Dari persamaan regresi, nilai koefisien regresi dari aksesibilitas terhadap mata pencaharian alternatif D2 adalah 16.197. Ini berarti ada pengaruh positif
aksesibilitas lembaga ekonomi terhadap pendapatan petani. Semakin tinggi aksesibilitas lembaga ekonomi kana pendapatan petani cenderung akan semakin
tinggi. Dengan kata lain, aksesibilitas terhadap lembaga ekonomi mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani miskin sebesar 16.197.
4.5. Implikasi Kebijakan dan Pengentasan Kemiskinan oleh Pemerintah
dalam Rangka Pengembangan Wilayah
Berbagai pemerintah daerah di Indonesia sedang berada dalam tahap awal berusaha untuk mengurangi kemiskinan di daerah-daerah mereka. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa berbagai program yang ditetapkan oleh pemerintah pusat telah mendorong timbulnya persyaratan birokratis yang rumit sehingga para pegawai
daerah enggan memenuhinya atau lebih suka menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri. Berbagai inisiatif daerah untuk membangun perekonomian jarang
mencapai kaum miskin dan bahkan meningkatkan kerentanan mereka terhadap kemiskinan. Penjelasan mengenai kinerja yang buruk ini dapat dilihat dari berbagai
insentif dan kelembagaan yang lemah, berbagai strategi dan informasi yang tidak jelas dan kurangnya partisipasi dari masyarakat itu sendiri.
Pemerintahan Daerah Serdang Bedagai dalam upaya pengentasan kemiskinan tetap melaksanakan program-program seperti Jamkesmas, PNPM, BLT, dan Gerbang
Suara. Di mana untuk program gerbang suara telah dilaksanakan hampir di setiap desa dengan cara memprioritaskan kebutuhan dari bidang infrastruktur agar
Universitas Sumatera Utara
memudahkan masyarakat dalam aksesibilitas transportasi untuk memudahkan aktivitas para petani dalam kegiatan bercocok tanam, dan program ini diserahkan
pengerjaannya kepada masyarakat dengan biaya dari pemerintah daerah. Hal ini terbukti efektif dalam upaya membuka akses masyarakat petani yang masih berada
di desa tertinggal yang mampu memudahkan para petani untuk mengangkut hasil pertaniannya ke daerah pemasaran dengan biaya relatif kecil, yang nantinya akan
meningkatkan pendapatan petani miskin. Sedangkan untuk program PNPM Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai telah melaksanakan hampir di setiap
desa dengan hasil yang cukup positif, di mana dibentuk kelompok-kelompok rumah tangga miskin untuk diberi bantuan agar dapat mengelola bantuan tersebut seefisien
mungkin dengan pengawasan sepenuhnya dari penyuluh-penyuluh PNPM. Lembaga-lembaga pemerintah daerah, kabupaten dan pusat perlu memastikan
agar para pegawai daerah lebih banyak mendapat manfaat langsung atas hasil kerja mereka dalam mengurangi kemiskinan, menggunakan strategi-strategi sederhana
yang logis, memampukan masyarakat miskin untuk menyuarakan kebutuhan- kebutuhan mereka, meningkatkan koordinasi dan kepemimpinan dan sumber dana
yang lebih kuat dan memampukan pemantauan berbagai program pemerintah terhadap kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
Ada beberapa kebijakan yang saat ini mempengaruhi perhatian daerah terhadap kemiskinan, yaitu:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
mengharuskan pemerintah kabupaten mengemban fungsi-fungsi wajib termasuk untuk menyediakan layanan umum bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2. Gerakan
nasional untuk
mengembangkan dan
melaksanakan strategi
penanggulangan kemiskinan SPK membutuhkan partisipasi dari pemerintah daerah.
3. Program-program bantuan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan
keamanan pangan dan mengurangi kerentanan ekonomi yang disalurkan kepada pemerintah daerah.
4. Kemauan pemerintah daerah sendiri untuk menciptakan desa-desa mandiri yang
sejahtera untuk menjaga kelangsungan finansial mereka Beberapa faktor yang menyebabkan pemerintah sulit untuk mengentaskan
kemiskinan, yaitu: 1.
Kelembagaan yang lemah, 2.
Kemiskinan masih belum merupakan prioritas dalam anggaran, 3.
Program-program di daerah tidak mencapai sasaran, 4.
Kebijakan-kebijakan yang tidak mengatasi kemiskinan, 5.
Persepsi pegawai pemerintah daerah tentang kemiskinan, 6.
Pembangunan ekonomi bagi kaum elit, 7.
Data kemiskinan yang membingungkan, 8.
Penggelembungan tingkat kemiskinan. Berbagai inisiatif daerah untuk membangun perekonomian sebaiknya
dipusatkan sekitar ibukota kabupaten, hal mana tidak jarang menjangkau kaum miskin di kawasan-kawasan yang lebih terpencil. Sementara cukup banyak upaya
Universitas Sumatera Utara
terus dilakukan untuk menangani kemiskinan, banyak masalah yang harus diatasi untuk mewujudkan potensinya.
