Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Berbicara masalah pedesaan tidak terlepas dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan terlihat dari rendahnya tingkat pendapatan, kurangnya konsumsi kalori yang diperlukan oleh tubuh manusia dan melebarnya kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Kemiskinan yang menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan status sosial ekonominya dan potensi wilayah. Faktor sosial ekonomi yaitu faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, teknologi dan rendahnya aksesibilitas terhadap kelembagaan yang ada. Kedua faktor tersebut menentukan aksesibilitas masyarakat miskin dalam memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dalam menunjang kehidupannya. Kemiskinan sesungguhnya merupakan suatu fenomena yang kait mengait antara suatu faktor dengan faktor yang lainnya. oleh karena itu untuk mengkaji kemiskinan harus diperhatikan jalinan antara faktor- faktor penyebab kemiskinan dan faktor-faktor yang berada di balik kemiskinan tersebut. Todaro 1985: 93 memperlihatkan jalinan antara kemiskinan dan keterbelakangan dengan beberapa aspek ekonomi dan aspek non ekonomi. Tiga komponen utama sebagai penyebab keterbelakangan dan kemiskinan masyarakat, Universitas Sumatera Utara faktor tersebut adalah a rendahnya taraf hidup; b rendahnya rasa percaya diri dan; c terbatasnya kebebasan. Ketiga aspek tersebut memiliki hubungan secara timbal balik balik. Rendahnya taraf hidup disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja, rendahnya produktivitas tenaga kerja disebabkan oleh tingginya pertumbuhan tenaga kerja, tingginya angka pengangguran, dan rendahnya investasi perkapita. Tingginya angka pengangguran disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan tenaga kerja dan rendahnya investasi perkapita dan tingginya tingkat pertumbuhan tenaga kerja disebabkan oleh penurunan tingkat kematian dan rendahnya investasi perkapita disebabkan oleh tingginya ketergantungan terhadap teknologi asing yang hemat tenaga kerja. Selanjutnya rendahnya tingkat pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, kesempatan pendidikan, pertumbuhan tenaga kerja dan investasi perkapita. Keterkaitan antara aspek-aspek tersebut terlihat pada Gambar 2.1 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara ’ Sumber: Todaro 1985. Gambar 2.1. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Keterbelakangan Suatu Negara Pengurangan tingkat kematian Ketergantungan terhadap teknologi asing yang hemat tenaga kerja Tingkat pertumbuhan TK yang tinggi Tingginya angka pengangguran Rendahnya investasi per kapita Jeleknya kesehatan dan gizi Rendahnya produktivitas tenaga kerja Terbatasnya kesempatan pendidikan Rendanya tingkat pendapatan 1. Rendahnya taraf kehidupan a. Kemiskinan absolut b. Kurangnya fasilitas kesehatan c. Kurangnya fasilitas pendidikan dan sosial lainnya 2. Rendahnya taraf percaya diri a. Identitas b. Martabat c. Harga diri d. Penghargaan e. Pengakuan 3. Terbatasnya kebebasan a. Pengaruh dan dominasi lainnya - Perdagangan - Bantuan pemerintah dan swasta - Teknologi - Pendidikan - Tata nilai b. Untuk memilih - Mendapatkan materi - Waktu - Pemikiran - Keindahan - Gaya hidup Universitas Sumatera Utara Secara lebih khusus studi Hayami 1985: 49-54 di Indonesia, Malaysia dan Thailand menemukan bahwa kemiskinan dan ketidakmerataan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1 Produktivitas tenaga kerja rendah sebagai akibat rendahnya teknologi, penyediaan tanah dan modal jika dibanding tenaga kerja; 2 tidak meratanya distribusi kekayaan terutama tanah. untuk kasus Indonesia Ginanjar 1996: 240 mengemukakan empat faktor penyebab kemiskinan. Faktor tersebut yaitu: a rendahnya taraf pendidikan, b rendahnya taraf kesehatan, c terbatasnya lapangan kerja, dan d kondisi keterisolasian. Wirasi dalam Hagul 1985: 4 mengemukakan bahwa masalah kemiskinan di pedesaan merupakan resultan dari beberapa faktor antara lain: pertumbuhan penduduk, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya produktivitas. Seterusnya Salim 1984: 40 menyatakan bahwa kemiskinan tersebut melekat atas diri penduduk miskin, mereka miskin karena tidak memiliki asset produksi dan kemampuan untuk meningkatkan produktivitas. Mereka tidak memiliki asset produksi karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam lingkaran kemiskinan tanpa ujung dan pangkalnya. Secara lebih konkrit Hadiwegono dan Pakpahan 1992: 25 berpendapat bahwa kemiskinan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1 sumber daya alam yang rendah; b teknologi dan unsur pendukung yang rendah; 3 sumber daya manusia yang rendah; 4 sarana dan prasarana termasuk kelembagaan yang belum baik. Dengan rendahnya faktor-faktor di atas menyebabkan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan rendahnya aktivitas Universitas Sumatera Utara ekonomi yang dapat dilakukan berakibat terhadap rendahnya produktivitas dan pendapatan yang diterima, pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan. Studi empiris Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian 1995: 10-30 yang dilakukan pada tujuh belas provinsi di Indonesia. Propinsi tersebut antara lain: Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa ada enam faktor utama penyebab kemiskinan masyarakat pedesaan di Indonesia. Faktor tersebut antara lain: 1 rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditujukan pada rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka ketergantungan, rendahnya tingkat kesehatan, kurangnya pekerjaan alternatif, rendahnya etos kerja, rendahnya keterampilan dan besarnya jumlah anggota keluarga; 2 rendahnya sumber daya fisik. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya dan jumlah asset produksi serta modal kerja; 3 rendahnya penerapan teknologi. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya penggunaan input dan mekanisme pertanian; 4 rendahnya potensi wilayah yang ditunjukkan oleh rendahnya potensi fisik dan infrastruktur. Kondisi fisik ditunjukkan oleh iklim, tingkat kesuburan dan topografis wilayah. Infrastruktur ditunjukkan oleh irigasi, transportasi, pasar, kesehatan, pendidikan, pengolahan komoditas pertanian pertanian, listrik dan fasilitas komunikasi; 5 kurang tepatnya kebijakan yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pemerintah dalam investasi dan pengentasan kemiskinan; 6 kurang berperannya kelembagaan yang ada kelembagaan tersebut antara lain: pemasaran, penyuluhan, perkreditan dan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian tersebut memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Kesamaannya adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui penyebab kemiskinan pada sekelompok masyarakat. Perbedaannya terlihat pada objek penelitian dan teknik analisis yang digunakan. Penelitian tersebut memiliki objek pada tingkat makro yaitu pada Wilayah Tingkat II Kabupaten dan teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian yang penulis lakukan memiliki objek mikro rumah tangga miskin dengan teknik analisis kuantitatif. Dengan teknik analisis ini akan dapat diketahui seberapa jauh masing-masing variabel berpengaruh terhadap kemiskinan berbeda dengan analisis deskriptif yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian. Untuk ruang lingkup yang lebih luas Both dan Firdausy 1994: 81 dalam studi empirisnya menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan masyarakat di pedesaan Asia. Faktor tersebut antara lain: 1 faktor ekonomi terdiri dari: modal, tanah, dan teknologi; 2 faktor sosial dan budaya terdiri dari: pendidikan, budaya miskin dan kesempatan kerja; 3 faktor geografis dan lingkungan; 4 faktor pribadi terdiri dari: jenis kelamin, kesehatan dan usia. Keempat faktor tersebut mempengaruhi tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap pasar, fasilitas umum dan kredit. Lebih lanjut Both dan Firdausy menyatakan tingkat Universitas Sumatera Utara aksesibilitas masyarakat terhadap ketiga faktor tersebutlah yang mempengaruhi kemiskinannya.

2.2. Hakikat dan Ukuran Kemiskinan

Dokumen yang terkait

Konflik Pemekaran Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus:Konflik Horisontal yang Bersifat Laten di Desa Pagar Manik, Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai)

8 84 101

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

19 173 117

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 4 104

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 3 78

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 4

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 11

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 41