat, yaitu air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu, sangat sulit dilepaskan. Zat cair pada dinding-dinding inilah yang
berpengaruh kepada sifat-sifat kayu penyusutan 3.
Penyusutan kayu Penambahan air atau zat cair pada suatu zat dinding sel akan
menyebabkan jaringan mikrofibril mengembang, keadaan ini berlangsung sampai titik jenuh serat tercapai. Dalam proses ini
dikatakan bahwa kayu mengembang atau memuai. Penambahan air seterusnya pada kayu tidak akan mempengaruhi volume dinding sel,
sebab air yang ditambahkan di atas titik jenuh serat akan ditampung dalam rongga sel. Pengurangan air selanjutnya dibawah titik jenuh
serat akan menyebabkan dinding sel kayu itu menyusut atau mengerut. Dalam hal ini dikatakan menyusut atau mengerut. Perubahan dimensi
dinyatakan dalam persen dari dimensi maksimum kayu itu. Dimensi maksimum adalah dimensi sebelum ada penyusutan. Maka
pengembangan dan penyusutan umumnya dinyatakan dalam persen dari volume atau ukuran kayu dalam keadaan basah atau diatas titik
jenuh serat.
2.5.4. Kekuatan Kayu