Pengentasan kemiskinan harus menjadi prioritas utama di daerah. Namun secara praktis ditemukan bahwa program-program kemiskinan yang ditentukan oleh
pemerintah pusat telah mendorong timbulnya persyaratan birokrasi yang rumit sehingga para pegawai daerah
enggan memenuhinya atau lebih suka
menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri. Untuk kebijakan pengentasan, pemerintah telah melaksanakan beberapa
program seperti raskin, PNPM, Jamkesmas, dan program jaringan pengaman sosial JPS dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
peningkatan pendapatannya. Program pembangunan tersebut merupakan kebijakan terpadu untuk meningkatkan potensi dan dinamika ekonomi masyarakat miskin
di pedesaan. Melalui program tersebut diharapkan masyarakat miskin akan terangsang untuk mengembangkan usaha produktif yang sesuai dengan potensi insani
dalam wilayahnya masing-masing dan diharapkan dapat meningkatkan PDRB masyarakat petani miskin sehingga dapat meningkatkan perekonomian wilayah yang
berujung pada pengembangan wilayah. Sejalan dengan tujuan pemerataan pembangunan dan pengentasan
kemiskinan, maka sejak dari awal Repelita V telah dicanangkan Program Pengembangan Wilayah Terpadu atau yang lebih dikenal dengan PPWT. Pendekatan
PPWT ini pada hakikatnya merupakan upaya penanggulangan di wilayah-wilayah khusus di pedesaan dan permukiman kumuh perkotaan yang bersifat lintas sektoral
Universitas Sumatera Utara
dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di daerah-daerah yang relatif tertinggal.
Pelaksanaan PPWT didasarkan pada Inmendagri No. 14 Tahun 1990 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah Terpadu dalam rangka
Pembangunan Daerah, dan Surat Mendagri No. 0501402Bangda tanggal 5 Juni 1993 perihal Panduan Operasional Inmendagri No. 14 Tahun 1990.
Program kerjasama luar negeri yang berbasis pengembangan wilayah, yang dikenal dengan program pengembangan wilayah PPW berbantuan luar negeri, telah
dilaksanakan di Indonesia sejak dekade 80-an, yang dalam perkembangannya hingga saat ini telah menunjukkan kinerja yang semakin meningkat, baik secara cakupan
program lintas sektoral yang terkait maupun dari jumlah dana yang dialokasikan. Ditinjau dari luasnya cakupan kegiatan dan wilayah yang terkait dengan
pengelolaan PPWT berbantuan luar negeri di daerah, maka fungsi koordinasi menjadi sangat penting dan vital. Dalam hal ini, peran dan tanggung jawab dari Bappenas
bersama-sama dengan Ditjen Pembangunan Daerah Bangda Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Anggaran Departemen Keuangan sangat penting dalam melakukan
koordinasi kelembagaan di tingkat pusat dan daerah yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan pengelolaan proyek-proyek PPWT di daerah. Belum
lagi apabila ditinjau dari sisi pihak penyandang dana lenderdonor yang cukup beragam dan memiliki kekhususan, maka fungsi koordinasi pengelolaan PPWT ber-
BLN menjadi semakin perlu untuk lebih ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
Masalah pokok yang disoroti adalah masih belum adanya suatu petunjuk pelaksanaan juklak dan petunjuk teknis juknis yang operasional dalam
pengelolaan dan pengendalian PPWT ber-BLN di daerah. Program Pengembangan Wilayah terpadu PPWT, yang menurut Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1990 adalah program pengembangan wilayah yang dilaksanakan secara terpadu dengan pendekatan perwilayahan dan
ditujukan untuk mengembangkan wilayah yang bersifat khusus secara lintas sektoral dan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah yang
bersangkutan. Pendekatan PPWT ini pada hakikatnya merupakan upaya penanggulangan
di wilayah-wilayah khusus di pedesaan dan permukiman kumuh perkotaan yang bersifat lintas sektoral dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan di daerah-daerah yang relatif tertinggal. PPWT dilaksanakan dengan fokus kawasan pengembangan seperti:
1. Pengembangan wilayah kepulauan,
2. Pengembangan konservasi lahan kritis,
3. Pengembangan kawasan penyangga,
4. Pengembangan sosial budaya pembinaan masyarakat terasing,
5. Pengembangan wilayah perbatasan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab terdahulu, maka diambil beberapa kesimpulan berikut ini:
1. Pendapatan rata-rata masyarakat miskin di Kecamatan Perbaungan adalah sebesar
Rp.672.333 sebulan dan secara individu parsial, tingkat pendidikan, status pengusahaan lahan, luas lahan dan aksesibilitas terhadap lembaga keuangan
berpengaruh positif dan nyata terhadap pendapatan petani miskin. Sedangkan tingkat kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani
miskin. 2.
Secara parsial, luas lahan, tingkat teknologi, tingkat pendidikan, aksesibilitas terhadap lembaga ekonomi dan mata pencaharian alternatif berpengaruh positif
dan nyata terhadap pendapatan petani miskin. Sedangkan tingkat kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani miskin. Secara serentak, luas
lahan, tingkat teknologi, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, aksesibilitas terhadap lembaga ekonomi dan mata pencaharian alternatif, berpengaruh nyata
terhadap pendapatan petani miskin.
Universitas Sumatera Utara